Search This Blog

Sunday, January 18, 2015

Dive trip, Les Village January 2nd 2015

This is another should I say, 'exploratory' diving :D, although the sites is already common for diver and snorkeling activities, but it is no way common to the diver community.
You may try asking 100 divers and I bet no one will know Les Village, not to mention diving @ Les Village :D.

To the degree that this dive spot will compete with Tulamben or Pemuteran, the nearest and more famous dive spot, I would doubt. Because the visibility is 10m or so and the macro creatures were not as rich as Tulamben sites.
I should be honest with you in this :)....

But the attraction of Les Village was not aimed mainly at diving / snorkeling, the concept is more a tourism, retreat area. They have the benefit for the fresh fish they could gather from the sea, then close distance to mount Agung creates a calm, cool ambience.

There is also a near by waterfall, that you can reach by cycling or car (about 3km uphill, then 500m walk). Along the way you can stop by a local fruit market, and benefit from the fresh and cheap fruit price. Try to compare the Mango price of Rp.7.000 - 10.000 rupiah per kg. Or less than one USD per kg. You can also find banana or rambutan at this market.


Location of Les Village....

How you find Les Village ? it could be easy but it could also be hard hahaha...

Les Village is at the north coast of Bali, in the regency of Buleleng (there are 9 regency in Bali, and Les is at the eastern part of Buleleng, almost into Karangasem regency) and in the Tejakula municipal.
Map of 9 Bali Regency..


You can search Internet, and this link should help a lot :
1. Desa Les Holiday.
2. Dive Voluntourism.

There are some activities to spend in Les, mainly about nature :
1. Learning how to catch fish for aquarium, the fishermen uses net instead of bom or poison.
2. Learn how to make salt. (Organic Salt Farming).
3. Learn how to plant coral, first how to snap then to plant coral.
4. Walking or cycling to Pura, the Hindu temple, nearby, to citrus or clove plantation.
5. Walking or cycling to Les Waterfall.
6. Have a not-too-expensive Balinese massage.
7. Diving, Snorkeling or just relaxing at the beach. Its also a good place to practice Yoga :D.
8. Eating fruit or freshly served fish.


If you want to go to Les, I would suggest you rent a car from Denpasar (Dps), through Ubud and the villages road there. Or if you come from Gilimanuk port, go straight to Singaraja, and then another 45minutes - 1 hour to Les. The maps from Singaraja is as follows, you can use your own google map and use the destination name below to find your own route.

Google map of Les Village, use 'Sea Communities, Segara Lestari Villas' to locate in your google map.


Our main activities there is diving and cycling / walking to the Les Village.

The Segara Lestari villas would provide you with guides and diving equipments you will need, all you need is just a diving license and make appointment with them.


I would say there are only 2 main dive spots here all of them were not too healthy compared to other more famous dive spots, Tulamben and Menjangan.
Les village is more like Pemuteran or Lovina in coral condition, just being started for coral conservation and tourism area.

A Blue Dog-faced pufferfish, Arothron nigropunctatus.














Glossodoris hikuerensis.
Ghost pipefish, Solenostomus paradoxus
























an Odontodactylus scyllarus, Peacock Mantis Shrimp. Les holds a lot of this shrimp.


 And the conservation dive point would contains hundreds of acre of this concrete / artificial reef.




Turtle like artificial reef.


Adopt a coral program.




Briefing before dive, by Made Kerta



Going back after diving, pass the traditional salt farm


Hovering over the tube coral... healthy environment of Les Village.




































After 2 dives, in the afternoon we just go to the famous waterfall in Les, claimed to be the highest waterfall in Bali.... Its just a short 3km drive from the main road, to this parking lot.
You can cycle and even walked your way up at no time.

Les Village Waterfall parking Lot.

Leave all vehicle, cycle here, and walk another 500m, and there you go... the rewarding, cool and breath taking Les Waterfall.

The path to the Waterfall...


Les Waterfall




































more info and photo to come... :D.


......






Sunday, December 7, 2014

Trip to Pantai Lenggoksono - Bolu Bolu - Batu Anjlok, Malang Selatan 29 - 30 November 2014

Hai hai.... trip kali ini arahnya ke Malang Selatan... :).
Sebenarnya saya sudah berencana ingin mencoba dive or snorkling disini, namun karena gak berhasil dapat tabung, dan masih ragu2 dengan akomodasi dan lokasi dive maka saya santai santai saja, gak dendam dan gak nyesal walaupun gagal dive disini...

