Search This Blog

Saturday, March 26, 2011

Dive Pelabuhan Ratu Jawa Barat

Kali ini saya mencoba diving di tempat yang kurang populer di kalangan penyelam,...pantai Pelabuhan Ratu :).
Hampir setiap penyelam yang saya ajak diskusi tentang dive site di Pelabuhan Ratu selalu bertanya : Hah ? emang Pelabuhan Ratu ada tempat diving ?... image pantai selatan yang berombak dan arus besar biasanya membuat nyali orang ciut duluan hehehe...

Padahal Pelabuhan ratu relatif aman baik untuk berenang, diving bahkan surfing (malah cenderung terlalu kecil ombaknya di bulan maret ini). Cocok untuk orang-orang yang suka menyepi... banyak penginapan berjajar disepanjang pantai. Penginapan yang berada di atas bukit menyajikan pemandangan pantai - sawah - laut yang 'breath taking'. Sulit untuk tidak berhenti sejenak dan menyapukan mata sepanjang horizon di depan anda. Ada pemandian air panas (sekitar 30-45 menit dari Pelabuhan Ratu), ada tempat Rafting (sungai Citarik dan Citatih) dan tentu saja.... ehem.... 'wisata' esek esek yang cukup terkenal : Kampung Mak Erot !
Hohoho... semua tukang ojek aktif mencoba merayu anda untuk diantarkan ke rumah Mak Erot. Apalagi kalau anda laki-laki yang kelihatan sedikit mencari-cari, langsung mereka akan ambil motor dan mejeng disamping jendela mobil anda sambil berteriak : Mak Erot, Mak Erot !.
Sepanjang jalan sebelum dan sesudah kampung ini pun dipenuhi warung-warung tempat singgah sopir truk yang tentu saja menawarkan servis + + selain makanan dan minuman.

Well... lets get serious and talk about diving now.... shall we ? =)
Pada dasarnya ada 3 dive sites di Pelabuhan Ratu : Sodong Parat, Karang Antuk dan Batu Kuok (advance, deep dive, wall). Gambaran dive site di Pelabuhan Ratu selengkapnya ada disini. Karang Antuk, yang kelihatannya menjadi dive site favorit disini bisa dibagi menjadi 5 dive spot.

Selama 2 hari dive di PL saya mengunjungi dive site dekat Sawarna, Sodong Parat dan Karang Antuk.
Batu berlubang di Sodong Parat, Pelabuhan Ratu - Jawa Barat.
Dive Spot Sodong Parat tepat berada di bawah batu berlubang ini.

Dari semua flora dan fauna di Pelabuhan Ratu, ada satu tumbuhan yang saya tidak pernah temui dimanapun saya diving, bahkan di Raja Ampat dan Bali sekalipun. Saya tidak tau namanya, tapi tumbuhan ini menyerupai 'kaktus' mini, yang tidak berduri. Saya melihat 2 macam warna, putih dan putih campur hitam.

Penasaran khan dengan 'kaktus' Pelabuhan Ratu ini ? hehehe... ini modelnya...

See if you found this 'cactus' somewhere elses :).

Beautifull and Georgeous, endemic @ Pelabuhan Ratu.

Bersama Siswa Open Water dari
Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Padjajaran, Bandung.


Di Sodong Parat kami berjumpa dengan Octopus yang pandai ber-mimikri, Stone fish sekitar 40cm an (terbesar yang pernah saya temui), lion fishes, banded shrimps, lobsters, dan berbagai coral fishes.
Secara keseluruhan visibility hanya sekitar 10-15m saja, karang sudah banyak yang rusak dan disana-sini kita bisa melihat jala nelayan yang tersangkut di karang. Namun ditilik dari ragam hewan yang ada, saya merasa spot ini cukup menjanjikan bila dijaga dengan baik. Walaupun demikian, Sodong Parat masih bisa menjadi tempat dive yang recommended untuk dicoba. Tingkat kesulitan relatif rendah, bahkan diver OW dengan dive log dibawah 10 pun tidak akan menemui masalah disini.
Juvenile Emperor Anglefish ditengah-tengah Juvenile fishes
yang lain... Sodong Parat Bay.
Jaring Nelayan... tersangkut di Karang.

2 orang calon pemegang license Basic ADS International.
Nikita...
Ajeng...
Senang apa minta naik ya ? hehehehe...





















Hati-hati saja di ujung Sodong Parat, ada tempat arus keluar ke arah laut lepas dan disini, di kedalaman 40m ada tempat yang namanya 'Pasar Ikan', cocok untuk spot spearfishing (menembak ikan). Cukup terkenal dikalangan penggila spearfishing....


Lokasi lainnya adalah Karang Antuk, lokasinya sangat dekat dengan Sodong Parat. Memang ketiga dive sites diatas, Sodong Parat, Karang Antuk dan Batu Kuok lokasinya berdekatan.
Karang Antuk adalah sebuah raised ocean bottom yang menyembul di tengah laut. Ombak di permukaan terlihat 'ganas' namun dibawah air, lokasi ini hanya memiliki tingkat kesulitan mudah hingga sedang.
Masih cocok untuk OW dengan sekitar 10 dive log. Diver perlu memiliki ketenangan ketika berada di permukaan dan juga hingga kedalaman 10m masih terasa swelling.
Lokasi ini juga menyimpan potensi yang besar karena keaneka ragaman ikannya.. Pari, reefsharks, coral fishes, butterfly, angel fishes, banner fishes, etc.

Satu sudut keindahan coral Karang Antuk...
Perhatikan si 'Kaktus' Pelabuhan Ratu
yang mejeng disana....
Angle Fish @ Karang Antuk...
Ikan-ikan disini lumayan jinak, tidak langsung hilang
ketika difoto...






















Kami juga punya sesi tune up di pool. Images as follow.....
Pool session, 1 jam water trappen bookkk....
Sayang gak ada musik....
Kolam renang 'Brigif' di Cimahi (Bandung)

















Sesi kelas... santai book... Pak Gogo (Prayogo) Chairman of ADS Indonesian chapter.

Belajar sambil santai... videonya bahasa Jepang bookk...
ampyunn deh... Tapi Buddy nya... mantafff hiehiehiehie...
Pak Devi, Jendy, Pak Joko, Stiva Alouw, Joshua Gerungan, Pak Iwal, Pak Gogo.






















------------

Friday, March 25, 2011

Perjalanan dari Surabaya ke Bandung dengan Kereta Api

Jika anda ingin bepergian dari Bandung - Surabaya atau Surabaya - Bandung dengan menyenangkan, relatif murah (dibanding pesawat) dan memiliki sedikit unsur petualangan, cobalah bepergian dengan menggunakan kereta.
Saya ingin sharing tentang perjalanan saya menggunakan kereta api eksekutif Turangga Surabaya-Bandung tgl 10 Mar 2011 yang lalu.

Overal, perjalanan ini cukup menyenangkan, kecuali memang saya agak kesulitan tidur selama perjalanan.
Sebenarnya sangat nyaman untuk tidur, semua penumpang diberi selimut dan bantal (bisa nambah). Namun AC (air conditioner) di gerbong super duper dingin dan tidak bisa dinaik/turunkan membuat anda dipastikan akan menggigil. Saya termasuk yang salah kostum dengan tidak memakai celana panjang dan jacket.

Selama perjalanan ada 2 film DVD yang ditayangkan lewat TV 42" di gerbong bagian depan. Jelas, penumpang di bagian belakang akan kesulitan untuk melihat TV. Film yang ditayangkan kala itu Narnia I dan Shrek II. Huhuhuhu.... masih inget bow.....
Suka gak suka musti dipaksain suka deh....
Selain itu selama perjalanan dinas pariwisata setempat (yang dilewati oleh KA) akan menayangkan program promosi wisata daerah masing-masing. Jawa Tengah akan menayangkan bandara Adi Sumarmo Solo dan Bandara A Yani Semarang, Batik, Borobudur, beberapa makanan khas Solo, dst.

Setiap kali kereta akan tiba di stasiun tertentu, akan ada tulisan berjalan di TV untuk mengingatkan supaya penumpang bisa bersiap-siap. Salut untuk pt. KAI yang sudah membenahi management dan servisnya. Sayang baru kereta api kelas eksekutif yang mendapatkan standarisasi pelayanan seperti ini.
Harga ticket Turangga kelas eksekutif yang saya bayar adalah 240.000 rupiah. Jika saya berangkat weekend (Jumat, Sabtu, Minggu) ada kenaikan menjadi 260 sampai 280 ribu. Ticket kelas eksekutif bisa dipesan dan dibeli maksimum 1 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Saya usulkan untuk minta kursi terdepan, supaya punya ruang lowong untuk kaki, dekat dengan toilet, pintu keluar dan tentu saja si TV...

Selain KA eksekutif, anda bisa memilih kelas bisnis dan ekonomi. Kelas bisnis tidak ada AC, hanya kipas angin dan tempat duduk panjang isi 3. Harga ticket sekitar 150.000 rupiah juga bisa dipesan dimuka.

Satu lagi hal yang baik adalah ka eksekutif sangat tepat waktu.
Jadwal perjalanan KA Turangga Surabaya-Bandung adalah jam 18:00 dan rencana tiba 06:14.
Kereta api sudah tiba di stasiun Gubeng jam 17:30. Sehingga penumpang memiliki waktu yang cukup lama untuk menaikkan barang. KA Turangga berhenti sekitar 5menit di stasiun2 besar seperti Madiun, Solo, Jogja dll, dan hanya sekitar 1-2menit di stasiun2 yang kecil.
Jadwal keberangkatan dan kedatangan Kereta Api selengkapnya di website resmi pt KAI.
Bisa juga disini.

