Search This Blog

Monday, February 4, 2013

Membandingkan Digital Camera, DSLR, Micro 4/3

Awal 2013,

Saya mencoba mengambil waktu untuk melakukan perbandingan antar kamera digital....
Keinginan ini dipicu karena saya lihat hasil foto dari beberapa kamera mirorless, micro 4/3 (atau EVIL : Electronic Viewfinder Interchangeable Lens) seperti Olympus Pen, Olympus OMD EM-5, Sony NEX 5R, NEX 7 dan kamera pocket semi DSLR (G12, Panasonic DMC GHC2, Canon S100 etc) sudah bisa 'bersaing' dengan DLSR, terutama kelas entry level - semi pro.

Feeling ini sudah dimulai sekitar awal 2011, ketika saya 'meremehkan' G11 yang setelah dilihat hasilnya eh, kok gak kalah jauh dari DSLR Canon 550D saya, memang kerasa masih kalah, bokeh, color depth dll, tapi gak jauh jauh amat gitu lho... Akhirnya di awal 2012 saya beli G12 untuk khusus untuk main UW photo (karena kalau DSLR nyemplung alamakkk... berkali kali lipat mahalnya...)

Kemudian di pertengahan 2012, mulai kerasa kalau Micro 4/3 dari Oly, Panasonic DMC GH 1 dll kualitasnya sudah OK juga... malah lebih baik daripada G12 dari sisi color depth dan dynamic range !
Canon S95 pun yang dari golongan 'pocket' mengejutkan hasil fotonya...

Ditambah lagi bingung dengan serbuan product baru, G15, G1X, GX1, EPL 3, Oly OMD, Sony RX100 dan lain sebagainya... bingung mau menentukan mana sih yang lebih baik dari semua Pocket - Micro 4/3 ?
Kemudian kalau dibandingin dengan DSLR gimana sih sebenarnya kondisinya.



Parameter pembanding

Sudah kayak skripsi saja, tapi memang sangat layak kita menggunakan parameter-parameter yang lebih 'ilmiah' dan 'objective' :).
Saya baru sadar dan tau kalau sebenarnya 'feeling' bagus dan indah yang kita miliki bisa diwakili dengan 2 parameter ini :
1. Color Depth
2. Dynamic Range

Color Depth, definisi dari Wikipedia mungkin akan menjadi agak teknis (klik Color Depth dari Wikipedia).
Bahasa awamnya : Color Depth menjelaskan seberapa mampu suatu perangkat 'membedakan warna'. Semakin tinggi bpp (bit per pixel) ie semakin tinggi jumlah bits yang dipakai untuk menyatakan warna di satu titik, semakin tinggi pula color depth nya.

Penjelasan lebih mudah lagi, bandingkan TV hitam putih (1 bit, 2 color), monitor CGA (2 bits, 4 color), VGA/Super VGA (8 bits, 256 color), High Color (16 bits, 262k color), True Color (24bits, 16,8M color) sampai yang sekarang ini HDMI 1.3 standards (30-48 bits color) entah kapan bisa berhenti...
Tiap level membutuhkan peralatan yang lebih canggih, lebih cepat, tempat penyimpanan yang lebih banyak dst :).
Untuk memuaskan 'mata' kita perlu terus upgrade peralatan dan keluar duit terus hahahaha...

Ok, sekarang kita sudah bisa membayangkan Color Depth si 'Kaya Warna'.

Berikutnya Dynamic Range.... (klik Dynamic Range dari Wikipedia)
Kemampuan untuk membedakan detail, suatu object yang terang sekali atau gelap sekali bisa dibedakan jika dynamic range dari sensor photo (dan display nya) punya Dynamic Range (DR atau DNR) yang tinggi.
Kalau di TV, kita kenal istilah 'Contrast Ratio', 1:4000, 1:10.000 seperti gitu itu, kalau lagi pilih2 beli TV hehehe...

Kemampuan memperkuat gelap dan terang sehingga detail (terutama) dalam gelap pekat dan terang benderang bisa kita lihat dengan jelas...
So Dynamic Range mudahnya sebut saja sebagai 'Kaya Detail'.

Ah... inilah ternyata yang bisa kita pakai sebagai dasar untuk membandingkan Kamera kita, TV, monitor, apapun peralatan digital yang berhubungan dengan menangkap dan mengeluarkan warna :).


Ok, cut all the bullshit... now lets see what we had here...
Saya menemukan satu link yang membandingkan kamera berdasarkan kemampuan sensornya (Camera Sensor Rating).
Ini betul2 basic element yang harus kita perhatikan ketika kita mengejar 'kualitas gambar'.
Tentu saja paramater2 lain seperti 'max iso', 'lebar display', 'high burst capture' dsb sejenak kita anggap secondary...
Jangan juga dibandingkan dengan fashion camera seperti Lomo hehehehe...


Satu website yang cukup gamblang membandingkan kamera dan sekarang saya pakai sebagai acuan adalah DxOMark.com


























Analisa Mosaic view (dalam bentuk scatter diagram) yang cukup interaktif dan lengkap disajikan.
Saya kira parameter CD dan DNR akan sangat mewakili kebutuhan fotografer untuk membandingkan berbagai model kamera yang sekarang ada di pasaran :).


Keterkejutan saya dimulai dengan Sony NEX-7 dan Sony DMC RX1 (bukan RX100 !) yang memimpin di puncak list dengan skor mendekati 100 ! Bukan hanya itu saja, dua kamera ini sudah mengalahkan DSLR paling Top dari Canon semacam 5D Mark III dan 6D. Mereka berdua hanya kalah dengan Nikon D800 dan D800E !

Bandingkan juga dengan 'kelas' dibawahnya sekitar Oly OMD E-M5, Oly EPL-5, yang sudah setara dengan Nikon D90.
Canon EOS M pun tertinggal cukup jauh, artinya 4/3 dari Canon belum mampu menandingi Olympus, apalagi Sony !
Canon G1X, Panasonic GX1 apalagi Canon G15 semua kamera yang 'baru' dan masih gencar gencarnya promosi ternyata tertinggal sangat jauh... kelihatannya di kelas ini memang Canon harus angkat tangan... entah karena mereka sudah terlanjur punya rentetan product DSLR yang udah 'terlanjur mahal', tentunya kalau ngeluarin 4/3 yang powerfull jajaran DSLR mereka bisa habis semua valuenya....
Atau memang teknologi mirorless nya 4/3 mereka gak bisa saingin ?

Sonny RX100 berada diantara kelas Oly OMD E M-5, EPL-5 dan jajaran Canon G1X, G15 dan Pana GX1.

Kamera2 ini sebenarnya adalah kamera yang sedang hit dibicarakan di kalangan Under Water Photography... kualitasnya, harganya, kemampuannya dst :).
Kelihatannya memang harga gak bisa bohong (bandingkan harga NEX 7, Oly OMD dan G15)...