Berikut cerita perjalanannya...

Sebelumnya, seperti biasa saya jelaskan dulu gambaran lokasi dan jalan ke pantai Lenggoksono.
Basicly kita perlu jalan ke arah kota Dampit.
Kalau anda berangkat dari Malang, anda akan melewati kota kota seperti Bululawang, Gondanglegi dan baru sampai di Dampit.
Lama perjalanan dari Malang ke Dampit sekitar 3jam, ini kalau perjalanan dilakukan di pagi atau sore hari ketika orang2 berangkat / pulang kerja, bahkan bisa sampai 4 jam kalau hujan dan macet.
Jalan ke arah Malang selatan ini semuanya jalan yang sempit, sulit untuk menyalip.
Jadi anda harus bersabar kalau berada dibelakang truk atau kendaraan angkutan yang bergerak lambat :).



Kira kira petanya seperti di atas. (North facing up, Atas adalah arah Utara).
Total waktu perjalanan dari Dampit sampai pantai Lenggoksono sekitar 1.5 - 2 jam, tergantung traffic, tergantung apakah anda pakai nyasar atau enggak :).

Dari Dampit terus ke timur, kira kira 10km, anda akan menemukan papan petunjuk jalan : 'Pantai Sipelot'. Disana belok ke kanan (Selatan). Anda mulai masuk jalan yang lebih sempit, jalan antar desa.
Ada 'patung Garuda' di pertigaan ini, harusnya anda gak akan kelewat deh karena pertigaan ini cukup besar, dan papan petunjuk warna hijau juga cukup besar dan mudah dibaca.

Anda sekarang berada di Desa / Kecamatan Tirtoyudo.
Dan mengarah ke Desa / Kecamatan Pudjiharjo cuman nanti anda akan berbelok sedikit ke Barat (kanan) ke Desa Lenggoksono.

So selama kira kira 1 jam perjalanan anda akan mencari arah ke Desa Pudjiharjo, lewat beberapa desa kecil seperti Kepatihan, sampai anda menjumpai persimpangan satu ke kiri ke pantai Sipelot (or Spelot) satu lagi ke Lenggoksono / Wedi Awu. Ambil arah ke kanan ke Lenggoksono / Wedi Awu tentu saja, bukan ke arah pantai Sipelot.



Kira kira 15-20 menit kemudian anda akan menjumpai persimpangan lagi, ke kiri ke arah pantai Wedi Awu (ini kabarnya adalah pantai tempat surfing).
Yang ke kanan anda mengarah ke Lenggoksono, tentu saja anda ambil jalan yang ini.

Petunjuk arah, ke kanan ke Lenggoksono, ke kiri ke Wediawu

Papan petunjuk swadaya masyarakat...


Ini persimpangannya, dari sini tinggal 20 menit an ke pantai Lenggoksono.


Semua papan petunjuk diatas dibuat atas swadaya masyarakat, jadi bukan papan petunjuk 'resmi' (yang warna tulisan putih diatas papan hijau seperti yang anda biasa jumpai di jalan besar).
Tapi jalannya cukup mudah diikuti karena jalan ke Lenggoksono ini rupanya memang jalan besar yang banyak dilalui kendaraan.

Setelah persimpangan terakhir diatas, jalan akan semakin curam, curam naik maupun turun :D.
Kadang ditambah dengan aspal / semen yang terlepas, menambah seru perjalanan :D.
Yang jelas lebih dianjurkan untuk tidak melalui jalan ini jika hujan turun dengan deras atau malam hari, karena tidak ada penerangan jalan.

Sempit, curam, berliku, jika berpapasan dengan kendaraan besar, salah satu roda kendaraan anda akan berada di luar aspal.


Saya akan menyarankan anda makan disekitar Bululawang - Dampit saja, banyak warung masakan jawa yang enak dan ramai dikunjungi pelancong.
Begitu anda lepas dari Dampit dan belok kanan ke Tirtoyudo, jumlah dan macam masakan yang bisa anda pilih semakin terbatas.
Untungnya sepanjang jalan dari Dampit sampai Lenggoksono cukup mudah ditemukan rumah penduduk / warung kecil, anda bisa bertanya dan kalau sekedar beli minum / makanan kecil / makan ala kadarnya tidak akan sulit.


Sampai di Desa Lenggoksono, anda perlu mencari (lagi-lagi) patung Garuda, untuk kemudian belok ke kiri ke arah pantai / Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Kalau anda datang malam hari, daerah sekitar pantai / TPI ini penuh dengan warung2 yang buka hingga malam hari.
Warung warung di pantai Lenggoksono, buka mulai pagi hari hingga larut malam....