Tepat pk 18:00 anda berangkat dari st. Gubeng-Surabaya dan tiba di stasiun2 kecil seperti Mojokerto (18:30an), Kertosono (19:00an) dst.
Jam 19:45an anda sudah tiba di Madiun. Lokasi yang baik untuk membeli makan malam hehehe...
Pedagang asongan tidak diijinkan masuk ke gerbong KA eksekutif, mereka hanya berteriak-teriak lewat pintu gerbong yang terbuka.
So, jika anda punya waktu 5 menit di stasiun besar, segera berlari dan mencari warung2 di sepanjang peron.
Saya merekomendasikan anda mencoba nasi pecel madiun di stasiun Madiun ini, murah, hanya 4.000 - 5.000 an sudah dengan telur dadar. Hehehe.....
Stasiun Solo Balapan (22:00an) dan Jogja (23:00an) juga bisa jadi tempat cari makan yang enak, hanya saja mungkin waktunya akan terlalu malam.
Tapi saya jadi terinspirasi, jika kita ingin ke Jogja dan bermalam di sekitar Malioboro, maka sangat nyaman menggunakan kereta api Surabaya-Jogja.

Jam 04:00 pagi tepat anda akan tiba di Tasikmalaya. dan jam 06:15 anda tiba di st. Bandung.
Keuntungan naik kereta api malam memang anda bisa bangun pagi hari dan langsung beraktifitas di kota tujuan anda.
Sangat convenience naik kereta api ke Bandung karena mudah menemukan taxi dan angkot, tepat di depan stasiun kereta api. Berbagai macam angkot dengan berbagai macam tujuan lewat disitu.

Saya lanjutin laporan nya kalau saya balik ke Surabaya lagi oke ? :)

cheers up....

Wednesday, February 9, 2011

Tabel Makanan Khas Surabaya

Bergurau tapi serius hahaha....


Semoga berhasil menemukan makanan yang dimaksud.... cheers !



......

Tuesday, January 11, 2011

What is a 'Unique Buying Tribe' ?

Ini adalah sebuah istilah yang menyentak perhatian dalam meeting hari ini.
Istilah yang baru saya dengar dan membuat hati sangat penasaran terhadap konsep dibalik istilah ini.
Saya coba googling dan hanya menemukan satu pembahasan tentang 'Unique Buying Tribe' ini.
Kelihatannya konsep ini masih jarang dibahas dan dimengerti...

Berikut adalah copy + paste yang saya dapatkan dari hasil googling :

------------------------------------------------------------------------
The Tribe Has Spoken, Are You Listening?

I met Marty Neumeier (renown speaker and author of ZagBrand Gap) when he was conducting a workshop at the Design Exchange. In conversation, Marty shared that he began his career implementing brand strategies only to realize there were a lot of flawed strategies that execution couldn’t fix. This prompted Marty to focus his effort on brand differentiation – the #1 strategy of a successful brand in Marty’s eyes. 
If you’re looking for verification of the power of differentiation think IPOD. 4th to market in the MP3 player category, Apple has 72% market share, a price point that is 2 to 5 times higher than the competitors....well I think you get the idea. High performance brands are way out in front in terms of loyalty, profitability and they’re tough to beat – unless of course you find your own unique way of differentiating.  
One of the first rules is you can’t be all things to all people. In the session Marty talked about knowing your “tribe”. I caught up with Marty to get further clarity on why the tribe matters. 
“You have said the emphasis today needs to be on the Unique Buying Tribe rather than the Unique Selling Proposition. Can you explain that?”

Marty Neumeier:
The Unique Selling Proposition was the brain child of Rosser Reeves, an advertising genius from the "Mad Men" days. He worked for the Ted Bates agency and wrote a bestseller called, "Reality in Advertising." His thesis was simple: Advertisers need to focus all their energy on one strong claim or one strong concept. In a time when the industry believed "the more you tell, the more you sell," this was a refreshing idea that caught on almost immediately. It was so powerful, in fact, that to this day advertisers search high and low for "the big idea" to hang their campaigns on.
There's nothing inherently wrong with this inclination, as far as it goes. Without a unique value proposition, your campaign---and your business---will lose focus and have no compelling point of differentiation. The problem is that the principle now seems dated. Customers today don't like to be sold. What they like to do is buy, and they buy in tribes. Every brand has a tribe that supports it. If you talk WITH your tribe, they may well continue to support it. If you talk AT your tribe - using manipulative one-way conversations - they'll tune out in a New York second.
So rather than focusing on a Unique Selling Proposition, focus on a Unique Buying Tribe. If you find the right tribe and give it the right stuff, you'll get enough love to sustain your brand. People crave tribal identity. What they want to know is, "If I buy this product, what will this make me?"
Thanks Marty for sharing your insights. Marty is currently Director of Transformation atLiquid Agency.

-----------------------------------------------------------

So, ide dasarnya adalah mendeteksi siapa 'fans' (bukan sekedar buyer atau customer) dari produk kita. Kemudian berdiskusi (bukan sekedar menyampaikan feature produk atau layanan) untuk mengidentifikasi apa 'kesenangan' atau 'kecocokan' mereka terhadap barang dagangan kita.
Kesenangan dan kecocokan itu dielaborasi hingga menjadi 'gue banget', dan sesuatu yang 'gue banget' itu memberikan identitas kepada customer kita.

Kelihatannya memang kecenderungan trend customer memang seperti ini.
Saya teringat pada salah satu tips yang diberikan oleh Tanadi Santoso seorang consultan bisnis (boleh dikatakan begitu...) di Surabaya yang sering berbicara di salah satu radio bisnis di kota ini (dan jaringan radio yang sama di kota-kota besar lain), tentang trend customer masa kini.
Salah satu point yang beliau katakan adalah customer sekarang semakin 'Individual', semakin ingin diistimewakan, semakin ingin dibedakan dari yang lain.

Well, the tribe has spoken.... that's the highlight of marketing today.



cheers all....

Saturday, January 8, 2011

Mengemudi Sendiri dari Denpasar ke Surabaya

Teman saya, Satya Hody berencana 'hijrah' dari Denpasar ke Surabaya dengan mengemudikan sendiri mobilnya.
Nah, bagi anda yang punya keinginan yang sama, jangan kuatir untuk melakukannya, perjalanan Dps - Sby tidak semenakutkan dan menjemukan yang dibayangkan, banyak tempat singgah dan tempat makan yang menarik sepanjang perjalanan untuk disinggahi.

Simak uraian dibawah ini

Total waktu perjalanan anda termasuk waktu di atas kapal ferry kira-kira 9 - 11 jam. Tentu saja semua relatif, tergantung pada ketahanan mengemudi, kecepatan kendaraan, sering tidaknya berhenti untuk makan, buang air kecil, isi bensin dll.
Rekor 9 jam saya dapatkan dengan non stop tanpa singgah makan/isi bensin/buang air kecil, mengemudi malam (sampai di Surabaya dini hari) dan ketika berada di penyeberangan langsung masuk kapal, kapal langsung berangkat dan mendapat tempat terdepan ketika keluar fery.
Karena perbedaan zona waktu antara DPS dan SBY, total waktu di jalan seolah-olah menjadi hanya 8 jam saja.


Dan berikut adalah rute yang bisa anda tempuh dari DPS ke SBY.

Dari Denpasar, anda harus pergi ke arah terminal Ubung di utara kota.
Bila anda berada di daerah Kuta anda bisa mengambil jalan Imam Bonjol yang panjang sekali ke arah jalan Cokroaminoto terus ke utara. Atau anda juga bisa ambil short cut tanpa harus lewat kota DPS, yaitu lewat Legian-Seminyak-Kerobokan langsung tembus sebelum Tabanan.
Jika anda mengambil jalan Imam Bonjol lewat tengah kota, anda perlu waspada akan jalan searah di dalam kota denpasar.
Jika anda lewat Kerobokan anda perlu waspada karena banyaknya persimpangan dan jalan yang cenderung tidak lebar dan mulus, banyak rumah penduduk dan kendaraan yang membuat anda tidak bisa mengemudi dengan cepat.
Satu lagi alternatif yang mudah namun agak memutar adalah lewat jalan By Pass Ngurah Rai. Dari Kuta ke 'Simpang Siur' di Matahari Galeria terus saja ke arah Sanur dan ketika tiba di persimpangan ke Padang Bai, lurus saja dan belok kiri ke arah Gatsu (Gatot Subroto).
Anda berada di Gatsu Timur, lurus saja ke Gatsu Barat, lewat beberapa perempatan besar.
Setelah itu baru belok kanan di Cokro ke arah terminal Ubung (Ada patung salah satu Pahlawan nasional di perempatan tersebut, dia bawa pistol pokoknya hahahaha...).
Jalur ini relatif lebih mudah karena banyak tanda 'Surabaya' sepanjang jalan dan merupakan jalan utama yang lebar.

Dari Ubung, anda tinggal mengikuti jalan besar saja, banyak penunjuk arah yang menunjukkan arah 'Gilimanuk' atau 'Surabaya'.
Kota kota yang akan anda lalui : Mengwi, Tabanan, Negara dan Gilimanuk.
Jika anda lewat Kerobokan, anda akan bergabung di jalan utama di antara Mengwi dan Tabanan, langsung belok saja ke kiri ke arah Tabanan - Gilimanuk.
Di daerah Tabanan banyak tempat makan Babi Guling yang tersebar di pinggir jalan, mulai dari yang berkelas warung hingga yang besar mirip restaurat.

Lepas dari Tabanan, di jalan antara Tabanan - Negara, anda akan melewati jalan pegunungan, berkelok-kelok, sempit dan rawan macet. Kalau ada beberapa kendaraan besar yang kesulitan menanjak, dijamin lalu lintas akan tersendat. Hati-hati sepanjang jalur ini anda akan menjumpai banyak persimpangan ke Singaraja. Perlambat laju kendaraan untuk melihat penunjuk arah di setiap persimpangan.
Masih di jalan antara Tabanan-Negara, setelah lepas dari jalan pegunungan, anda akan melaju di sepanjang pantai selatan Bali. Sebelah kiri banyak pohon kelapa, pantai... anda bisa mendengarkan suara ombak...
Jarang ada rumah makan di sepanjang jalan antara Tabanan-Negara. Tempat makan yang menurut saya layak disinggahi sekaligus jadi tempat istirahat adalah di Tabanan atau Gilimanuk.
Pom Bensin banyak tersebar di sepanjang jalan antara DPS dan SBY, tidak perlu kuatir akan hal ini kecuali anda memakai Pertamax (update Des 2013, sudah banyak pom bensin pertamax !).