Dan satu lagi kesimpulan yang menyedihkan, kamera Canon DSLR 550D saya yang rencananya mau saya cemplungin laut (dengan konsekuensi biaya selevel DSLR) secara logis harus dibatalkan...
Karena secara investasi buat beli UW casing dan systemnya akan jauh lebih mahal daripada kalau saya beli Oly OMD atau Sony RX100...
Walaupun keleluasaan untuk upgrade (lens, port, dll) masih lebih flexible DSLR, namun mirorless dengan kualitas seperti sekarang pasti akan terus berkembang dan punya masa depan lebih baik... tambah lama akan tambah murah dan lebih banyak populasinya dibandingkan DSLR nyebur laut...

Masa depan UW photography...

my version...

:D



Additional info, per April 9th 2013 :
Agak khusus untuk pemilihan kamera underwater, karena kamera yang akan dibuat memfoto underwater perlu pertimbangan tambahan (ketersediaan UW housing, variasi lensa, dll) :

- Sony NEX 5R, NEX 7 menjadi best video dan best image quality 2013, kelasnya berada di atas RX-100 (best image quality and focus speed 2013). RX-100 masih ada dalam kelas 'compact' camera sedangkan NEX 5R dan 7 sudah ada di kelas Mirorless.
Sony RX-100 sekarang sudah ada casing yang 'murah' dari Ikelite (sekitar 3.5-4j harga UW casingnya), bandingkan dengan Casing Nauticam yang 10j an.
Overall, sonny punya keunggulan pada ketajaman dan warna warnanya dan speed untuk mendapatkan focus.
- Olympus OMD- EM5 menjadi primadona saat ini, terutama di kalangan profesional photographer, karena kecanggihan lensa dan option lensa yang dianggap mumpuni baik untuk macro maupun wide angle.
Gambar yang didapat bisa demikian tajam dan detail karena kecanggihan teknologi lensa dari Olympus.
Dari Deep Extreme minggu lalu, satu paket kamera OMD-EM5 plus casing plus lensa plus dome dijual di sekitar 24j rupiah. More detail on this yet...
- Fuji punya keunggulan natural colour nya... supaya tidak 'pusing' mengedit supaya mendapatkan natural colour nya, maka camera Fuji adalah pilihannya... sedang search model yang pas untuk UW photo... more on this later... :).








------------------------















Thursday, January 31, 2013

Celebrating 100 view per day...

Today, 31st Jan 2013.

Blog ini sudah di 'view' sebanyak 28ribu kali. Dan persis di hari ini, 3000 hits untuk bulan Jan 2013. Jadi 100 hits per hari....
Syukur dan terima kasih kepada teman2 yang berkunjung kemari, semoga apa yang tersaji bisa berguna bagi para pembaca sekalian...

Saya mengajak temen2 semua untuk selalu menshare hal hal yang positif dan memperkuat paradigma kita memandang kehidupan.
Semoga semakin banyak teman yang berbagi bukan untuk menonjolkan diri sendiri, tapi berbagi informasi agar teman-teman yang lain pun dapat menikmati apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita, waktu, kesehatan, kesempatan, keceriaan....

Semoga blog ini tetap dan semakin berguna bagi kita semua...
Pembaca bisa meniru apa yang patut ditiru dan tidak perlu terkena hal hal yang seharusnya bisa dihindarkan....

Selamat membaca, sukses buat semua !

-----------------------------------------
Today, 30th Aug 2013. total hits per month sudah melewati 5200 kali, sekitar 170 hits per hari.
total view 66ribu kali sejak 2007 :), gak terasa udah 6 tahun ngeblog :p....

Friday, January 25, 2013

Trip Report : 24 Jan 2013, Pacet Rafting...

Sembari menunggu punya system UW kamera yang baru... akhirnya diputuskan untuk nyobain rafting di pacet. Berhubung Pekalen udah sering, Batu dan Pujon dirasa kurang menjanjikan jadi akhirnya Pacet lah yang dicoba...



Operator Rafting :

Ada 2 pilihan untuk rafting di Pacet, hanya ada 2 pilihan ! At least untuk saat ini, walaupun di internet ada macem2 operator tapi cuman ada 2 saja sebenarnya. Ada nya TOS dan OBECH.
Walaupun ada beberapa nama lain, Tigo, Sulfatara dll operator sebenarnya ya cuman TOS dan OBECH. (Klik untuk mengunjungi website operator yang dimaksud).

Karena saya pakai TOS, maka cuman bisa cerita yang ini saja ya...
Contact person yang recommended :
Andrian, sempat ngobrol, saya rasa beliau yang punya perusahaan ini :P. Masih muda, enak ngobrol juga dan juga suka adventure, jadi kalau punya keinginan main2 di alam sekitar Pacet, boleh deh tanya2 sama Andrian ini.

Deden, Sugeng dan yang paling komunikatif, Mbak Yuyun. yang Cowok banyak sibuk di operasional, nah si mbak Yuyun ini memang marketing, jadi komunikasi paling cepet dijawab ya beliau... :D.
Ada BBM juga jadi gak sulit.

Saya kontak2an sebelumnya dengan Yuyun, dan kemudian setelah berada di lokasi, ngobrol dengan Deden dan Andrian.




Lokasi :

Obech dan TOS sama2 ada di Pacet. Kalau Obech ada di jalan raya di Pacet, maka TOS ada di dalam lokasi pemandian air panas Padusan di Pacet.

Dari Surabaya bisa lewat 2 jalan, Lewat Krian, atau lewat Porong.
Saya lebih recommend lewat Krian, lebih dekat. Dari Surabaya ke Padusan, Pacet cuman 1.5jam saja, apalagi kalau pagi hari... jalan belum macet.

Kalau rumah anda di Surabaya Barat, dari menganti, ke Selatan saja sampai ke Krian.
Peta jalan dari Surabaya ke Padusan lewat by pass Krian :
http://www.trackpacking.com/applications/route/?from=karangandong&to=Padusan+pacet

Summary : By Pass Krian - Krian, Prambon, Mojosari, Pacet.

Jalan lain dari Porong - Mojosari baru ke Pacet.
Atau kalau anda dari Malang, bisa lewat Batu - Cangar - Pacet. Nah kalau anda lewat jalan sini, kantor si Obech itu di jalan raya Cangar - Pacet ini.

Kalau anda ada GPS, google map pasti gak sulit, di Pacet juga pemandian Padusan ini sangat populer dan banyak petunjuk jalan kesana. Tanya2 orang di jalan juga semuanya tau.

Makan pagi di daerah Pacet ini agak sulit, anda bisa makan pagi di Padusan, tapi pilihan terbatas, warung2 kecil saja, jagung bakar, rawon, dan semacamnya.
Anda juga bisa mencari warung disepanjang jalan, Kalau anda lewat Porong - Mojosari ada warung Lumintu di depan kompleks tentara (saya gak ngamati itu kompleks apa, Brimob, Artileri atau apa saya tidak mencermati). Warung Lumintu buka 24jam...



Sampai di Padusan, ada loket karcis, bayar 7500 per orang. Anak2 kecil (balita) gak dihitung.
Parkir di Padusan itu ada 'kewajiban' mobil anda akan 'dimandiin' kasih aja petugas yang mandiin rp. 5-10 ribu gak protes.


