Search This Blog

Showing posts with label Dekompresi. Show all posts
Showing posts with label Dekompresi. Show all posts

Monday, July 9, 2012

Trip Report : Pasir Putih, 7 Juli 2012

Apa yang dibayangkan sebagai trip yang biasa-biasa saja ternyata menjadi berkesan karena pada saat yang sama kami diving, ternyata ada kecelakaan selam yang mengakibatkan 2 perwira angkatan laut meninggal dunia.

Berita selengkapnya dapat anda search di google atau anda klik link ini. Ada video berita oleh TV One juga disana. Atau klik link ini untuk berita dari TV One.
Berita kecelakaan ini menjadi front page dari koran Jawa Pos hari minggu tanggal 8 Juli 2012.

Mbak Nadya, seorang teman fotografer, ternyata jam 09:24 tepat saat kejadian kecelakaan tersebut sempat mengambil foto dari kejauhan... berikut fotonya :
Foto kapal selam 401 Cakra berlatih di pasir putih, kerumunan orang tampak berusaha melihat kondisi
2 prajurit yang mengalami kecelakaan saat latihan submarine escape.



Saya memang merasakan banyak sekali boat lalu lalang di atas kami ketika dive 1 (sekitar jam 9).
Kebetulan kami mengambil spot yang dekat saja di dermaga - piramid, sehingga sambil pedaling dari pantai ke dive spot kami bisa melihat kesibukan di sekitar kapal selam.
Tidak terpikir hal yang aneh sampai seorang teman lokal memberitahu kalau ada yang meninggal karena 'kehabisan oksigen - terjepit ketika keluar'. Kelihatannya kehabisan oksigen mengakibatkan 2 prajurit yang akhirnya meninggal tersebut buru-buru keluar ke permukaan dan mengalami Lung Embolism (salah satu jenis terburuk dari penyakit dekompresi).

Mungkin juga diakibatkan mereka berdua (Major dan Colonel) jarang mengikuti latihan rutin, yang menyebabkan nervous dan keluar terlalu cepat ke permukaan....


Update : 22 Nov 2012
Memang sulit menemukan sumber yang valid karena pihak Angkatan Laut juga tidak memberikan statement resmi, cerita yang simpang siur di kalangan diver maupun yang ada di koran pun tidak bisa memastikan sebab kematian crew kapal selam tersebut.
Tulisan ini sekaligus untuk mengkoreksi tulisan saya di thread 'diving accident'. Rada gak nyambung sebenarnya karena yang disitu bahasa Inggris, tapi ya sudahlah yang penting udah saya koreksi.... hahahaha.

Dari 'sumber yang tidak bisa diungkapkan', :) namun kelihatannya cukup valid dan bisa dipercaya, saya dapat cerita begini :

* Kondisi yang terjadi :
- Latihan penyelamatan diri dari Kapal selam yang mendarat di atas pasir dengan jarak lubang palka (tempat keluar crew kapal selam) berada di kedalaman 7m dari permukaan air.
Rencana rescue sbb :
- 2 orang sekaligus masuk ke ruang penyelamatan, pintu ditutup, ada pakaian khusus yang kedap air, dimana diver masih bisa bernafas karena ada tabung oksigen kecil khusus yang mensupply pakaian ini.
Check thread ini untuk melihat jenis pakaian yang dikenakan.....
Diver memakai pakaian kemudian kasih isyarat dengan palu, dan crew yang ada dalam kapal selam akan membuka pintu air sehingga air memenuhi ruang kecil ini tadi.
Diver membuka lubang palka dan kemudian keluar dari kapal selam.
- 2 orang crew pertama berhasil keluar dengan selamat.
- 2 orang perwira ini memang direncanakan untuk mengikuti latihan rescue karena ada petinggi AL yang menunggu di atas kapal di permukaan untuk memberikan selamat.
Jadi supaya seremonialnya pas, jadilah sang komandan satuan kapal selam ikut serta dalam latihan rescue ini sebagai salah seorang victim.
- Kejadian sebenarnya tidak diketahui, karena team rescue yang berada di luar palka setelah menunggu agak lama (kurang lebih 5 menit) merasa aneh kenapa setelah ada isyarat (kentong palu) diver tidak segera keluar, mereka membuka pintu palka dari luar dan 2 orang diver tersebut ditemukan sudah tewas, ada informasi bahwa pakaian yang seharusnya dikenakan tidak terpakai dengan sempurna.