Setelah Desa - dan sekaligus pantai - Candi Kesuma, anda akan bertemu dengan persimpangan ke utara (kanan) ke arah Gereja Palasari (klik untuk info lebih detail).
Ada petunjuk arah yang cukup besar namun agak sulit terlihat kalau malam hari karena tidak ada penerangan di sepanjang jalan.

15 km setelah persimpangan ke Goa Maria Palasari ini anda akan mulai memasuki kawasan Gilimanuk. Dimulai dengan pertigaan besar ke utara (kanan) ke arah Taman Wisata Nasional Bali Barat (Menjangan, Pemuteran, Singaraja). Lurus saja dan anda segera akan melewati sebuah gapura besar.
Anda tahu sekarang sudah berada di daerah penyeberangan fery Gilimanuk-Ketapang.

Nah, jika anda datang antara jam 9 WITA dan 20 WITA anda bisa mampir ke salah satu warung Ayam Betutu yang di Gilimanuk ini. Ada banyak ayam betutu disepanjang jalan di sebelah kiri anda.
Kalau anda favorit dengan ayam betutu 'terkenal' seperti Bu Lina (1dan 2), Men Tempeh dst, anda harus belok ke (kanan) di depan pasar Gilimanuk (disitu ada terminal kecil, parkir mobil juga luas) dan mencari rumah makan ayam betutu di sekitar sini. Jika tidak terlalu sore ada beberapa warung Babi Guling dan warung makan lainnya (Muslim) disini. Anda bisa beristirahat, makan, buang air kecil sebelum menyeberang.

Masuk ke penyeberangan Gilimanuk, siapkan SIM, STNK dan uang Rp. 94.000 per mobil untuk bisa masuk ke ferry. (Update Feb 2013 - harga ticket naik menjadi Rp. 114.000 per mobil, update Des 2013, setelah kenaikan bbm di pertengahan 2013, harga ticket naik menjadi Rp. 124.000 per mobil, hati hati petugas sering gak ngasih kembalian Rp. 1000 nya ! hahahahaha...)
Jangan pernah lupa membawa semua kartu identitas anda, pastikan SIM masih valid atau anda bakal menemui masalah di penyeberangan.
Dengan biaya sekian itu anda bisa membawa penumpang sebanyak yang anda mau di mobil anda karena biaya dihitung per mobil / kendaraan bukan per kepala :).
Lama perjalanan DPS - Gilimanuk sekitar 3-3.5 jam jika anda mengemudi non stop dan tanpa kemacetan sepanjang perjalanan. Jika anda berangkat pada pagi - sore hari waktu tempuh akan lebih lama dibanding jika anda berangkat malam hari.

Load di pelabuhan Gilimanuk ataupun Ketapang tidak pernah bermasalah dalam 2 tahun terakhir ini. Saya tidak pernah punya masalah menunggu terlalu lama. Paling lama hanya 30 menit saja.
Jika anda beruntung anda bisa langsung masuk di last row dan kapal akan langsung berangkat.
Total waktu di laut hanya sekitar 45 - 60 menit saja. total 1 - 1.5 jam dari mulai masuk ke kapal hingga keluar dari kapal.

Tiba di Ketapang, siapkan uang 1.000 rupiah, kadang ada karcis pungutan dari pemda Banyuwangi.
Lepas dari penarikan karcis, belok kanan dan anda sudah ada di jalan raya Ketapang - Surabaya... just follow the road... :). All the way to the West you are now....

Tidak jauh dari pelabuhan anda bisa bertemu dengan pom bensin (jika ingin buang air kecil), convenience store seperti Alfamart dan Indomart. Jika ingin makan, sebaiknya menunggu hingga tiba di Situbondo.
Hati-hati sebab jalan antara Ketapang hingga Situbondo bisa dikatakan cukup sepi, tidak ada restaurant yang cukup besar.
30 menit lepas dari ketapang anda sudah akan masuk kawasan Bajulmati, hutan jati sepanjang kira-kira 30 - 50 km. Situasi jalan gelap, tidak ada lampu jalan, tidak ada rumah penduduk karena lokasi ini ada di dalam  Taman Nasional Baluran. Tepatnya jalan raya ke arah Situbondo ini membelah TN Baluran.
Pastikan anda punya cukup bensin untuk berjalan sejauh 50km.
Lepas dari Bajulmati anda akan bertemu kota kecil pertama, Asembagus.
Pom Bensin, Restaurant kecil, convenience store, toko-toko, ATM BCA dapat anda temukan disini. Kesibukan disini hanya sampai kira-kira jam 20.00 WIB selebihnya tidak banyak toko dan warung yang buka.

Setelah Asembagus adalah Situbondo. Kira-kira butuh 1.5 hingga 2 jam dari Ketapang untuk mencapai Situbondo. Disini banyak restaurant yang cukup terkenal. Chineese Food : Restaurant 'Malang' di kanan jalan setelah jembatan besar. Just slow down when you fill the 'city traffic' and you'll find it....
Restaurant Srikandi, juga chineese food yang rasa masakannya tidak kalah dengan Restaurant Malang tapi harga lebih bersahabat.

(Update note : sekitar Juni 2011 sampai akhir Dec 2011, saya lihat restoran Malang ini selalu tutup, tidak bisa dikunjungi... tidak ada keterangan, entah tutup, pindah lokasi dll).

Lepas dari Situbondo, 0.5 hingga 1 jam mengemudi, anda akan sampai di daerah wisata Pantai Pasir Putih.
Total waktu tempuh dari Ketapang sekitar 2.5 hingga 3.5 jam jika anda mengemudi siang hari.

Mulai dari Pasir Putih, anda akan banyak bertemu kota kecil maupun kota besar. Tidak usah kuatir dengan rumah makan, pom bensin dll. Semuanya ada dalam jarak yang berdekatan.
Tepat di seberang hotel Sidomuncul anda bisa makan ikan bakar dengan harga yang relatif murah dan sambal yang menurut saya : ueeenaaakk tenan....
Ikan-ikannya pun segar. Pemilik warung sekaligus merangkap pembakar ikannya adalah seorang kapten kapal yang dulu sering berpetualan mengikuti orang Diving atau memancing. Cak Sapari namanya.

Kalau kuatir menunggu lama anda bisa pesan ikan dulu untuk dibakar : +6281-351-731891.
Ikannya dijamin segar dan besar... sambelnya mak nyuss... dan lalapannya seger banget, ada kangkung sungai yang tidak pernah saya jumpai di tempat lain.
(sst.... anaknya pak Sapari juga cuakep setengah mati lho... hahaha... masih SMP tapi sudah kelihatan kalau bakalan cakep hahahaha... lumayan jadi bahan pembicaraan para diver...)

Setelah pasir putih kota terdekat adalah kota kecil Besuki. Disini juga ada satu warung tempat diver singgah, suguhannya kali ini adalah Bakso !
Bakso halus dan kasar yang dimakan dengan lontong. Nama restaurantnya : Bakso Solo Larasati
Bersama divers dari pt. HESS,
makan di depan restaurant bakso Solo Larasati, Besuki.


Lokasinya saya gambarkan seperti ini.
Masuk kota Besuki dari Ketapang (timur) anda akan menemui belokan ke kiri. Nah setelah belokan ke kiri tersebut, tak berapa lama anda akan menemui pertigaan ke kanan dengan monumen kereta api di tengah-tengah pulau jalannya.
Disitulah restaurant Bakso Larasati ini buka. Di pertigaan monumen itu, jangan ambil belokan kekanan (ke Surabaya), lurus sedikit hanya 20 meter setelah monumen itu warung Bakso ada di sebelah kiri.
Lokasi ini sebenarnya sudah dekat sekali dengan Alun-alun kota besuki. So seharusnya lokasi ini tidak sulit dicari.
Kalau navigasi bawah air yang modelnya abstrak saja lulus, cari restaurant yang ada di pinggir jalan pasti jauh lebih enteng... hehehe....

Lepas dari Besuki segera anda memasuki kawasan Paiton, Pusat pembangkit listrik untuk Jawa dan Bali.
Paling indah jika dilewati di malam hari karena (mentang-mentang pabrik listrik...) semua lampu dinyalakan terang benderang.
Hati-hati dengan markah jalan, polisi disekitar sini galak-galak... jangan menyalip jika markah jalan tidak putus-putus.
So, kalau di depan anda ada truk, atau kendaraan gajah lain yang geraknya lambat, salip lah sebelum Paiton atau anda harus manyun nunggu dibelakang asap tebalnya sambil menikmati tanjakan Paiton :).

Lepas dari pembangkit listrik Paiton, anda akan sampai di kota Paiton itu sendiri, gak terlalu besar...
Tapi sekarang (Des 2013) udah banyak rumah makan, hotel, bahkan sudah ada lapangan futsal dan driving range nya !!
Paiton anda akan sampai di kota yang lumayan besar, Kraksaan, at least banyak pertokoan sepanjang jalan, Bank dll. Setelah Kraksaan ada kota kecil, Gending, yang menjadi terkenal karena pabrik gula dan lokasi Rafting sungai Pekalen (masih 15 km masuk dari jalan raya).
Lepas dari Gending, ada pantai wisata, Pantai Bentar yang menandakan anda sudah dekat ke Probolinggo.
Jarak Kraksaan - Probolinggo sekitar 30km.
Sampai di Probolinggo, hati-hati karena anda harus ambil jalan melingkar di kota ini (karena jalan lewat tengah kota hanya satu arah, dari Surabaya saja. Arah sebaliknya dari Ketapang ke Surabaya harus ambil jalan lingkar).
Ada pertigaan yang membuat anda harus belok ke kiri dan kemudian kembali lagi ke jalan utama.