Kalau malam minggu, warung2 ini buka hingga jam 2-3 pagi, cukup mudah untuk mencari makan kalau sekedar rawon / popmie / jagung rebus saja. Anda bisa datang kapan saja dan di TPI anda akan disambut oleh petugas yang meminta anda menulis buku tamu dan membayar Rp. 10ribu per orang.
(Update 2015 : Petugas ticket pindah ke jalan raya, sebelum belokan patung Garuda, biaya karcis seingat saya per mobil Rp. 10rb, dan per orang Rp. 5rb).

Berkemah di Pantai Lenggoksono, Karena sedang musim hujan, cuaca cenderung mendung...

Di pantai Lenggoksono anda bebas untuk membawa tenda, atau kalau naik motor anda bisa rebahan / istirahat di salah satu warung yang ada di pinggir pantai tersebut.


Base Camp Lenggoksono yang juga merupakan TPI... Ada toilet di belakang Base Camp ini....

TPI ini juga berfungsi sebagai base camp, dimana anda bisa menyewa ojek, menyewa perahu dll. Semuanya dikoordinir dari TPI. Mobil, motor pun diparkir disini. Sepanjang pantai, Toilet adanya ya cuman di TPI ini.
(Update Juni 2015 : Toilet sudah ada beberapa buah, ada beberapa warung yang juga menyediakan toilet, seingat saya sudah ada 3 warung yang memiliki toilet, tapi masih tetap saja antri :D...).

Cuman hati hati karena Toilet nya antri panjang dan baunya kurang sedap :D.
Air bersih tersedia secara gratis karena ada tandon air tawar tepat di depan TPI ini juga....
Jadi gak usah kuatir kalau ingin bilas saja, ada fasilitasnya.
Tapi usahakan jangan berusaha bilas sore hari, dimana semua pengunjung juga selesai mandi dari laut... antrinya juga cukup panjang :D....

Ini Perahu yang digunakan untuk "beach hopping" ke pantai pantai lain di sekitar Lenggoksono.

Obyek Wisata di Lenggoksono ini sebenarnya justru tidak terletak di pantai Lenggoksono :).
Dari Pantai Lenggoksono anda bisa naik perahu ke Pantai Bolu Bolu, kemudian Pantai Banyu Anjlok, dan satu lagi Pantai teluk Kletakan. Anda bisa snorkling di Pantai Bolu Bolu dan Teluk Kletakan. Lebih mudah untuk snorkling di Bolu Bolu, anda tidak perlu mendarat ke pantai, dan kondisi koral masih baik, hanya visibility yang menurut saya masih kurang baik... mungkin juga belum musimnya....
Di Pantai Kletakan anda bisa menepi ke pantai, beristirahat dan ada warung nya pulak :D....
Jalan sedikit anda bisa snorkling mulai dari pantai (bukan dari perahu).

Di Pantai Lenggoksono sudah ada organisasi perahu yang cukup memudahkan pengunjung, karena dengan biaya hanya Rp 50ribu, anda sudah bisa pergi ke 3 pantai ini, saya kasih saja istilah : 'beach hopping' ya.... :).
Cuman masalahnya tidak ada jadwal keberangkatan dan kedatangan yang pasti untuk perahu komuter ini. Kalau ombak sedang tinggi, or tidak banyak pengunjung di pantai maka frekuensi keberangkatan jadi sangat jarang.
Biasanya mendekati jam 11 - 13 siang, perahu tidak jalan karena ombak sedang tinggi, setelah itu perahu terakhir sekitar jam 15-16 sore selebihnya anda harus camping di pantai untuk menunggu jemputan hari berikutnya.

Perahu akan mengantar anda ke Pantai Bolu Bolu, jika anda ingin stay lama disana, anda akan 'ditinggal' dan menunggu jadwal perahu selanjutnya. Dari Bolu Bolu perahu akan mampir ke pantai teluk Kletakan. Dan terakhir perahu akan mampir ke pantai Banyu Anjlok.

Menurut saya primadona Lenggoksono adalah pantai Banyu Anjlok ini, karena ada air terjun yang langsung berasal dari mata air (airnya dingin, jernih dan bersih), langsung ke pantai dan membuat semacam air terjun yang dapat dilihat dari pantai. Cuman karena kami datang saat sedang hujan, airnya jadi sedikit keruh.