Di dalam kompleks padusan, anda naikin saja mobil terus ke atas, nanti ketemu kantor TOS dan anda bisa parkir mobil didekat situ, daripada parkir di 'parkiran bawah' dan jalan kaki ke atas, lumayan 400-500m an.




Rafting :

Lapor, ganti baju, pakai jaket dll, ritual yang umum untuk rafting...
Anda akan diberi wedang jahe yang nikmatt sebelum berangkat menuju titik start.
Dari kantor TOS ke titik start, anda akan naik L300 bak terbuka, hahaha... sama saja lah, mau Pekalen, mau dimanapun anda akan naik kendaraan 'massal' seperti ini. Dan justru ini salah satu keasyikan rafting.


Anda turun kira2 500m sebelum titik start, di sebelah peternakan ayam hahaha... agak bau tapi ya kesempatan bagi anda yang belum pernah lihat bagaimana sih peternakan ayam itu...
Udara seger sekali... waduh memang beruntung banget orang-orang yang tinggal di pegunungan ini...


Jalan kaki lewat perumahan penduduk, kemudian mulai masuk ke jalan setapak dan lereng bukit.
Disini yang jalannya agak sulit, tapi kalau udah biasa trekking mah ini gak ada apa-apanya, masih ada pegangan dari bambu, dan jalan sudah dibentuk ditata cukup mudah.
Saya anggap normal lah jalan dari lokasi mobil ke titik start semua ya seperti ini kecuali di Bali dan lokasi2 lain yang sudah lebih lama dan terkenal :D.

Obech pun juga akan start di lokasi yang berdekatan, istirahat dan finish di tempat yang berdekatan :D.
So, kurang lebih dua operator ini tidak akan terlalu jauh berbeda. Sungai sama (Kromong), start, istirahat, finish di sepanjang sungai yang sama.




Pilihan Paket :

TOS dan Obech punya 3 trip di Sungai Kromong ini.
Tos memakai istilah Mahameru, Arjuna dan Welirang untuk 3 jenis trip yang dimilikinya.
Mahameru sekitar 3 jam, Arjuna dan Welirang bagi saya tidak terlalu berbeda, cuman Arjuna ada Dam setinggi 2-3m (mirip dengan Pekalen atas). Welirang masih ok lah buat anak kecil (Balita) yang ingin ikut rafting. Walaupun tetap ada resiko kepental dari perahu lho ya :D.
Yang jelas untuk anak-anak, si operator akan menempatkan 2 orang pemandu dalam satu perahu, satu di depan satu di belakang.

Karena Arjuno dan Welirang kurang berbeda, saya akan menganjurkan kalau bisa ambil saja Mahameru atau Welirang sekalian, jangan nanggung :D.
Tapi ada pertimbangan2 lain... silahkan baca terus dibawah...


Mahameru (paling panjang) dijual dengan harga 225 ribu per kepala, Welirang (paling pendek) di 125 ribu.
Semua trip akan fisnish di lokasi yang sama, jadi trip Mahameru akan melewati dua trip dibawahnya, Arjuno akan melewati trip Welirang dst.



Karakter Sungai Kromong, Pacet :

Semua pilihan trip diatas karakternya mirip, hanya saja semakin tinggi lokasi start (Mahameru) tentu ketinggian jeram lebih tinggi dibanding yang lokasinya dibawah (Arjuno dan Welirang).
Hanya saja karakter sungai Kromong ini sempit, dan yang harus anda perhatikan benar benar : Dangkal !!
Arus cukup deras (karena sungainya kecil dan dangkal), tapi tidak terlalu masalah karena dangkal, deraspun anda tetap bisa berdiri.

Perbedaan terbesar antara Kromong dan sungai2 lain yang lebih 'suitable' untuk rafting memang terletak disini.
Kalau anda pernah main ke Citarik, itu grade 3-4+ (paling seru) karena arus deras, model jeramnya cukup 'beresiko' perahu terbalik.
Karakter Serayu, Progo, Elo di Jawa Tengah adalah sungai yang 'lebar', dimana Progo modelnya 'banjir bandang' batu2 tidak banyak tapi sungainya betul betul memacu adrenalin... arusnya yang kenceng...hahahaha...

Pekalen di Jawa Timur karakter sungai sempit, batu2 besar, harus pintar bermanouver, tapi dia ada kedalaman sehingga resiko cedera tidak terlalu banyak (mati bisa - kelingker di bawah jeram - tenggelam bisa, tapi bukan cedera).

Nah kalau Kromong di Pacet ini yang berbeda lagi, dia sempit dan dangkal.
Resiko cedera sangat besar... kalau mampus sih kagak, rumah sakit sangat mungkin hahahaha....
Karena lokasi sungai sempit, banyak batu besar, maka perahu gampang sekali nyangkut.
Ini bulan Jan, hujan juga sedang deras-derasnya, tapi debit air sungai Kromong saya bisa katakan tidak sebanyak sungai sungai lain yang sudah lebih dahulu terkenal untuk rafting.

Lihat saja foto2 rafting di sungai Kromong, ada yang aneh ? Kalau anda cermati dengan baik, para rafter tidak membawa dayung !! Itu bukan karena dayungnya sedang 'disimpan' ketika lewat jeram... atau ilang karena kena arus, tapi karena semua orang gak dibekali dayung !!
Gak perlu juga hahahaha... karena perahu sering nyangkut anda lebih sering 'bergoyang dan bergeser kiri, kanan depan belakang, bahkan turun dari perahu untuk meloloskan perahu dari batu ketimbang mendayung untuk menghidari batu. Sudah bisa terbayang bukan ? :D.
Soalnya batunya gak bisa dihindari (sungai sempit), tidak ada pilihan lain...


Akibat semua kondisi ini, saya sempet terpelanting sekali keluar perahu, sampai dengkul dan tulang kering memar dan sedikit berdarah. Jam tangan retak sedikit kemasukan air hahaha...
Yang paling parah BB dan remote mobil kerendem air (dry bag hanyut kelempar dari perahu).
Sampai sekarang BB sedang dikeringkan dan remote mau saya bawa ke bengkel....
Paha sedikit nyeri mungkin karena gerak terus selama diperahu...
Kalau biasanya rafting kita capek karena dayung, capek di lengan, sekarang capeknya di kaki, dan telapak tangan (karena megangin dan narik tali 3 jam...).



Dari jam 9 kira2 jam 12 sudah selesai kembali ke base camp mandi2... kalau mau berendem air hangat juga bisa mumpung udah nyampe Padusan.
Air hangat belerang dan ada tempat bilas nya juga....



Foto2 yang dibeli dari TOS, dikasih harga 250ribu (nego) untuk 174an foto :D.


Di Jeram yang tingginya 2-3m an...





































Baru lolos dari jeram...






































Satya, Yoan dan anaknya yang baru berumur 4 tahun hehehe... yang penting gak takut sama aerr...



Baru lolos dari jeram... Enjoy aja.....
