Sepanjang jalan dari Probolinggo, Tongas, anda punya banyak sekali pilihan singgah untuk makan.
Mulai dari Restaurant Sumber Hidup di Probolinggo (terkenal, favorit kakek nenek, bapak ibu kita... es krimnya katanya enak banget... sop buntut juga yahud :)).
Dan restaurant-restaurant besar yang bertebaran sepanjang Probolinggo hingga Tongas. Ada ATM BCA, ada tempat parkir yang luas.
Kalau suka makan rawon silahkan coba Rawon Nguling.

(Update 2011, hingga desember 2011, jalan antara Probolinggo - Tongas ini langganan macet. Jalan hanya 2 line sehingga ada gangguan sedikit saja pasti macet. Banyak kendaraan berhenti dan keluar masuk restaurant ditambah angkutan berat yang jalannya pelan.

(Update 2013, jalan antara Probolinggo - Tongas masih kadang-kadang macet. Waspada dan siap2 saja kalau ada kecelakaan sebelum jembatan tongas, bisa jadi macetnya mengular... selalu siapkan GPS untuk cari jalan alternatif !).

Lepas dari Tongas anda akan sampai di Pasuruan.

(Update 2013) Jalan Raya mulai dari Tongas sampai dengan Bangil sekarang sudah diperlebar, sudah tidak 2 jalur lagi tapi bisa sampai 4 jalur, walaupun tidak merata, kadang 2, kadang 4 :D. Tapi sudah sangat lumayan lah, dahulu siksaan terberat mengemudi adalah di jalur Probolinggo - Pasuruan ini, sekarang sudah lebih mending, tinggal Probolinggo - Tongas saja yang kadang-kadang padat.

Di Pasuruan, lurus saja sampai perempatan dengan lampu merah, dan ambil jalan ke kanan (hati-hati tanda arah ke Surabaya nya kurang jelas), 200m kemudian langsung ke kiri di depan Gereja Katholik lewat jembatan dan lurus terus ke Surabaya.

Di sekitar Pasuruan anda bisa mampir di restaurant yang menyediakan makanan khusus berbahan dasar Tahu. Sangat amat variatif dan patut dicoba...
Lokasinya, lewat dari kota Pasuruan, lewat sedikit dari Carefour restaurant special tahu ini ada di kanan jalan.

Setelah Pasuruan anda akan melewati kota kecil Bangil, di kota ini, dekat dengan alun-alun anda bisa mencoba makan Kambing Oven di Restaurant Cairo. Harga memang agak mahal (Rp. 55.000 kalau gak salah), tapi rasanya Mak nyus pokoknya...
Kemudian jalan menjadi lebar dan terang benderang oleh penerangan jalan dan kemudian menyempit lagi menandakan anda sudah dekat dengan Bundaran Gempol, tempat (almarhum) pintu gerbang Tol Gempol-Surabaya.
Banyak toko-toko kecil di sepanjang jalan menuju bundaran tol ini, anda bisa membeli oleh-oleh seperti tape, kerupuk pasir, klepon dll).


Di bundaran Gempol, jika diumpamkan anda masuk dari Tenggara (kanan bawah), anda akan menjumpai sebuah bundaran dengan 4 arah.
Jika anda lurus ke Barat Daya (kiri bawah) itu adalah arah ke Malang (bisa juga ke Surabaya namun jalan ini lebih jauh).
Jika anda ambil arah Timur Laut (kanan atas) itu adalah pintu gerbang tol lama (yang sekarang sudah terendam lumpur Lapindo).
Nah jalan yang paling singkat untuk ke Surabaya adalah yang ada di arah Barat Laut (kiri atas).
Masuk ke sana, situasi bundaran Gempol memang gelap gulita dan agak sulit melihat rambu-rambu petunjuk arah namun simak penjelasan diatas dan berjalan perlahan untuk melihat rambu, seharusnya anda tidak akan tersesat.

(update 2011, exit barat laut (kiri atas) tersebut sekarang seringkali ditutup. Jika anda tiba di bundaran gempol saat jam sibuk, heavy traffic, lebih baik anda ambil exit barat daya (kiri bawah) yang ke arah malang, dan baru belok kanan di bundaran besar. Jam sibuk yang dimaksud misalnya adalah jam pulang kantor, hari jumat sore, hari minggu sore - malam).

Jika anda ambil jalan barat laut (kiri atas) anda akan bertemu dengan jalan utama Porong sebagai jalan poros Surabaya - Malang.
Setelah melewati sebuah overpass jalur kereta api. Siapkan uang receh, biasanya ada polisi cejing (cepek sudah tidak jaman lagi), atau istilah kerennya 'Supeltas', ada di ujung jalan yang membantu anda untuk belok kanan ke arah Surabaya.
Saya sih tidak pernah memberi uang, termasuk orang yang kurang berterima kasih akan kehadiran supeltas ini :p.

Segera anda sampai di jalan raya Porong ada di jalan yang sering kali menjadi macet terutama ketika pagi, sore dan weekend.
Jika lancar, 15 - 30 menit setelah jembatan Porong anda akan tiba di pintu tol Porong ke arah Surabaya.
Di sini, jika anda memilih untuk belok kiri, berarti anda memilih ke Surabaya lewat jalan tol.
Jika anda memilih untuk lurus, berarti anda memilih jalan biasa, yang sudah ada sejak sebelum jalan tol Gempol-Surabaya ini, yakni lewat Sidoarjo, dan masuk Surabaya lewat bundaran Waru.

Update 2013, di awal tahun, kelihatannya karena jalan utama porong sering dibuat lokasi unjuk rasa warga sekitar... maka dibuka satu jalan potong dari ujung tol Surabaya - Porong yang melingkari lokasi lumpur lapindo.... langsung tembus ke dekat bunderan gempol / pertigaan japanan.
Jalan baru ini cukup lebar dan mulus, kalau kita dari Surabaya, di ujung tol harus putar balik ke arah Surabaya dulu, baru belok kiri ke jalan baru ini.
Kalau kita dari Malang, setelah Japanan, kita 'dipaksa belok kiri' itulah jalan baru yang ujungnya ke jalan tol. Kalau kita ingin ke Surabaya tanpa lewat tol, harus putar balik dan kembali ke jalan utama Gempol - Porong.

Jalan Tol Porong-Surabaya juga berakhir di Bundaran Waru. Jarak dari Porong ke Bundaran Waru sekitar 20km saja.
Anda bisa keluar disini atau memilih meneruskan masuk ke tol dalam kota (Tol Waru-Perak).
Total jarak dari Porong ke Perak adalah 35km. (Km 0 adalah Bundaran Kodikal di Perak, Km 35 adalah pintu tol Porong).


Welcome to Surabaya :).


Semoga tulisan ini bermanfaat....




----------------------------

Friday, December 24, 2010

Diving Lembongan - Nusa Penida (2)

Trip Date : December 5-6th 2010.

Kedatangan kedua ke Nusa Penida, waktunya gak lama, 2 hari saja, 4 kali dive. Tapi memang Penida adalah Penida hehehe... selalu pantas dan layak dikunjungi...
Kali ini gaya backpacker abiesss... nginep seadanya... (kasur agak apek sih, tapi cueeekk... besok khan udah nyebur lageee...). Dan memang gak perlu AC, gak ada nyamuk, gak panas sama sekali... tidur nyenyak di rumah kayu milik Dive Lembongan Adventure hehehe... lumayanlah... biar hemat...

Klik Link ini untuk langsung ke trip Lembongan - Penida sebelumnya.

Trip kali ini saya bersama Satya Hodi full 2 hari hehehe... trims ya Sat udah ditemenin beradventure, semoga enggak kapok trip bareng gua...

Berikut lokasi yang didatangin kali ini :
Mangrove
Blue Corner (lagi...hehehe...)
Ceningan Wall
dan final dive : Bat Cave di Cristal Bay !!

Mangrove point
Seperti biasa, sangat menawan... drift yang 'sums up' Penida, menawarkan a little bit of everything dari Nusa Penida dan Lembongan.
Start dari area Mangrove di ujung pulau lembongan, kita drift dive sampai di ujung / awal Blue Corner. Benar-benar 'complete' mangrove !.

Awal dive site ini (5 - 30 menit pertama) dipenuhi dengan 'coral gunung berapi' (saya belum tau namanya, ntar kalau udah tau namanya saya revisi :D). Dan gunungnya cenderung tidur ke arah barat daya (searah arus dari Mangrove ke Blue Corner).
Setelah kira-kira 30 menit baru tipe coral berubah menjadi lebih hard coral.

Mangrove, Finger Corals and small fishes

















Blue Corner
Semakin sering didatangin, semakin tidak merasa menakutkan.
Kedatangan kali ini agak mengecewakan karena sama sekali tidak menemukan ikan pelagic di lembah Blue Corner.
Kami Dive sekitar jam 12:00, arus tidak ada. Sebelum nyemplung, ketika mencuci mask saya langsung terkejut.. uuhhh AIRNYA DINGINNN... ahaaaa... ini dia moment bagus... semoga ada mola-mola dibawah... Setelah nyebur saya lihat dari termometer di console saya, suhu air sekitar 25-26 DegC. Nyaman sekali karena diving jadi tidak panas, tidak gampang capek.
Hanya semenit setelah nyebur, kami ketemu 2 Marble Rays dan 1 Nurse Shark ukuran 1.5m an.