Alternatif lain untuk pergi ke Banyu Anjlok adalah dengan menggunakan ojek.
Biaya ojek nya adalah Rp 25ribu satu arah, jadi PP anda perlu bayar Rp 50rb, ojek akan menunggu anda di Banyu Anjlok sampai anda selesai berkegiatan disana.

Atau anda bisa juga jalan kaki selama kurang lebih 1 jam (jarak sekitar 3 - 4 km), untuk mencapai pantai Banyu Anjlok.
Saya akan sarankan anda menggunakan Ojek supaya anda bisa menikmati sensasi berkendaraan roda dua di jalan setapak yang naik turun.
Dijamin Adrenalin anda akan mengalir hehehehe... kadang harus naik dengan kemiringan yang membuat anda ragu ragu apa motor anda tidak akan melorot :), kadang belok tajam, kadang harus lewat 'sungai' kecil, kadang lewat jalan yang licin dan roda motor bisa selip :).
But anyhow... sensasinya beda dibanding naik perahu or jalan kaki hehehehe...

Naik ojek ke pantai Batu Anjlog, melewati jalan setapak dan beberapa sungai kecil...







Petualangan tidak hanya berhenti disini... setelah parkir sepeda motor, ada 2 destinasi yang bisa anda kunjungi, anda bisa pergi ke pantai untuk melihat muara air terjun dari pantai, atau anda bisa pergi ke hulu air terjun dan melihat permulaan 'anjloknya' sang air :D.
Untuk pergi ke 2 destinasi ini, anda perlu berjalan kaki yang kalau sedang musim hujan seperti sekarang ini, dapat dipastikan jalan amat licin :D.
Saya harus melepas sandal dan turun dengan sedikit tergelincir :),
Bagian hulu air terjun Banyu Anjlog... enak... dingin... seger....
Lapar ? ya tinggal ambil pisang saja... Pisang adalah salah satu komoditi hasil bumi di Lenggoksono...


Jalan ke arah pantai lebih jauh dibanding jalan ke arah hulu air terjun.
Namun semua kesulitan pasti terbayar lunas begitu kita sampai di pantai dan berhadapan dengan air terjun 'Banyu Anjlok' ini.
Airnya yang dingin sangat menyejukkan, kalau kita sampai terlena, bisa bisa kulit jadi gosong, karena kita tidak bisa merasakan sengatan sinar matahari karena sangking segarnya air Banyu Anjlok ini.

Saya yakin lokasi ini juga bisa jadi lokasi fotografi yang sangat Indah :D.

Air Terjun Banyu Anjlog, dilihat dari pantai.....

See you around... we will be back ! :D....

(Update Juni 2015 : well... ada satu lagi ternyata keasyikan di air terjun Banyu Anjlok ini...
Jangan lupa bawa senter tahan air karena di sebelah air terjun ini ada celah kecil yang bisa anda masuki... :D.
Ketika datang pertama kali kesini, pada musim hujan, air terjun melimpah ruah sehingga menutupi lubang ini. Ketika datang pada musim kemarau, lubang gua ini sangat mudah terlihat).



Oh ya... tambahan satu hal lagi...
Salah satu tempat makan yang recommended untuk dicoba adalah Warung Wiwik (klik untuk mengarah ke tautan foursquare nya). Lokasinya kalau dari arah Malang atau Turen adalah sebelum masuk ke kota Dampit, tepatnya di jalan Pamotan no 47, Dampit.

Masakan yang disediakan adalah masakan jawa, ada cumi yang dimasak dengan tinta hitamnya yang gurih dan yummi.
(maaf tidak ada foto, karena kamera yang saya pakai memfoto rusak kena air...).



Hal yang menarik lainnya adalah tempat peristirahatan di dekat desa kecamatan Bululawang.
Tempat istirahat ini memiliki shower (bahkan bath up) air panas !
SPBU yang punya toilet yang istimewa :D.

Untuk mencari lokasinya silahkan mencoba memasukkan keyword ini : "Spbu 54 651 03" atau  gunakan longitude / latitude : "-8.068781, 112.639758".



Panduannya, dari Malang - Gadang - terus ke Selatan dan ambil arah ke Bululawang / Dampit.
Sebelum masuk Bululawang, sebelum bertemu dengan jalan alternatif lain dari Malang (jalan Mayjen Sungkono, Sawojajar), sebelum pertigaan itu lah sebelah kiri jalan SPBU ini berada.