See you next trip.... ! :D




Update, Mid March 2013, PLEASE READ !!
Akhirnya apa yang saya tulis diatas (tentang bahayanya kali Kromong) terbukti...

Tanggal 12 Maret, sungai ini menelan korban jiwa, seorang wanita bernama Imelda Fridajanti, meninggal saat rafting disini.
Silahkan googling beritanya, tapi yang terlengkap yang (mungkin) tervalid yang saya dapatkan adalah berita dari wawancara dengan keluarga (adik suami) Imelda tentang peristiwa kematiannya.

Ditulisan saya diatas, saya sudah menulis karakter sungai ini sebenarnya tidak cocok untuk rafting, rafter tidak ada yang membawa dayung ketika rafting di sungai ini.
Bahkan water tubing (arung jeram dengan ban dalam bekas), sudah ditiadakan oleh operator sungai...
Resiko cedera karena terbentur batu sangat amat besar...

Berita kematian Imelda, yang sampai saat update ini saya tulis, masih saya coba telusuri apakah ybs adalah teman saya... bisa dibaca disini :

Facebook : Imelda Fridajanti Sanjaya


Saya copas kan beritanya disini :

Keluarga besar Imelda Fridajanti Sanjaya, warga yang meninggal saat rafting di Kali Kromong, Desa Padusan, kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, shock dan tidak percaya ketika mendengar kabar meninggalnya ibu dua anak ini. 

Warga Perum Taman Pondok Jati, Sepanjang ini meninggal setelah perahu raftingnya terbalik ketika rafting bersama suami dan kedua anaknya, Selasa (12/3) lalu. 

Sementara suami dan kedua anaknya terluka cukup parah.

Budi Sutikno, adik kandung Fransiscus Budi Sanjaya (suami Imelda) saat ditemui di Rumah Duka Adi Jasa, Demak, Surabaya, mengaku mendapat kabar meninggalnya kakak iparnya itu melalui telpon. 


Dirinya ditelpon Fransiscus, beberapa jam setelah meninggalnya Imelda. Budi sempat berpikir bahwa telepon tersebut berasal dari penipu yang selama ini marak melakukan aksi penipuan lewat sms dan telpon.

“Saya sempat ndak yakin karena suaranya beda tetapi kok nomornya dia (Fransiscus). Karena saya sebelumnya sering dapat banyak sms dan telepon. Lalu saya tanyakan kenapa, dia jawab meninggal di Pacet karena tenggelam ikut rafting perahunya terbalik. Saya benar-benar terkejut dan tidak menyangka,”  ujar Budi, Kamis (14/3).

Diceritakan Budi  mengutip penjelasan kakaknya, satu perahu rafting tersebut ditumpangi lima orang. 

Franciscus dan Agnes, putri kedua mereka, berada di depan. Sementara Imelda dan Helen, berada di belakang bersama guide (pembimbing).  

Sebelum kejadian nahas itu, perahu rafting yang ditumpangi Imelda dan keluarganya sempat menyangkut di batu sehingga berhenti. Karena posisi perahu rafting tidak bergerak, sambung Budi, guide lantas turun untuk mendorong perahu. 

“Perahunya lantas jalan dan terbalik,” ujarnya.  

Imelda sebenarnya sempat mendapat bantuan pernafasan buatan ketika ditemukan setelah tenggelam terbawa arus sungai. Perempuan kelahiran Surabaya, 6 November 1971 ini juga sempat dibawa ke Puskemas setempat.  

“Pas dibawa kondisinya (Imelda) kotor sekali karena pas kejadian air suanginya keruh. Ada bekas benturan di pelipis kirinya. Kalau pak Fran mengalami luka cukup parah di pinggang dan kakinya, begitu juga Helen,” sambung Budi.  

Dijelaskan Budi, Imelda sekeluarga memang menyukai rafting. Nyatanya, bukan sekali ini mereka sekeluarga melakukan aktivitas naik perahu memacu adrenalin yang kini digemari banyak kalangan ini. Sebelumnya, keluarga ini pernah rafting di Batu dan tempat lainnya. 

“Yang jelas, rafting kemarin bukan yang pertama kali bagi mereka. Saya sangat kehilangan, selama hidup, Bu Imelda orangnya sangat baik,” jelas pria berkacamata ini.

Putri bungsu Imelda, Agnes (10), mengaku tidak ingat kejadian memilukan yang membuat dirinya harus berpisah dengan mamanya.  Sambil mondar-mandir mengamati rangkaian bunga duka cita yang dikirimkan sebagai bentuk empati kepada mamanya, aajah siswi SD Santa Maria ini terlihat sangat terpukul.

“Kejadiannya begitu cepat. Tahu-tahu saya hanya melihat air,” ujar Agnes yang mengalami luka di lengan kanannya.

Ditanya apakah pihak keluarga nantinya akan menuntut pihak pengelola rafting, Budi tidak memberikan penjelasan. 

“Saat ini kami masih berduka, jadi belum terpikir kea rah situ,” ujarnya.

Pantauan Surya (Tribunnews.com,network) di lokasi, beberapa karangan bunga tanda berbelasungkawa berjajar di depan ruangan VIP Adi Jasa. Beberapa diantaranya berasal dari PT Indocement Tunggal Prakarsa TBk dan PD Kurnia Jakarta.


Sumber   : Surya
Reporter : Hadi Santoso




Ok... so Imelda meninggal karena tenggelam, memang, tapi saya yakin sungai 'sedangkal' itu tidak akan bisa menyebabkan orang tenggelam, kecuali dia pingsan atau paling tidak kena benturan yang menyebabkan panik dan trauma...
Pelipis Imelda yang luka, saya rasa menunjukkan bahwa ada benturan cukup hebat di kepala....

Satu hal lagi yang membuat saya cukup miris (memang tidak saya tuliskan sebelumnya...) adalah para guide (saya rasa ini bukan hanya dari TOS saja ya...) adalah para mahasiswa or pelajar yang baru lulus sekolah setara SMA dan mereka hobi rafting, dan dengan bekerja di operator rafting, at least mereka bisa bermain rafting dengan 'gratis'.
Ini terlihat dari cara bicara, cara guiding, kekurang dalam dalam membuat keputusan, dan dari diskusi dengan mereka.
Kesan bahwa memang mereka bukan para profesional yang khusus bekerja di dunia rafting sangat kental saya bisa rasakan.
Dan tidak hanya satu atau dua orang tapi mungkin bisa saya katakan 1/2 lebih dari guide or skipper (istilah di rafting) masih sangat muda dan baru saja bekerja.

Tidak ada yang harus disalahkan... tapi memang materi tenaga kerja sekarang memang ciri-cirinya demikian...
Suka pindah2 kerja, lompat sana lompat sini, masih sangat muda sudah mulai bekerja dan kurang bersungguh sungguh menekuni satu bidang pekerjaan.

Diakui kah ? :D.

Kemudian juga mana sih wisata di Indonesia yang berani 'mahal' ?
Semua maunya 'murah' murah dan murah... memaksa para pebisnis harus memutar otak untuk bisa mendapatkan pelanggan.
Saya merasa TOS hanya salah satu 'contoh' saja, mereka kebetulan sedang sial... tapi standard keamanan di Indonesia memang payah, karena banyak pelanggan yang 'pelit' dan berani ambil resiko, semua orang terpapar resiko yang sama....