Sayangnya semuanya tidak terabadikan karena memang kita gak bawa kamera sama sekali :P.
Walaupun Marble Ray dikatakan berukuran besar, namun yang kami temui diameternya hanya 1.5m an saja, cukup besar untuk bikin saya jaga jarak hehehe... tapi kalau saya perhatikan 'tatapan matanya' ceileee... kelihatannya kok jinak-jinak saja, mirip tatapan mata golden retriever hehehe...
Meskipun demikian saya tidak akan memegangnya selama masih ada 'senjata' di buntutnya itu... hehehehe...


Walaupun gak ada foto, ini saya cari foto di internet bagi yang penasaran sama modelnya Marble Ray :
An Example of a marble ray























Foto di Blue Corner yang di ambil oleh Aya, thanks buat fotonya :).

Visibility perfect, semua terlihat jelas sekali dan jernih.
Sayang memang tidak banyak ikan dan coral di blue corner, mungkin karena arus yang kencang cenderung menghabisi koral dan ikan2 kecil disini.

Lanjut ke 30 - 35m kami kicking sambil terus mengamati kedalaman untuk mencari kalau-kalau ada pelagic fishes. Hampir 15 menit saya hovering di kedalaman itu sambil pelan pelan bergeser.
Karena gak bawa dive comp saya sesekali harus melihat posisi DM. Saya konstantly 2 - 3 m dibawah DM.


Kepala agak berdenyut, hampir selalu seperti itu kalau hari pertama dive. Mungkin masih penyesuaian. Tapi demi melihat pelagic fishes, saya bela belain terus bertengger di pinggir tebing sembil terus memonitor wilayah yang lebih dalam.

Herannya sepi sekali... benar-benar sepi, bahkan ikan-ikan kecil pun tidak nampak. Well, walaupun demikian, kepuasan tersendiri untuk bisa menengok panorama Blue Corner sekali lagi.



Ceningan Wall

Selat antara Ceningan Dan Nusa Penida. Disitulah letak dive point Ceningan Wall.
Selat ini adalah lokasi dimana arus throughput dari Sulawesi - Kalimantan menyempit dan mengalir ke Samudera Hindia.
Jadi memang lokasi ini punya potensi sangat besar untuk menjadi drift dive yang mantap.
Ceningan Wall tidak bisa diselami setiap saat, jika arus sangat kencang, biasanya di pagi hari, maka visibility menjadi buruk dan arus terlalu kencang.
Ketika pasang, biasanya sekitar jam 11-12:00. Arus di ceningan wall sering kali berubah arah, down, up current tidak ideal untuk penyelaman.
Waktu yang tepat untuk menyelam adalah ketika hampir puncak pasang. Arus cukup untuk drift, searah, tidak ada down / up current dan visibility juga baik.

Sayangnya kami masuk tepat ketika puncak pasang, akibatnya arus sering berubah arah. Kadang kami melawan arus, beberapa kali down current, hingga bubble turun ke bawah (pertama kali saya melihat bubble saya turun ke bawah !). Secara umum, kondisi diving kurang menyenangkan akibat salah timing descend.

Namun lokasi ceningan wall sendiri sangat indah menurut saya.
Wall dengan kemiringan 70-80 derajat, dengan bottom yang tidak terlihat (DM kami bli Rudi berkomentar bahwa dia pernah turun ke 60m dan belum melihat bottomnya).
Wall nya sendiri sangat indah karena dipenuhi coral warna-warni. Tubastrea warna hijau dan kuning scotch light mendominasi lokasi ini.
Ikan-ikannya kaya dan cukup banyak, kondisi koral masih sehat sekali.
Kesan mistis tetap ada karena laut terlihat gelap, arus yang deras di tengah selat membuat adrenalin selalu terpacu untuk tetap waspada.

Kami bertiga melipir sepanjang tebing sambil selalu bersiap-siap, jika tiba-tiba ada arus datang, kami bisa langsung berpegangan pada karang. Dan beberapa kali memang kami harus berhenti, pindah ke tempat yang lebih dalam atau naik sedikit untuk menghindari arus yang kencang.
Walaupun tidak bisa bersantai, tetap saya anggap ceningan wall adalah lokasi selam yang indah dan kaya.

Kami ascend tepat di ujung utara (timur laut) ceningan, terlindung dari arus deras selat ceningan-penida.



Cristal Bay

Dan inilah Bat Cave (Gua) di Cristal Bay yang jarang didatangin... padahal entry/exit tidak sulit dan tingkat kesulitannya pun tidak tinggi. Sangat cocok untuk jadi pemanasan sebelum menunggu Mola-mola di tebing bawah laut di Cristal Bay...

Bat Cave Cristal Bay, di atas air...
Entry, dari bawah air ke Bat Cave
Cristal Bay.
















Mulut gua ini sebenarnya sangat mudah terlihat dari luar, tapi 1 jam surface interval di Cristal Bay saya tidak melihatnya. Gua seperti ini sangat mudah menjadi sarang kelelawar, dan memang demikian adanya.
Lubang tersebut memungkinkan cahaya dan udara bebas masuk ke dalam gua, menyajikan pemandangan yang amat indah baik di permukaan maupun di bawah air.
Jalan masuk ke Bat Cave di Cristal Bay,
serasa masuk sebuah pintu gerbang.

Jalan masuk ke dalam gua dari bawah air cukup lebar, 2m dengan ketinggian 15 - 20 m. Membuat kita serasa masuk ke dalam sebuah gerbang.
Dasar yang berpasir dan berpola membuat suasana semakin indah. Beberapa nudi branch saya temukan di dinding jalan masuk gua.

Walaupun masuk ke gua, kita tidak memerlukan torch, cahaya masuk dari kedua arah, dari pintu masuk gua dan bagian gua yang terbuka di atas permukaan air.




Hanya butuh 15 menit dari tempat descend di luar gua untuk masuk ke dalam gua. Hanya makan udara kurang lebih 50 bar saja. Kesulitan terbesar mungkin adalah selama berada di permukaan, karena ombak cukup tinggi. Harus dengan cepat descend dan ascend.

Setelah puas (mabok ?) berada di dalam gua (sorry, agak bau amoniak, khas kelelawar :p). Kami keluar dan mendekati tebing untuk cleaning station Mola-Mola the sun fish. 15menit kami menunggu sambil melihat para 'cleaner' banner fish dan ikan2 cleaner lain berkeliaran disitu. Memang spot yang bagus untuk cleaning station mola-mola sih....
Temperature hanya 26an degC, saya kira kurang ideal untuk mola-mola, dan benar sekali lagi saya harus menahan keinginan untuk melihat mola-mola dengan mata kepala sendiri hehehe....
Tidak ada ikan besar, sepi. Arus cukup deras dan terasa surging. Kami harus berlindung rapat dengan permukaan coral supaya tidak terkena arus. Sering kali untuk berpindah dari satu spot ke spot lain kami harus merangkak menggunakan tangan.

Satu hal yang cukup saya sesali... torch saya yang pertama dan saya sayangi hilang... saya rasa karena saya keluarkan dan ketika meletakkan kembali ke saku BCD, torch tersebut terbelit lanyard untuk pointer.
Ketika pointer tertarik, torch nya terlempar keluar saku... saya rasa begitulah ceritanya...
Mana di dalamnya ada 4 biji battery AA merk Eneloop. Rp.25rb an tuh sebiji hehehe... udah 1/3 harga torchnya yang memang gak mahal tapi saya sayangin hehehe....
Jadi musti hunting torch lagi nih di deep and extreme expo 2011...



Non Diving Activities :
Kali ini saya kesampaian juga berangkat ke Hutan Mangrove di pulau Lembongan bersama rombongan Thea dari Jakarta.
Harga ticketnya : 25.000 per orang, plus charge perahu 100an ribu per perahu (harga perahu ini saya kurang pasti).
At Mangrove Lembongan
Kalau anda membayangkan bahwa Hutan Mangrove ini ada hubungannya dengan dive point yang namanya juga sama : Mangrove, anda benar ! Dive point Mangrove memang start descend nya dimulai di depan hutan mangrove ini, 100-200m dari pantai mangrove.

Di hutan Mangrove ini, anda bisa berfoto ria, dan menikmati keindahan 'sungai' di tengah-tengah hutan mangrove. Tukang perahunya pun mendorong perahu dengan galah, serasa di Venesia saja hahahaha...
Kedalaman airnya hanya 50 - 100 cm saja, sehingga cukup mudah melihat dasar laut disini. Banyak kepiting, buaya buaya kecil dll yang hidup di lumpur, khas ekosistem mangrove.
Kami dibawa masuk ke dalam hutan kemudian keluar ke lautan lepas dan kembali ke dermaga. Di dekat dermaga ada rumah apung dan cafe di pinggir laut dengan pemandangan pulau Bali dan Gunung Agung.
Lokasi yang nyaman untuk beristirahat dan indah untuk berfoto-foto.



Candi Dasa
Akhirnya.... kesampaian juga dive di Candi Dasa, thanks buat 'Ibu' Lisa yang suka pakai nama samaran Regina Klover (biar ke-minggris-minggrisan)...
Dive 2 kali di Mimpang dan Tepekong jadi pengalaman yang berkesan.... ok saya mulai 'reportnya' dari cerita tentang Dive Center Orca, tempat sahabat saya Bu Lisa bekerja...
Orca Dive Center, Candi Dasa, Bali
Foto acara pembukaan... remove meja-meja dan payung janurnya
itulah kondisi DC ini sekarang, rapi... bersih, teratur.....
Boat yang dipakai... Gili Tepekong
dan Mimpang hanya 15 menit jaraknya
dari Orca DC, kedua pulau ini tepat berada
di depan Orca DC. 

Kolam Renang di lokasi Orca DC, buat berendam sehabis diving....
...... :).... nyaman deh....































Dive Center ini sangat bersih dan teratur untuk ukuran dive center di Bali. Maklum managernya orang Jerman, asli... meskipun sudah 'kumuh' juga dengan anting-anting dan celana pendek, tapi sentuhan kerapian ala Jerman nya tetap terjaga. Semua barang dalam kondisi bersih, rapi, sangat nyaman untuk dilihat.
Toilet, tempat merendam peralatan, tempat menjemur, semuanya bersih, rapi dan mudah dijangkau. Servis sangat memuaskan, semua petugas disana sudah mengerti dan mengikuti SOP yang ditetapkan.