Foto2 kala siang hari, dapat anda jumpai di link di kaskus berikut ini.

Berikut adalah foto2 yang saya dapat dari perjalanan malam hari.

SPBU 54 651 03, Bululawang.
Tarif Toilet dengan Air Panas :D.























Selain Toilet yang modern, bersih dan ber air panas, SPBU ini juga memiliki Mushola, toko roti, Alfamart, serta ATM (BCA, Mandiri dan BNI). Pemilik SPBU ini  kelihatannya ingin mencoba sedikit meniru konsep rest area di Amerika.




Pengisian air radiator, isi angin ban (gratis), dan isi / tambah angin Nitrogen.




Toilet duduk yang lebar....
Shower air panas dan air dingin....





















Kalau menurut saya, tempat istirahat ini wajib disinggahi, mandilah dengan air hangat dan rasakan energi anda kembali mengalir, wow... langsung terasa bugarrr hehehe... siap melanjutkan perjalanan kembali...




--------------------

Thursday, November 20, 2014

Dive Report : Bangsring - Pulau Tabuhan, 1 & 7 Nov 2014

Dari dive terakhir di Bangsring, saya masih sempat dive di Menjangan dan 2x lagi di Bangsring... tapi baru sempat update lagi blog ini :).
Pekerjaan baru membuat update blog menjadi tidak bisa cepat hehehehe...

but trust... there will always be interesting thing di setiap posting.... :D.


2x dive di Bangsring, 2 minggu berturut turut, tanggal 1 dan tanggal 7 Nov membawa catatan yang cukup penting di ingat jika anda ingin dive di Pulau Tabuhan (sekitar 30 menit dengan perahu nelayan dari pantai Bangsring).


So first... Pulau Tabuhan.... letaknya mendekati mulut selat Bali (selat antara Pulau Jawa dan Pulau Bali). Jadi dapat dibayangkan selalu ada potensi arus yang harus diwaspadai, karena arus di selat Bali memang cukup deras). (See my other post about Walacea Line).




























Diving tgl 1 dan 7 Nov sebenarnya ingin eksplore seputar pulau Tabuhan...
I'll be coming back to that in a short moment... but first... about pulau Tabuhan itself :

Ada mercu suar di pulau Tabuhan... agak kecil kalau dilihat dari foto dibawah ini :), mohon maaf....
Pulau Tabuhan sering didatangi snorkler, penjelajah yang ingin menikmati pasirnya yang putih dan airnya yang jernih.
Pulau Tabuhan - Bangsring - Banyuwangi - East Java - Indonesia


Gunung Dieng - Banyuwangi dilihat dari laut


Pak Teguh, dive buddy saya untuk explore pulau Tabuhan :).




















Whip Coral.... at Tabuhan island....



 Berikut adalah dive spot yang saya coba datangi :


 Dive 1 tanggal 1 Nov kami coba lokasi paling aman di Pulau Tabuhan yakni Spot Utara (saya namakan saja demikian, refer ke google map image diatas. Utara (atas, lihat petunjuk kompas di sisi kanan), saya anggap titik paling aman, karena arus disini relatif paling bersahabat, saya masuk sekitar pukul 8 pagi.

Ombak saya rasa cukup besar, membuat kapal terguncang guncang, ombak saya anggap lebih besar dibanding ombak ketika menyeberang dari Bali ke Pulau Menjangan.
Ombak yang besar ini juga menyulitkan ketika berada di permukaan, baik saat akan descend maupun saat menunggu jemputan kapal.

Saya akan mensyaratkan penyelam dengan level minimal Advance dan dive log lebih dari 40 untuk bisa melakukan penyelaman disini. Alasannya bisa anda dapatkan setelah ini....

Di dive spot Utara ini anda bisa temui wall yang tegak lurus. Arus selalu bergerak ke Selatan, usahakan tidak diving di bagian Timur (bagian luar yang menghadap laut lepas) dari pulau Tabuhan karena arusnya cenderung lebih kencang.
Lebih baik diving dibagian Barat (bagian dalam yang menhadap pulau Jawa), ada drift namun relatif tenang dan bisa dikuasai.


Kontur reef bagian Barat ini perpaduan dari wall dan slope, pasir, coral, dengan banyak cave yang membuat tempat yang ideal bagi ikan ikan untuk bersembunyi.