Demikian dilematikanya...



Cheers up all !!,
Imelda, God Bless,
Lets Raft !!











Wednesday, January 9, 2013

Renungan : Tanda-tanda orang semakin Tua...

Sambil ngobrol ringan di perahu dalam perjalanan ke Pulau Menjangan, hari sabtu - minggu lalu (5-6 Jan 2013), ada salah satu materi becanda tentang ciri-ciri orang menjadi semakin tua...
Sebenarnya materinya disampaikan waktu itu murni untuk bergurau, tapi entah kenapa jadi bahan pemikiran saya juga dan akhirnya saya gak tahan ingin sharing disini :D.

Pak Hanafi, yang memulai joke ini bilang : "Orang semakin tua, itu ciri-cirinya 5B" (walaupun sebenarnya kita bisa aja bikin menjadi 10 atau 15 B juga hahahaha...)
Dimulai dari atas sampai ke bawah.....

B yang pertama : Rambut jadi Brodol. (Brodol, bahasa jawa, artinya rontok).
Sehingga kepala jadi Botak.

B yang kedua : Otak jadi Bebal.
Artinya sulit berpikir, sulit berubah, sulit diberi tahu, sulit menerima pendapat orang lain.

B yang ketiga : Mata jadi Buram.

B yang keempat : Mulut jadi Bawel (bahasa jawa, artinya cerewet, suka ngomong...).
Emang kalau diamat-amatin, usia 40 tahun keatas, lebih dekat ke 50an, orang relatif lebih suka bercerita, mengenang masa 'jaya' nya. Suka menyatakan 'salahnya adalah', 'seharusnya begini', 'saya dulu begini dan begitu'....

B yang kelima : Perut jadi Buncit

Kita bisa kembangkan sendiri ke ciri-ciri fisik yang lain,
Punggung Bungkuk, Kaki Bengkok, Organ seksual jadi Busung (bahasa jawa, seperti petasan, gagal 'meledak') dst...
apa lagi kalau B yang dipakai itu bukan kata dasar tapi awalan, misalnya awalan 'Ber', walah bisa banyak sekali kembangan-kembangannya...
Tangan Bergetar, Kalau jalan Bertongkat, sukur sukur kantongnya Berduit dst dll dsb...


Walaupun becanda, tapi 2 hal yang saya ingat betul2 dan cukup menggelitik saya adalah Bebal dan Bawel...
Bebal saya rasa sebagai efek dari comfort zone... bertahun tahun dengan kebiasaan yang monoton, menghasilkan karakter yang sulit untuk berubah, sulit mengikuti perkembangan jaman dan sulit menerima cara pandang orang lain...

Bawel, selain dari efek psikologis, karena fisik semakin lemah, posisi di kantor semakin tinggi, di rumah punya anak, istri, pembantu, sopir dll, jadi lebih suka menyuruh orang, lebih menjadi 'bos' atau 'god father'.
Apalagi kalau ada 'post power syndrome' ada 'kegagalan' atau kurang dihargai keberadaannya.
Bawaannya jadi kepingin ngomonggg terus... segala macem dikomentarin... segala hal dicacatin...
Kalau nggak ngomentarin yang jelek, dia ngomong tentang dirinya sendiri... masa masa 'jaya' nya dulu...

Mungkin semakin tua, semakin kita gak ganteng, gak cakep, semakin kita 'minder' dan karenanya kita 'membual' akan kemampuan kita, semakin gampang mengkritik (padahal kita sendiri tidak pernah mampu mencapai hal tersebut), semakin banyak melakukan analisa tapi tidak berani bertanggung jawab untuk melakukan action...
Kita berusaha 'mempesona' orang lain dengan cara bicara kita, seolah olah kita mampu melakukannya, seolah olah kita sudah ahli disana,
Jadi 'menghibur diri', bukan dengan prestasi, bukan dengan tindakan, (karena sudah gak mampu, sudah 'lewat' masanya dll...)

Saya pikirkan sendiri, ternyata guyonan ini ada benarnya...
Sambil mewanti wanti diri sendiri, semoga gak seperti itu.
Botak, Bolot, Brodol, Buncit dll saya bisa terima, itu alamiah, hormonal, tapi kalau jadi Bebal dan Bawel, semoga dijauhkan.... :D.


thanks sudah membaca... kalau ada tambahan silahkan ditulis ya di comment dibawah....
cheerss up....





Thursday, January 3, 2013

Trip Report : 25 Des 2012, Sendang Biru - Sumbermanjing Kidul (Malang Selatan)

Butuh waktu lama untuk nulis trip report yang ini...
Karena ada 'musibah' di trip ini, kamera kesayang kemasukan air... dive 1 lagi, jadi gak sempat bikin banyak foto...
Juga karena banyaknya acara di akhir tahun, kewajiban kantor dan acara2 lain :).

Trip yang dimaksudkan sebenarnya untuk celebration Natal (Dear Lord Jesus and Me...), menjadi agak menyedihkan dengan matinya sang kamera andalan...
Sekarang kamera lagi berusaha diperbaiki, semoga berhasil / gak mahal maksudnya, diperbaikin sih pasti bisa aja kalau semua elemen diganti, tapi khan ya mahal hehehe...

Berangkat dari Surabaya, cukup jam 2 pagi saja, dengan kondisi liburan yang jalanan cukup padat, jam 4 sudah sampai di Malang, langsung lanjut ke Sumbermanjing dan Sendang Biru lewat Gadang (tapi kita lewat jalan di sebelah timur yang sejajar dengan Gadang).


View Larger Map

Butuh sekitar 2 jam karena sempat berhenti tidur sebentar dan buang air, untuk sampai di Pantai Sendang Biru....

Jalan Raya Sumbermanjing ke Sendang Biru, Malang Selatan.
Agak sulit kalau papasan 2 mobil, tapi masih nyaman dan layak untuk kendaraan mobil / motor.



Sampai disana jam 6 pagi sudah terang, matahari dari kiri, (timur), pantai menghadap ke selatan.
Di depan kita persis adalah pulau Sempu dengan Segara Anakan yang banyak juga dikunjungi wisatawan.

Tidur istirahat sejenak, foto2 pemandangan... jam 7 baru kita mulai start persiapan.
Pengunjung masih sepi, mobil masih bisa dihitung dengan jari....
Ternyata nanti jam 2 siang, tempat ini sudah jadi kayak cendol, rame buanget... hahaha... jadi gak enak hati pakai kostum yang 'aneh' begini (pakaian selam).


Parkiran Sendang Biru.... pagi pagi masih lenggang...

























Toilet dan Mushola.... toilet ini akan sangat penuh sesak sore hari waktu pengunjung mau pulang....
Kalau pagi pagi begini gak ada masalah sama sekali...


Pemandangan kapal2 yang berlabuh di pantai Sendang Biru, di depan adalah Pulau Sempu, jarak selat
antara P Sempu dan Pantai Sendang Biru hanya 100-150m saja...






