Lokasi divingnya pun (disebut oleh ibu Lisa sebagai : 'House Reef'... ciee....) berada persis di depan Dive Center. Ini saya sambungkan dengan website Orca. Gili Tepekong, salah satu dive spot yang terkenal di Candi Dasa terlihat di foto dibawah ini. Sangat dekat khan dengan pantai ? :).


Ada beberapa hal yang penting dicatat jika kita ingin diving di Candi Dasa :
* Tide Chart penting untuk diperhatikan karena sekitar full moon dan new moon ombak cenderung tinggi, otomatis arus kuat sehingga tidak disarankan diving di Candi Dasa di sekitar masa ini.
* Entry dan Exit Timing harus sangat diperhatikan, karena jika arus sedang pasang atau surut lokasi ini arusnya sangat kencang sehingga kurang cocok untuk menyelam pada waktu tersebut.
Orca DC memberikan batasan waktu yang ketat supaya kita tidak terlambat masuk atau harus menunggu lama sebelum arus agak tenang. Selalu ikuti petunjuk DM anda :).
* Image bahwa diving di Candi Dasa 'berbahaya' tidak sepenuhnya tepat. Selama anda mengerti timing yang tepat untuk entry, anda bisa menikmati keindahan underwater Candi Dasa dengan santai dan senang....
Lebih baik mengikuti arahan dan petunjuk DM yang tentunya sudah mengerti karakter arus dan pasang surut di sini.
* Walaupun dalam situasi tanpa arus pun, tetap anda akan merasakan arus swelling bahkan di kedalaman 25m sekalipun... Saya sempat kaget, mengira bahwa sudah dekat dengan permukaan, apakah depth gauge saya bermasalah sehingga tidak sadar sudah dekat dengan permukaan ?
Ternyata tidak... saya menoleh ke atas, melihat bahwa memang jauh dari permukaan tapi swelling (arus bergoyang kiri - kanan) tetap terasa. Kelihatannya swelling ini memang karakter dari penyelaman di Candi Dasa.



Gili Mimpang


Atau yang disebut juga 3 gili (3 pulau) memiliki lokasi dive berupa slope yang luas sekali.
Slope ini berada di utara (arah pantai) dari ke tiga pulau tsb. Pulau di tengah, dengan pohon yang bentuknya unik, memiliki sarang burung elang tepat di pucuk pohon tersebut.
Arus di sebelah utara gili mimpang cenderung agak deras, sehingga biasanya anda akan diving di utara yang terlindung dari arus deras.
Slope sangat landai, pasir dan beberapa boomies anda temui di sisi utara ini. Pasir disini sangat kaya dengan cuttle fish, sting ray, sand dollar dan biota pasir lainnya.
Saya sempat bertemu dengan blue dan black ribbon eel, yang sayangnya karena gak bawa underwater kamera, gak bisa diabadikan hehehe.... tapi mereka memang cute...

Seharusnya slope pasir di Gili Mimpang juga menyimpan banyak reef shark yang beristirahat. Entah gak pas jam nya, saya gak bertemu dengan hiu seekorpun.


Gili Mimpang cukup ramai didatangi wisatawan, kebanyakan manca negara, jarang terlihat turis lokal disini.
Ada beberapa cekungan bekas bom ikan disini, sehingga di beberapa lokasi terlihat koral yang sudah menjadi rubble.
Kotoran sedikit jarang meskipun sempat juga saya menemukan sebuah sandal japit hehehe.... kata sang DM : terbawa dari sungai... yeah... walaupun demikian lokasi ini masih jauh lebih bersih dari pos 1atau pos 2 di pulau menjangan yang banyak sekali sampah baik di pantai maupun di daerah dangkal dekat dermaga nya.



Gili Tepekong

Bagi saya koral di dive spot Gili Tepekong lebih kaya daripada Mimpang. Jika mimpang kaya dengan makro dan sandy creatures nya, Gili Tepekong lebih indah pemandangan bawah airnya.
Ada beberapa Rock pillars dan Under Water Hill yang besar terutama di sisi utara pulau ini.
Saya sempat dibawa masuk kebawah rock pillar, serasa berada di istana bawah laut ! hehehe... sayang sekali lagi saya tidak berhasil menemukan big fish disini. Seharusnya rongga dibawah pillar batu tersebut adalah tempat ideal untuk sarang hiu.

Namun demikian pemandangannya sangat indah.
Swim through di bawah rock pillar itu juga dinamakan 'washing machine' karena swim through tersebut juga sebagai tempat arus lewat, dan dapat menimbulkan pusaran air di bagian atasnya karena saking derasnya arus yang lewat.
Saya cukup yakin arus di sini bisa kencang sekali karena memang batu-batu di sekitar lubang tempat masuk dan di dalam rongga di dalam rock pillar semuanya licin dan berwarna putih. Sepintas kita serasa melihat ada 'jalan batu putih' yang menunjukkan lubang tempat swim through tersebut. Tentunya batu yang tidak dilewati arus yang kencang akan banyak ditumbuhi koral.

Ikan disekitar gili Tepekong cukup kaya, walaupun tidak sangat banyak, namun relatif terjaga dan cukup bervariasi, lion fishes, ular laut, berbagai macam koral fish dapat banyak dijumpai disini.
Menurut saya jumlah ikannya sedikit lebih banyak dibanding wall di pos 2 menjangan, namun tidak seramai anchor point di menjangan.


Setiap selesai diving, kita langsung kembali ke Orca DC untuk surface interval. Sangat menyenangkan karena kita tidak perlu istirahat di atas perahu atau di tengah pulau, kita bisa santai, tidur di swimming pool hotel yang lokasinya berada persis di depan Orca DC.

Hotel di Candi Dasa juga tidak terlalu mahal, selalu akan ada 'back packer's' hotel di lokasi-lokasi diving di Bali. Anda harus rajin bertanya kepada penduduk lokal disitu untuk mendapatkan info tempat menginap dan tempat makan yang murah tapi enak hehehe....
Agak sulit mencari tempat makan yang murah di sepanjang jalan raya Candi Dasa.


Saya sebenarnya ingin melakukan dive ketiga di Gili Biaha yang sekitar 30menit dari Orca DC, namun menurut sang DM, lagi-lagi menurut DM, situasi enggak cocok buat kesana, arus sudah datang katanya...
Entah benar entah enggak, tapi memang DM yang satu ini terkesan hati-hati sekali.... bagus juga sih hehehe... gak suka sama diver yang bertipe semi-semi sableng kayak saya.
Ya sudah akibatnya saya gak jadi menengok Gili Biaha... never mind... next trip ok ?!

Candi Dasa I'll be back.....





.

Konsep dan Pemakaian Dive Table (Dive Table, Concept and Application)


Sebagai persyaratan untuk mendapatkan sertfikat Open Water Diver (A1 untuk POSSI/CMAS), Dive Table adalah salah satu materi yang akan wajib dikuasai.
Sayangnya tidak banyak Instruktur Selam / Dive Master yang mengharuskan anda untuk benar-benar memahami dan mengharuskan penerapan Dive Table, baik dalam dive planning maupun selama berada di trip penyelaman.
Padahal, dengan mengerti konsep dan cara pemakaian dive table, sebenarnya anda dapat memperkecil resiko terjadinya DCS (Decompression Sickness / DCI = Decompression Illness) pada diri anda.

Salah satu alasan utama Dive Table kurang diminati adalah keberadaan Dive Computer yang semakin terjangkau harganya dan semakin lengkap featurenya. Namun walaupun anda sudah memiliki Dive comp, saya akan sangat menganjurkan anda untuk juga mendalami konsep Dive Table yang sebenarnya adalah inti dari Dive Comp itu sendiri.
Alasan lain adalah karena perhitungan Dive Table dianggap sangat 'matematis' dan 'teknis', yang kebanyakan orang 'lebih baik menghindar' daripada meluangkan waktu untuk mempelajarinya...

Mohon jangan patah semangat dahulu :D, karena sebenarnya Dive Table sangat amat mudah dipahami dan sangat berguna sekali lagi untuk menjaga keselamatan diri anda, para penyelam.
Selain untuk melakukan dive planning (normal) pemahaman Dive Table akan sangat berguna dalam situasi emergency dimana anda tidak dapat menggunakan dive computer (jatuh ke air, hilang, mati, error dll).

Mari kita mulai.... :D.
Jika anda ingin bertanya silahkan mengirim email, atau anda dapat mengisi kolom comment dibawah thread ini.


Bagaiamana memperoleh Dive Table ?
Ada banyak sekali dive table yang dijual di dive center dan anda juga dapat men-download sendiri dari internet, beberapa contoh dan link-nya ada dibawah ini :
Contoh dive table yang disediakan oleh organisasi selam :
SSI dive table. (German version).


Namun sebenarnya semua organisasi penyelaman (PADI, SSI, NAUI, NOAA, US Navy dll) menggunakan dasar table yang sama yakni : tabel Bulhmann.
(Klik link diatas jika anda ingin mempelajari lebih dalam tentang tabel Bulhmann (0-700m altitude)).

Beberapa produsen Dive Comp juga sudah menggunakan metode perhitungan RGBM (Reduced Gradient Buble Model) yang lebih presisi namun juga adalah pengembangan dari tabel Bulhmann.


Jika kita ingin kembali ke konsep awal, pertanyaan mendasarnya adalah... :


Apakah Dive Table itu ?
Dive table adalah tabel yang menghitung sisa nitrogen yang ada dalam tubuh anda pada saat dan setelah anda melakukan penyelaman.
Perhitungan sisa nitrogen tidak disajikan dalam satuan ppm (parts per million) namun dalam satuan menit.
(Berapa menit sisa nitrogen dari penyelaman sebelumnya, seolah-olah anda sudah dive selama sekian menit [walaupun anda baru saja descend]). Sisa nitrogen dalam satuan menit ini (RNT=Residual Nitrogen Time) harus diperhitungkan kedalam perhitungan TBT (Total Bottom Time) pada dive berikutnya.