Karena banyak pencari ikan hias disini, maka kita akan menemukan banyak bekas jaring, kail, senar dll yang tersangkut di coral.
Dan sempat bertemu seekor hiu remaja yang cukup friendly dan bersedia masuk dalam video saya, berputar putar beberapa kali sebelum lari ke tempat yang lebih dalam :).

Banyak Perahu nelayan yang mencari ikan hias di pulau Tabuhan

Saya rasa ada alasan tersendiri kenapa tidak ada perahu nelayan yang berani membuang jangkar dan mencari ikan di sisi Timur pulau Tabuhan :D. Perhaps next time kalau saya sudah punya chemistri yang baik dengan tukang perahu, saya akan coba masuk di sisi Timur pulau Tabuhan :D.




Dive 2 hari itu kami coba masuk di sisi Selatan pulau Tabuhan. Garis garis putus menunjukkan arah penyelaman kami. Jam menunjukkan sekitar pukul 10 pagi, arus di sisi Selatan ketika itu sedang mati.

Sebagai catatan, wilayah dangkal disekeliling pulau Tabuhan ini cukup luas dan cukup jauh dari bibir pantai, sekitar 100-150 meter dengan kedalaman hingga 10-12 meter baru kemudian bisa menemukan wall / slope yang lebih curam.


Disisi selatan sini tutupan coral sangat bagus, tapi saya bisa melihat bahwa daerah ini pasti sering dilewati arus yang besar, karena coral cenderung rata, kalau dalam ingatan saya, teksturnya mirip seperti koral di seputar Gili Mimpang atau Gili Biaha di Candi Dasa.

Tapi karena karakternya yang sering dilewati arus ini, membuat tidak ada kapal nelayan pencari ikan hias yang tambat disini. Coral cenderung lebih sehat dan belum rusak.
Walaupun demikian kita tidak menemukan schooling fish yang banyak... entah kenapa...

Kami bertemu Turtle dan Lobster dan beberapa ekor Eel berukuran sedang.










Dive tanggal 1 saya anggap sangat menyenangkan sehingga saya langsung schedule untuk dive kembali tanggal 7 Nov.
Yang perlu dicatat, tanggal 7 Nov adalah 1 hari setelah bulan Purnama malam sebelumnya.
Dan selain saya rasa ombak sedikit lebih besar, juga ternyata arus menjadi lebih besar dari biasanya.

Dive tanggal 7, karena persiapan yang sedikit lambat, kami baru bisa 1st dive sekitar jam 9:30, dan kebetulan saya pilih spot Selatan.

Kesulitan sudah muncul ketika menunggu untuk descend, arus permukaan dan ombak cukup besar sehingga agak sulit untuk menjaga posisi tetap dekat dengan perahu, arus saat itu membawa kami ke utara (eddy current karena arus di barat dan timur mengarah ke selatan).

Kami tercerai berai di permukaan dan di bawah air, kebetulan saya terjebak arus, di kedalaman kurang lebih 20-15 m saya tidak bisa bergerak terlalu jauh, ke atas arus membuang ke barat, menjauh dari coral. ke utara sebentar arus ternyata deras ke arah selatan, ketika saya ikut ke selatan, ada arus eddy yang membawa saya ke utara.

Karena tidak bisa kemana mana maka saya putuskan untuk ascend, lepas dari 10m, arus langsung menyeret saya menjauh dari coral / pulau Tabuhan ke arah Barat. Supaya tidak terlalu jauh terbuang, saya putuskan tidak melakukan safety stop, ascend perlahan dan langsung ke permukaan untuk naik ke perahu.

Saya tahu dari nelayan ikan hias setempat, ternyata arus deras pada jam itu memang tidak terprediksi.
Dia yang seharusnya masih ada 2-3 jam mencari ikan dibawah, terpaksa naik karena arus menyeret selang kompresornya ke atas :). (penyelam ikan hias tidak menggunakan tabung scuba, mereka menggunakan selang dan kompresor yang ditaruh di atas perahu).
Dia mengeluh mulai sakit (yang kemungkinan besar karena DCS) dan berencana melakukan 'recompressi' setibanya di pantai nanti.

Wow... saya baru tahu kalau ternyata penyelam kompresor itu sangat mengerti teori penyelaman dan dekompresi ! Salut sekali !


Dive 2 tanggal 7 Nov kami lakukan di pantai Bangsring...

Pak Hanafi dan Lion fish....




































Hypselodoris sp, karena bukan bulocki dan bukan apolegma :D.















Masih sempat juga sesi pemotretan Malaikat laut :D...

Ruptured Angel.... :D..

See you later !! :D.