Pantai Sendang Biru... di waktu pagi...











Pantai Sendang Biru... pagi-pagi nelayan merapat membawa ikan ke pantai...




























Saya berangkat bersama Dicky, kita memilih pakai sampan tradisional dengan memakai dayung...
Kalau anda sudah terbiasa outing, boleh coba dengan sampan, tapi kalau enggak, mending pakai kapal nelayan dengan motor tempel saja...
Walaupun lebar selat cuman sekitar 100-150m saja, tapi kalau mendayung melawan arus, apalagi abis diving, cukup menguras tenaga juga hehehe... Apalagi kalau panas terik....


Dicky.... sang skipper....











































Jadi Santa Claus.... eh Rudolph....



















 Pemandangan selat Sempu diwaktu pagi....


ke arah Timur (kiri dari pantai)




ke arah Barat (kanan dari pantai), di tempat banyak perahu bersandar itu juga letak parkiran mobil.












Kita langsung dive di pantai pulau sempu, jadi harus nyebrang dulu, mengayuh sampan sekitar 15-20 menit saja, tenaga masih banyak jadi lumayan cepet hahaha...

Oh ya, makan pagi, gak ada warung buka di Sendang Biru, jadi lebih baik bawa roti dari rumah atau makan di warung warung sepanjang jalan dari Malang ke Sendang Biru.
Sayangnya memang pilihan gak banyak... paling banyak adalah warteg dan warung menjual bakso dan Mie ayam.... :D.
Gak salah juga kalau Malang disebu "kota bakso".



Kita dive 2 kali, lokasi tidak ada namanya, tapi letaknya lebih ke barat (kiri) dari pelabuhan sendang biru.
Ada pohon tumbang yang menjorok ke laut.

Secara umum tutupan coral di Sendang Biru / Sempu ini sangat menyedihkan, coral rusak semuanya, dan dibawah 6m sudah pasir. Jadi coral 5m an hancur dan dibawah 6m sudah tidak ada coral lagi. Pasirr...

Dive 1 terjadilah malapetaka itu, di menit 50, tiba-tiba layar display kamera ngaco... saya langsung curiga kalau ada air masuk, beneran, ternyata air masuk sekitar 1cm dalam casing WP-DC 34 saya.
Untung kedalaman sudah di sekitar 5m an, saya langsung naik ke atas, ke perahu dan membuka casing UW untuk mengeluarkan air dan kamera.
Battery saya copot dan semua dimasukkan dalam container plastik. sambil berharap masih bisa hidup lagi :(.
Harapan tipis, tapi ya sapa tau :).


Sebelum kamera meninggal dunia, ada beberapa shot yang lumayan pantas untuk disajikan disini...
enjoy :).



Banded Shrimp....








Banded shrimp ini banyak ditemui di sini.
Puffer fish, yellow, horned, tiger, bermacam-macam puffer fish bisa dtemui disini.
Jadi walaupun tutupan coral payah, tapi biota macro nya ternyata mengejutkan sekali.
Saya juga sempat melihat gunnard, eel (white, black dotted), bahkan frog fish warna hitam !
Blue ribbon eel, dan beberapa scorpion dan lion fish...

Sekali lagi maaf, gak bisa nunjukin foto ;P.

My best shoot for this dive... Scorpion fish dengan Subsee +10


Sea Pen.... violet....




























































Transparent anemone shrimp di bubble anemone...




Yang agak menyayat hati...
Saya sedang berusaha memfoto christmas tree yang nempel di koral ketika kamera 'mbrebet', maksud hati ingin memberikan kado natal buat temen-temen semuanya...
belum sempat dapat focus yang bagus, kamera koit...

anyway...

Ini foto christmass tree terakhir yang dibuat dengan G12,



























Have a Merry Christmas Everybody !! :D....





nb, last dive of the year adalah di tanggal 30 Des 2012, Pasir Putih :).
Kali ini betul betul no photo :(.

Next dive, and first dive 2013 adalah Menjangan, 5-6 Jan 2012. Semoga ada fotonya hehehe...






Tuesday, December 11, 2012

Trip Report, Pasir Putih & Menjangan - 8-9 Des 2012


Ceritanya ini dive pertama dengan Subsee +10 diopter, untuk adapter ke G12 saya pilih adapter type swing, merk i-das.

i-das swing adapter from Canon WP-DC 34 (G11 / G12) to M67 thread


Dengan adapter type swing, ketika wetlens sedang tidak digunakan ia bisa disibakkan ke samping seperti posisi gambar di sebelah kiri ini....

Ketika hendak dipakai, wetlens dapat diputar kembali ke tengah-tengah lensa...

Dengan demikian kita tidak perlu membawa bolak balik melepas wetlens dan tidak perlu memiliki lens holder...









Subsee +10 diopter magnifier...
Wetlens yang cukup populer dengan pembesaran yang cukup mantap...
Saya sempat berpikir apakah akan memakai +5 atau langsung +10.

Setelah ditimbang2 +5 terasa nanggung, lebih baik langsung saja ke +10 atau tidak pakai wetlens sama sekali...

+ dan - memakai wetlens, silahkan simak ulasan di bagian akhir tulisan ini...




Di trip ini saya dapet temen artis import dari Jakarta - Tasik hiehiehiehihiehie... miss Cing Cing, yang nama aslinya masih dirahasiakan... hiehiehiehie...

Kemudian welcome to the coral reef brotherhood buat Edward Rustandi (search him on facebook)...

Sayang Hani dan Yuli belum berhasil dibaptis dengan air laut hehehe... anyhow, we had a good time at Pasir Putih and then Menjangan...

8 Des, 1st and 2nd Dive @ Pasir Putih, Piramid Point and Rizal's point hahahaha...


Cing2 at Pasir Putih icon....




































Cing-Cing di Pasir Putih, Piramid point...
























Visibility yang buruk bikin kita gak banyak bikin foto di Pasir Putih, makan siang ikan bakar... nyam nyam... langsung kita tembak ke Menjangan... Sayang miss Cing Cing harus segera kembali ke Bandung... jadi kita bertiga (saya, Edward dan Pak Santoso) lanjut ke Menjangan.

Nyampe di Mimpi Resort udah jam 6 sore, langsung check in, sempet ganti kamar 2 kali karena masalah AC yang gak dingin dan minta ranjang double... :D.

Malem2 berenang di kolam air anget mantapsss... cape seharian diving dan naik mobil langsung hilang... otot-otot lemes semua uhhh... enaknya sebenarnya sama dipijitin kali ya hahaha...
Kami langsung tidur, nyiapin tenaga buat hari dive minggu...

Hari Minggu, Day 2, kita persiapan untuk 3 dives, Dive 1 langsung ambil Pos 2, the wall.... Mencoba nyari pigmy, gak ketemu, Baby shark, juga gak ketemu... agak menentang arus, udara Edward habis duluan, di 70, kita pelan-pelan naik ke 10 dan kemudian 5m buat SS.