Dengan mengetahui sisa nitrogen dalam tubuh anda, anda dapat menghindari decompression dive (atau 'terkena deco', istilah yang umum dipakai) dan juga menyesuaikan diri dengan pengalaman selam anda.
Misalnya new diver yang masih belum terbiasa dengan kadar Nitrogen yang tinggi dalam tubuh, akan mudah merasa mual, pusing setelah diving, hindari menyelam terlalu dalam atau terlalu lama (Pressure Group tinggi).

Namun perlu selalu diingat bahwa perhitungan yang dilakukan oleh Dive Table (maupun dive comp sekalipun) sifatnya adalah perkiraan atau perhitungan berdasarkan percobaan empiris yang telah dilakukan sebelumnya. Tiap orang memiliki struktur fisiologis dan karakter yang berbeda baik penyerapan, pelepasan maupun reaksi terhadap nitrogen.
Tubuh yang tidak terbiasa terekspose dengan kadar Nitrogen yang tinggi (ie Non Diver) akan lebih rentan terkena Decompression Sickness walaupun sudah melakukan penyelaman dalam batas aman (Non Deco Dive).



Bagian-bagian dari Dive Table :

Dive Table selalu terdiri dari (minimal) 2 macam tabel, 
Table 1 : No Decompression dan Group Designation Table.
(Sering kali tidak memiliki nama yang jelas).
Tabel ini bertujuan untuk :

1. Merencanakan penyelaman, berapa lama di kedalaman tertentu anda bisa menyelam tanpa harus melakukan decompression stop (lihat definisi NDL dibawah untuk penjelasan tentang decompression stop).
Misalnya Diagram A : Table 1 : Seorang penyelam dapat menyelam di kedalaman 12m selama 130menit tanpa perlu melakukan deco stop. Atau 24m selama 30menit, dst....
Note : Seorang penyelam selalu dianjurkan untuk melakukan Non Decompression Dive, penyelaman tanpa perlu melakukan deco stop untuk meminimalkan resiko terjadinya DCS.
Jika anda memang sengaja akan melakukan 'penyelaman deco', maka anda bisa menggunakan Dive Table yang memiliki informasi berapa lama (dan di kedalaman berapa) anda harus 'membayar' pinalty deco tersebut. 
Diagram A1 : Buhlmann Table with
'Decompression pinalty'


Diagram A1 disamping adalah sepotong tabel Buhlmann yang menunjukkan berapa lama (dan di kedalaman berapa) seorang penyelam harus melakukan decompression stop(s).

Misalkan anda berencana menyelam sedalam 30m selama 25 menit (penyelaman deco), maka anda WAJIB melakukan deco stop di 3m selama 5 menit.

Jika anda berada di kedalaman 30m selama 40 menit, maka anda WAJIB melakukan 2 deco stop, di 8m selama 5 menit dan kemudian di 3m selama 17menit.
Dengan demikian anda dapat pula merencanakan pada sisa tangki berapa (pada tekanan berapa bar) anda harus mulai ascend.

Note : Jika anda ingin memperkirakan air consumption rate (konsumsi udara) anda, cobalah search kata kunci diatas di internet.
Intinya : DACR (Depth Air Consumption Rate) = SACR (Surface Air Consumption Rate) x Ambient Pressure at Depth.





















2. Menghitung berapa banyak nitrogen (nitrogen loading) yang terakumulasi dalam tubuh anda selama penyelaman yang dinyatakan dengan peningkatan Pressure Group (PG).
Misalnya Diagram A : Table 1 dibawah ini :
* Seorang penyelam menyelam di kedalaman 12m selama 60menit maka PG setelah penyelaman adalah 'G' (bulatkan keatas).
* Seorang penyelam menyelam di kedalaman 25m selama 20 menit maka PF setelah penyelaman adalah 'F' (bulatkan kedalaman ke atas, lebih safe).
Pressure Group ini adalah 'Group Designation' anda, seorang diver digolong-golongkan dalam group-group tergantung banyaknya nitrogen yang terakumulasi dalam tubuh.
Semakin 'tinggi' abjad nya semakin banyak nitrogen dalam tubuh....
Jika PG anda adalah 'G' artinya : "anda memiliki kadar nitrogen seperti penyelam di group 'G'".
Catatan : Pada penyelaman pertama, anda dianggap tidak memiliki pressure group, No PG = tidak ada sisa nitrogen dalam tubuh.
Yang dimaksud dengan penyelaman pertama bukan penyelaman pertama pada hari itu, tapi penyelaman pertama dalam trip tersebut.


Contoh sebuah dive table :
Diagram A : Table 1 : No Decompression and Group Designation Table.

Dengan data PG yang didapat dari table 1, anda dapat pindah ke Table 2 dibawah ini.



Table 2 : Surface Interval Time (SIT) Table.
Tabel ini bertujuan untuk menghitung pelepasan nitrogen (nitrogen unloading) yang terjadi selama surface interfal. Istirahat setelah penyelaman (surface interval) memberikan kesempatan nitrogen dilepaskan oleh tubuh anda. Berkurangnya nitrogen membuat PG anda juga akan berkurang dan perhitungannya dinyatakan dalam tabel 2 berikut ini :

Diagram B : Table 2 : Surface Interval Time (SIT) Table.

Secara sederhana, jika PG terakhir anda setelah penyelaman adalah 'G', maka jika anda beristirahat selama 1 jam PG anda turun menjadi 'F'. Jika anda beristirahat selama 2 jam maka PG anda turun menjadi 'D'.
Bagaimana mendapatkannya ? lihat lajur paling atas, cari huruf 'G', kemudian ikuti anak panah kebawah, dan cari kolom yang sesuai dengan lama surface interval anda, kemudian lihat ke bawah, dan baca huruf pada kolom tersebut.
Jika PG terakhir anda setelah penyelaman adalah 'F', maka jika anda beristirahat selama 2jam 30 menit sebelum penyelaman berikutnya, maka PG anda setelah beristirahat (atau tepat sebelum penyelaman berikutnya) adalah 'C'.

Catatan : perhatikan bagaimana PG digunakan sebagai 'penghubung' antar tabel.


Kadang, anda juga akan menemukan model table 2 yang juga menunjukkan berapa lama anda harus melakukan surface interval agar dapat terbang (no fly interval) dan berapa lama kemudian baru sisa nitrogen di tubuh anda habis seluruhnya.
Contohnya adalah table Bulhmann dibawah ini :
Diagram C : Table 2 : Surface Interval Time (SIT) Table with No Fly Interval and Complete Desaturation Interval


Note : Anda tidak bisa mengkombinasikan PG / Group Designation dari table organisasi penyelaman yang berbeda. Misalnya anda tidak bisa menggunakan Tabel 1 dari SSI dan Tabel 2 dari Bulhmann, dst.

Diagram C : Table 2. "0" artinya waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan seluruh sisa nitrogen dalam tubuh (satuan : Jam) (Complete Desaturation Interval). Misalnya PG anda setelah penyelaman terakhir adalah 'F', maka anda butuh 4 jam istirahat baru kemudian diperbolehkan terbang, dan anda membutuhkan 4 jam lagi (total 8 jam) agar sisa nitrogen bersih dari tubuh anda.

Note : Organisasi penyelaman besar seperti PADI dan SSI mengeluarkan aturan berbeda. Misalnya PADI akan mengharuskan 12hrs no fly untuk single dive dan 18hrs no fly untuk repetitive dive (repetitive dive = anda menyelam lagi sebelum seluruh sisa nitrogen habis dari tubuh anda, contohnya jika anda berada dalam safari dive selama 4 hari dengan 3 dive per hari. Dive ke 2 dan ke 3 dalam hari yang sama adalah repetitive dive).
Note : Sekarang PADI dan SSI menganut 24 hours no fly baik untuk single maupun repetitive dive... semakin conservative :).

Kemudian, karena safety reason, hampir semua dive table yang beredar sekarang tidak mencantumkan lagi No Fly dan Complete Desaturation Interval. 12 / 18 hrs no fly dijadikan ketentuan baku atau anda bisa menggunakan Dive Comp anda untuk melihat jatah waktu No Fly anda.



Table 3 : Residual Nitrogen Time (RNT) Table.
Tabel ini bertujuan untuk :
1. Menunjukkan berapa banyak sisa nitrogen (RNT) yang masih ada dalam tubuh kita (setelah surface interval). Satuannya adalah menit.
2. Sama seperti Tabel 1, untuk merencanakan penyelaman berikutnya dengan mempertimbangkan bahwa sisa Nitrogen (RNT) akan membuat anda pada penyelaman berikutnya (seolah-olah) sudah menyelam selama X menit tersebut walaupun anda baru saja turun (descent).

Catatan : Kadang Tabel 2 (Surface Interval) digabungkan dengan Tabel 1 sehingga total anda seolah-olah hanya memiliki 2 tabel saja yaitu No Deco + SI dan RN Table saja.
Namun pada pokoknya Dive Table selalu memberikan 3 informasi : No Decompression Limit + PG, Surface Interval dan Residual Nitrogen Time

Berikut adalah contoh RNT Table :
Diagram D : Table 3 : Residual Nitrogen Time (RNT) Table
Jika PG anda setelah beristirahat (didapatkan dari Tabel 2) adalah 'D' maka untuk penyelaman berikutnya :
* Jika anda hanya akan menyelam dikedalaman 9m saja maka RNT anda adalah 54 menit dan anda bisa menyelam tanpa takut terkena deco (N/L = No Limit).
* Jika anda menyelam hingga kedalaman 15m maka RNT adalah 29 menit dan di penyelaman berikut ini anda hanya bisa menyelam maksimum selama 41 menit sebelum masuk ke penyelaman deco (Decompression Dive).

Note :
Untuk mengetahui waktu maksimum no deco anda juga bisa membawa RNT 29 menit tersebut ke Tabel 1 (lihat Diagram A : Table 1). Waktu maksimum untuk penyelaman no deco di kedalaman 15m adalah 70menit, sehingga jika RNT = 29 menit, maka maksimum penyelaman no deco di kedalaman 15m adalah 70-29 = 41menit. Anda mendapatkan hasil perhitungan yang sama !!.
Disini anda lihat bahwa dengan membaca Table 3 diatas, sebenarnya anda sudah 'kembali lagi' ke Tabel 1.




Actual Bottom Time
 (ABT) adalah lama waktu (menit) anda berada di kedalaman tertentu. Sedangkan RNT adalah sisa nitrogen (dalam satuan menit) yang membuat (seolah-olah) anda sudah menyelam di kedalaman tersebut selama X menit). Sehingga dalam perhitungan kadar nitrogen, anda dianggap telah melakukan diving selama TBT menit (ABT dan RNT).





Menghitung Total Bottom Time (TBT)
Diver biasanya menganggap perhitungan RNT dan TBT sebagai hal yang paling sulit dimengerti dalam mempelajari Dive Table.
Semoga setelah membaca penjelasan saya, anda tidak menjumpai kesulitan yang sama... :D.
Seringkali seorang penyelam lupa bagaimana cara menggunakan Dive Table, namun jika anda sering berlatih dan benar-benar menggunakan Dive Table dalam penyelaman, pastilah anda tidak akan kesulitan mengerti konsep dan aplikasi Dive Table.



Perhitungan TBT :


TBT = ABT + RNT

Rumus atau konsep diatas tidak akan sulit dimengerti jika anda mengerti konsep RNT.
Rumus diatas dapat dibaca seperti ini :
"Total Nitrogen yang ada dalam tubuh anda (TBT) adalah Nitrogen yang anda dapat dari penyelaman sekarang (ABT) ditambah lagi dengan Sisa Nitrogen yang anda dapat dari penyelaman sebelumnya (RNT)".
Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, sisa nitrogen ini ditulis dalam satuan 'menit', lama waktu penyelaman.

Anda bisa membayangkan jika anda punya '20 menit' Nitrogen dari penyelaman sebelumnya (RNT), dan anda menyelam selama '30 menit' (ABT) maka walaupun sesungguhnya anda baru menyelam selama 30 menit, maka seolah-olah anda sudah menyelam selama 30+20 = 50 Menit (TBT).




Jika menyambung dari contoh kasus sejak dari Table 1 diatas tadi :
Jika setelah Surface Interval yang menghasilkan PG 'D' diatas anda berencana menyelam di kedalaman 15m selama 30 menit maka TBT anda nantinya adalah 30 (ABT) + 29 (RNT) = 59 menit sehingga dengan melihat tabel 1, PG anda nanti setelah penyelaman adalah 'H' (pembulatan keatas).
Penyelaman tersebut adalah penyelaman Non Dekompresi (Non Decompression Dive).
Jika anda menyelam lebih dari 41 menit (ABT) maka anda akan melakukan penyelaman dekompresi (Decompression Dive) yang mengharuskan anda melakukan Decompression Stop.





Istilah-istilah dalam Dive Table :
Pressure Group (PG) atau juga sering dinamakan Repetitive Group atau Group Designation, adalah penggolongan sisa nitrogen dalam tubuh anda. Biasanya dinyatakan dalam alphabet (A, B, C dst), semakin 'tinggi' alphabet nya (semakin menuju ke Z) semakin banyak nitrogen yang ada dalam tubuh.
PG juga digunakan sebagai penghubung antar table. Jika anda berpindah dari tabel 1 ke tabel 2 atau dari tabel 2 kembali ke tabel 1, PG lah yang akan menjadi penghubungnya.

Bottom Time (BT) sebenarnya adalah lama waktu anda berada di kedalaman maksimum (Bottom).
Istilah ini sedikit memancing perdebatan, kebanyakan diver akan mengatakan bahwa Bottom Time adalah waktu antara mulai descend hingga anda mulai ascend dari kedalaman maksimum.
Pendekatan ini dianggap lebih aman, karena ketika anda mulai descend, anda sudah dianggap berada di Max Depth. Namun bisa bermasalah jika dive profile anda tidak berupa 'kotak', multi level diving ketika descend.

Dive Time adalah total waktu mulai descend hingga ascend = Bottom Time + waktu untuk ascend + Deco Stop (jika ada) + Safety stop.

No Decompression Limit (NDL) adalah waktu penyelaman (dalam satuan menit) di kedalaman tertentu dimana seorang penyelam tidak perlu melakukan (mandatory) decompression stop.
Penyelam selalu dianjurkan untuk melakukan non decompression dive (penyelaman tanpa perlu melakukan decompression stop) untuk meminimalkan resiko DCS.
catatan : beberapa organisasi selam mengharuskan seorang penyelam melakukan safety stop (biasanya minimum 3 menit di kedalaman 5m) pada setiap penyelaman, namun sebenarnya safety stop tersebut sifatnya adalah recommended bukan mandatory.
Catatan : Dive comp juga akan menganggap safety stop sebagai 'recommended' bukan 'mandatory'. Artinya safety stop boleh tidak dilakukan. Decompression stop dan quick ascend lah yang akan menimbulkan 'penalty' berupa mandatory safety stop tersebut.
PADI hanya mewajibkan safety stop pada setiap deep dive (lebih dari 30m, sekarang menjadi lebih dari 18m).
Lepas dari wajib atau tidak, selalu lebih nyaman dan lebih baik untuk melakukan safety stop yang lama di setiap penyelaman anda sambil menikmati shallow water corral :).
Paling banter yang sebel adalah tukang perahu atau buddy anda....

Residual Nitrogen Time (RNT) adalah sisa nitrogen dalam tubuh kita (dinyatakan dalam satuan menit).
Ketika diaplikasikan lagi ke tabel 1 seolah-olah kita sudah menyelam selama X menit tersebut.
Dalam kasus penyelaman tanpa decompresi (Non Decompression Dive), otomatis jika kita memiliki sisa RNT maka Bottom Time kita pada penyelaman berikutnya akan menjadi lebih singkat.





Contoh Soal Penggunaan Dive Table dan Perhitungannya :


Diagram E1 : Table 1 : Padi Dive Table (Metric).























Diagram E2 : Table 2 : Padi Surface Interval Time Table (Metric).


Anda merencanakan Wreck Dive di Anker Wreck (Anchor Wreck) Menjangan, Bali Barat, dimana wrecknya berada di kedalaman 30-40m.
* Berapa maksimum NDL (No Decompression Limit) pada penyelaman tersebut ? 
Jawaban : 
8 menit di kedalaman 40m.

* Jika anda berencana menyelam hingga 15menit di 40m, berapa lama surface interval agar anda kembali ke Pressure Group 'B' ?
Jawaban : 
Sedikit Tricky, karena tabel E1 PADI diatas dengan SENGAJA tidak mencantumkan menit ke 10 dst di kedalaman 40m. Maka dengan perkiraan saja bahwa 1 m menambah 1 pressure group maka setelah 15menit anda akan berada di sekitar PG M sampai O. Saya akan ambil amannya, 'O', maka butuh kira-kira 2.5 jam untuk mengembalikan PG anda ke 'B'.

* Jika setelah penyelaman selama 15 menit di 40m diatas dan berisirahat selama 2.5 jam hingga PG anda kembali menjadi 'B', anda ingin melakukan penyelaman kedua di Pos 1 Menjangan di kedalaman 15m saja (shallower depth), selama 40 menit, berapa sisa RNT dalam tubuh anda sebelum penyelaman kedua dan apa PG anda setelah penyelaman kedua tersebut ? Berapa maks NDL pada penyelaman kedua ?
Jawaban :
- Maks NDL untuk pressure group B di kedalaman 15m (bulatkan ke 16m) adalah 59menit, dengan sisa RNT sebelum penyelaman kedua sebesar 13menit.
- PG setelah penyelaman 40 menit di kedalaman 15m adalah :
ABT = 40 menit, RNT = 13 menit maka TBT = 53 menit, menggunakan Tabel 1 (Diagram E1) 15m (bulatkan ke 16m) selama 53 menit, pressure group setelah penyelaman kedua adalah 'R'.

* Anda berisirahat lagi selama 2 jam kemudian anda akan melakukan sunset dive di Mandarin City di kedalaman maks 10m. Apa PG setelah Surface Interval ? berapa RNT dan NDL di penyelaman ke 3 ?
Jawaban :
PG setelah penyelaman kedua = R, istirahat 2 jam, PG menjadi B (lihat diagram E1).
RNT di 10.5m (lihat diagram E2) untuk PG 'B' adalah 20menit dengan 199 menit NDL.
(Artinya anda sebenarnya diperbolehkan menyelam selama yang anda mampu di penyelaman ke 3 asalkan kedalaman anda tidak lebih dari 10.5m. Biasanya menyelam 1.5 jam (90 menit) saja sudah sangat menggigil, apalagi nite dive....)



Demikian gambaran penggunaan dive table.
Jika anda memiliki pertanyaan, kritik dan saran, mohon menuliskannya di bagian 'comments' di bawah thread ini.
Saya harap dengan lebih menjiwai dive table anda memiliki 'feeling' untuk merencanakan penyelaman.
Misalnya : Berapa lama anda perlu melakukan surface interval untuk penyelaman berikut ? Berapa dalam anda boleh menyelam selama 30 menit tanpa terkena deco ? dst.
Memiliki feeling seperti ini di kepala anda akan sangat membantu anda dalam menggunakan Dive Comp.

Selamat berlatih..... :).



-----------------------------