Karena gak dapet object untuk Macro, jadinya cuman ambil foto2 wide angle....

Edward di wall pos 2.


























Cahaya asik, tapi harus pakai red filter biar
warnanya lebih keluar....
























Cabbage coral... lying beautifully...


Pak Santoso, double strobe + red filter :).


Mencoba Wide Angle... hahaha... kurang berhasil.... next time better....
























Setelah 2 dives, masih jam 1, masih ada waktu buat dive 3, sambil makan di perahu, kita berangkat ke Macro Point dekat Dishty di Teluk Terima...
Lokasi nya agak sulit dibedakan karena banyak bola penanda kerang mutiara... kita musti mencari bola yang tidak ada karang mutiara nya...

Lokasi yang cukup baik buat macro, sempat ketemu ghost pipe fish !, sayang foto yang saya hasilkan kurang bagus gak presentable...
Saya mencari 2 jenis nudie branch yang pernah saya ketemukan, tapi gak ada... so memang seperti kebanyakan lokasi macro, hewan2 nya cepat berubah...



Lion Fish besar...., close up....

Sempat memfoto ikan lucu yang lincah bermain di barrel sponge...




































Dan 2 foto dibawah ini adalah hasil wet lens +10 diopter Subsee nya... lumayan puas karena bisa mendapatkan pembesaran yang wahh, tapi juga sadar kalau focus range jadi sangat dekat dan sangat tipis (DOF tipis).
Saya perkirakan focus range paling jauh 15 cm di depan wet lens, tentu saja ikan2 yang gampang lari tidak mungkin difoto dengan wetlens ini...


Harus sangat pelan mendekati, sangat pelan exhale supaya bubble dari regulator tidak menakutkan ikan2...
Pelan2 mendekat, ikan2 ini difoto 10cm dari wetlens, untung tidak lari...
















Lagi... ikan kecil bertengger di atas soft coral... difoto dengan wetlens subsee +10.


























Satu lagi foto dengan macro wetlens, crab di dalam coral....
sedang menangkap plankton dengan jaring-jaringnya....








































See you 22nd Dec @ Pasir Putih :).....


Tuesday, December 4, 2012

Trip Report : Kubu, Seraya, Tulamben, Jemeluk, 1-2 Desember 2012

Ini mungkin trip terbaik dalam tahun 2012 ini, karena banyak hewan 'impian' yang selama ini cuman bisa saya  lihat fotonya atau pernah dilihat tapi belum pernah saya bisa difoto, bisa saya abadikan...
Trip ini banyak object macro, Kubu, Seraya dan Tulamben kaya object macro.

Saya ditemanin 2 bidadari, Cik Lydia dan Deni, memang senang sekali trip bersama para cewek yang 'sejati' begini, semuanya tersedia... hiehiehieheihie... makanan, minuman, bantal, alas duduk, camilan... wis pokoknya lengkap... dan mereka semua bisa nyetir... nyamannya hidup ini hahaha....

Berangkat sore agak telat dari Surabaya, kena macet weekend seperti biasanya... mampir makan di sego kucing pasuruan, melahap nasi krawu asli Gresik dari Cik Lyd... hehehehe... uenaakk tenan cik...
Plus 2 butir telur ayam kampung 1/2 matang pake garem dan merica nyam nyam juga...


Langsung tembus nyetir terus sampai di penyeberangan jam 1, jam 3:30 subuh WITA nyampe Gilimanuk langsung tembak Tulamben... nyampe di Puri Madha jam 8:30 WITA, dan karena sudah terlalu siang, kita gak jadi sun rise dive di Tulamben, langsung ke Kubu. Lokasinya +/- 4km ke arah utara Tulamben.

Lokasi ini ternyata sudah sangat umum dikunjungi penyelam, banyak helper yang langsung membawakan peralatan kita, memang harus pake, gak boleh gak pake hahaha...

Entri di Kubu... kelihatan mobil kami parkir... shore entry, batu batunya seperti Tulamben, hahaha...
Pak Samba sang Guide sedang bantu Cik Lyd dan Deni pasang BCD....


























Iseng2 saya melongok ke bawah, pasir hitam... wow, menjanjikan macro neh... dan kelihatan 2 ekor Juvenile Bat fish yang berenang mengelilingi saya. Kelihatannya saya sudah berbau ikan sehingga dia gak takut dengan saya...
Jadilah object foto yang bagus karena dia gak mau lari menjauh....


























Deni baru entry dan setting kamera @ Kubu....

























Cik Lyd, melayang di Kubu.... bawa kamera juga kali ini :D....

























Baru entry kita sudah bisa ketemu si Frog fish yang jadi penunggu di Kubu, wajib untuk ditengok penyelam...
Long-lure Frogfish, Antennarius multiocellatus...
Long lure karena 'antena' nya panjang, dan multiocellatus karena banyak bentol bentol kayak lubang di karang...


Siput lagi nangkring di atas koral...

Disini kita juga ketemu Octopus, beberapa nudi dan clamp shell yang gak saya sajikan disini fotonya, bahkan ada black ribbon eel juga... kurang keluar warnanya... dan untuk yang nudi, 'terlalu sering' dan cukup gampang dapetinnya hehehe....



Tutupan koral di Kubu ini sangat baik, tapi mayoritas adalah koral tanduk.














Turun terus ke 22.5m baru kita ketemu sea fan yang ada pygmy seahorse nya...

Ngumpul di sea fan buat foto pygmy seahorse, diliatin sama Moorish Idol....

























Pygmy seahorse - Hippocampus bargibanti.



























Si Pygmy nangkring di ujung sea fan, kayak ngejek fotografer, kalau gak bisa dapetin foto gue, kebangetan banget deh hahaha...


Another angle, looking down, with red / black background...


























Pelan pelan kemudian kita naik dari sini ke safety stop point, dan selama perjalanan kita menemukan banyak spesies menarik juga :

Risbecia / Hypselodoris tryoni yang sering
kali jalan berdua an...
Momentnya pass... mulutnya kelihatan...


























Goniobranchus / Chromodoris Coi on black sand... lagi upskirt...

























Karena si frogfish memang ada di 6-7m an, kita mampir lagi sebelum safety stop...

Long-lure Frogfish, Antennarius multiocellatus.

























Mentas... langsung berkemas kita kemon ke Seraya, untuk dive ke dua. Rada gila juga 'dive hopping' seperti ini, mentang2 bawa mobil sendiri, dimanfaatin beneran hehehe...

Saya kira-kira ini Hypselodoris whitei (Adams & Reeve, 1850), entar kalau
ada waktu saya pastikan hehehe...




































Baru asik asiknya foto nudi ini, teng-teng-teng, pak Samba kasih kode kenceng banget, wah ini pasti yahud... bener juga langsung kelihatan satu ghost pipe fish yang melayang layang...

Ornate Ghostpipefish - Solenostomus paradoxus.






































Kalau gak mata elang, mana bisa kelihatan... gile bener.... si ghostpipefish mirip banget warna dan bentuknya dengan lingkungannya... kebetulan foto diatas saya dapetin pas dia rada menjauh sedikit... otherwise, gak bakal kelihatan deh...

Nudi yang sedang 'selingkuh' hahaha... pasangan aslinya ada di belakang tuh (blurr) gak sempat ID....


















Spear type Mantis shrimp... membunuh mangsanya dengan 'meninju'
Peacock Mantis shrimp (Odontodactylus scyllarus)

























Harlequin shrimp - Hymenocera picta
























Sekali berkunjung langsung dapet 2 Harlequin shrimp... bertengger dengan manis lagi, gak pake malu2...
Dapet juga clown anemone shrimp nyembul gak pake malu2 juga... ckckck... istimewa banget hewan2 di Seraya ini....

Commensal anemone shrimp -
Periclimenes brevicarpalis
Hypselodoris zephyra























Ketemu juga beberapa nudi branch, salah satunya yang agak jarang ini nih... lumayan lucu tanduk merah :).
Memang 2 sites ini, Kubu dan Seraya, saya salut banget... sangat kaya dengan hewan2 yang aneh2...
Katanya juga di Seraya ada boxing crab... gak beruntung tapi kali ini...


Ascend, udah jam 2, kita berusaha cari makan, tapi gak ketemu yang cocok dengan selera, jadi balik ke Puri Madha, kita bisa makan siang dan istirahat. Makan nasi campur Bali, tapi kok kayak pecel kata temen2 hahaha... ya udah deh, maap memang didaerah sini agak susah cari makanan yang 'unik'.


Sore jam 4, Deni udah memutuskan untuk 'pijet', cik Lyd tepar dulu semoga bisa ikut night dive katanya.
Jadi jam 5 WITA saya turun sendirian dengan pak Samba untuk dive 3...
Macro object lagi di sebelah selatan Tulamben Wreck, banyak penyelam dive pada saat yang sama...

Karena takut kemalaman ascend nya, saya bawa torch juga di UW camera saya...

Waktu pertama descend cuman ada satu dua orang, gak kelihatan object yang mengejutkan... tapi... jangan salah... teng-teng-teng... Pak Samba nunjukin udang seukuran 1/2 cm di sea pen...

Horned Sea Pen Shrimp - Dasycaris ceratops on Sea Pen....
























Dan kemudian berturut-turut dapet hewan yang belum pernah bisa saya foto sebelumnya...
si Candy crab pernah bisa memfoto tapi ketika masih culun, jadi gak pernah bisa menghasilkan foto yang pantes buat ditunjukkan :).

Two Whip coral shrimp - Pontonides uncigar



























Candy crabs (Hoplophyrs oatesi) diatas Dendronephthya

























Kemudian tertarik memfoto sexy diver ini, yang lagi asyik ngamatin sesuatu...
Later on saya tau itu small baby frog fish...





Flag-tail Shrimp Goby (Amblyeleotris yanoi) dan Shrimp (Alpheus randalli)



























Abis memfoto squat lobster ini akhirnya dapet
kesempatan memfoto baby frog fish...
















Pak DM ngasih teng teng karena dia ketemu squat lobster ini :).
Gilee... bisa aja kelihatan...

Si Squat lobster kagak mau keluar dari ceruk, jadi agak sulit memfotonya...





























Baby Warty Frogfish - Antennarius maculatus tidak lebih dari 1cm ukurannya...
























Ini dia si Baby Warty Frogfish yang diburu2 fotographer...

Finish for the day, si Deny udah selesai pijet... kagak enak selesainya katanya hahahahaha.... tanyain sendiri sama dia kenapa...
Bangunin Cik Lyd, dan kita berangkat ke Amlampura untuk makan malam.







Day 2, kita ambil sun rise dive jam 6 pagi di Tulamben Wreck, ternyata visibility lagi payah sehingga gak ketemu dengan Bumphead. Akhirnya kita ngejar kembali si Baby frogfish di selatan wreck...


Cik Lyd, diarahin buat foto si Baby Frogfish, can you see the frogfish ?
























Abis ambil beberapa foto macro, kita ke Tulamben wreck, sebenarnya nyari schooling Bumphead, tapi kelihatannya (lagi-lagi) kurang beruntung visibility payah dan tidak ketemu si schooling... mungkin kurang pagi ?


Deni @ Tulamben wreck...

























Ikan Pari di pasir Tulamben Wreck...


























Deni lagi melayang di atas pasir, mantappp... mau tau apa yang difoto ??
























Ini nih yang kita photo di atas pasir :)....
Schooling Sand Divers, lagi menantang arus buat nyari breakfast :). Threadfin Sand Diver (Trichonotus elegans)

























Yellow stripped Sweetlips lagi di cleaning :)...


Ikan pari dapet temen....



















Pro UW Photographer on Tulamben wreck...





































End of Dive @ Tulamben... check out, langsung kita ke Amed, tepatnya di teluk Jemeluk...
Dive site di teluk ini cuman 2 saja, kekiri atau ke kanan hahaha...

1st dive, kita ambil 'ke kanan' (selatan), buat lihat schooling GT pindahan dari Tulamben.
Disini saya nyelem bareng Agus Widodo (Guswid), Onet dan Dita :)...
Pertama dive disambut satu ubur2... sayang belum sempat memfoto dengan pantas udah di 'teng teng' sama pak DM...
Kemudian disambut 2 ekor binatang mahal ini hihihihi... bikin asam urat naik... enggak dulu deh...










Ketemu Risbecia tryoni lagi sorangan wae... memandang laut... eh... gak punya mata ya... lupa... :P































Setelah 10 menit kicking melawan arus, ketemu juga di ujung tanjung dimana schooling GT nya ngendon...

Schooling GT pindahan dari Tulamben... sekarang ada di Jemeluk - Amed.


The colony....







Kami banyak berfoto disini, Gus Wid berusaha masuk ke tengah2 schooling, merasakan berada di tengah tengah ikan.. :).
























Dive terakhir hari itu kami tetap di Jemeluk, ke kiri...
Descend banyak sekali artificial coral reef yang sudah banyak ditumbuhi koral dan menjadi sarang ikan.
Di salah satu artificial reef ini, Deni sempat melihat Moray Eel, Agus ngelihat Nudi. Ada Tiger puffer fish juga.
Basically site ini cukup kaya, cuman memang arus lagi agak deras, jadi kita drift mungkin 1knot ke arah selatan...


Artificial reef coral di Jemeluk ke kiri...

Eeel garden dan 'monster' penjaganya hahahaha....

























Onet, ibu pengusaha Giwang :D, lagi pegangan ngerasaain arus yang deras....
Gimana Net ? enak kah driftingnya ?  hihihihihi....

























Mendekati end of dive di teluk Jemeluk, coral sudah banyak yang jadi rubble, tidak banyak ikan yang terlihat disitu.

Deni the 'Cat Woman'.... 


































Selesai 3 dive, say bye to temen2 dari DPS, yang dari Surabaya gantian nyetir balik ke Surabaya hehehehe...
Sangat menyenangkan, thank you temen2 dari trip ini, saya sangat menikmati diving dan kebersamaan kita...

Until next time... see you on other reef !!