* Jadi kesimpulan yang diasumsikan dari fakta dan keterangan yang ada :
- Diver meninggal bukan karena dekompresi akibat terlalu cepat naik.
   1. Sudah ditemukan meninggal saat palka dibuka.
   2. Kedalaman 7m walaupun menahan napas sekalipun tidak akan mengakibatkan kematian akibat
       dekompresi.
Kemungkinan yang terjadi adalah :
- Ruang terlalu sempit untuk dipakai ber 2, standard orang 'bule' adalah 1 ruangan untuk 1 orang saja. Mungkin menganggap orang Indonesia cukup kecil, mungkin supaya sekaligus naik berdua langsung bisa salaman sama sang petinggi... maka satu lubang penyelamatan dipakai berdua.
- Suit yang dipakai memang baru dibeli, jadi ada kemungkinan sulit untuk menarik resleting sampai ke posisi yang tepat. Mungkin belum sempat latihan, mungkin ruangan terlalu sempit.
- Yang pasti crew dalam kapal selam mengaku mendengar kode untuk membuka katup air. Dan memang crew kapal selam tidak bisa melihat langsung kondisi 2 diver tersebut. Ada kemungkinan palu yang dibawa diver terjatuh saat pakaian belum terpasang menyebabkan ada bunyi 'teng' - 'teng' sehingga crew kapal selam membuka katup air. Ini yang menyebabkan kedua penyelam buru2 memakai suit dan meninggal karena drowning atau tenggelam.
- Ada kemungkinan lain dimana malfunction dari suit yang dipakai, belum sempat latihan, air bocor dan 2 diver tidak mampu membuka katup palka (yang memang harus mereka buka sendiri dari dalam). Meninggal karena drowning / tenggelam.

Demikian cerita yang saya dapet, at least saya berkesimpulan bahwa memang kecelakaan ini bukan karena prosedur penyelaman atau perlengkapan selam yang salah.... bukan juga karena dekompresi.
Ini kecelakaan karena simulasi rescue dengan pakaian dan prosedur yang sama sekali berbeda dengan prosedur penyelaman rekreasional....


anyway.... I got 2 dives that day very enjoy full dives....
dan berikut hasil2 foto selama 2 dives di piramid, pasir putih.

Got Chaaa !!
The Nudibranch I found East to Pyramid...
Cjelidonura amoena (Bergh 1905).























A Tiger Puffer fish... about 50cm long... the one we tried to photographed for quite sometime....










If you can found the small transparent shrimp
Nudi


























Kerapu...
Phyllidia ocellata

Ketemu di dekat dermaga runtuh...
Goby and her Shrimp Partner...
























Small Eel near the shore... very shy but she got all the reason to do so...
the fisherman at Pasir Putih...





I hope you Enjoy !! :D.

Wednesday, August 3, 2011

Berbagai macam 'Stop' dalam Diving : Safety Stop, Deep Stop.

Menyambung beberapa tulisan (atau lebih tepatnya rangkuman :) ) tentang dekompresi :
Sejarah Teori Dekompresi.
Perbedaan kecepatan naik.

Di thread ini saya ingin membuat rangkuman tentang Beberapa jenis 'Stop' yang dikenal di dunia diving sekaligus...


Mengapa 'Stop' diperlukan ?
Teori Dekompresi (Decompression Theory), dalam dunia diving selalu digunakan untuk menurunkan resiko DCS (Decompression Sickness) atau DCI (Decompression Illness) [used interchangeably].
DCS paling fatal bisa mengakibatkan kematian (Embolism, Lung Over Expansion), cacat permanen (bagian tubuh mati kaku, mati rasa), hingga paling ringan menyebabkan mual-mual, sakit kepala, pusing, merah-merah di dada / tangan dll.
'Stop' dibutuhkan untuk memberikan kesempatan bagi jaringan di dalam tubuh kita untuk mengalami dekompresi secara perlahan, agar Nitrogen dalam jaringan tubuh kita dapat dikeluarkan secara maksimal dan  aman. (lihat Sejarah Teori Dekompresi)

Dunia Diving diwakili oleh Institusi2 diving seperti PADI, SSI, ADSi, NAUI, DAN dll talah berusaha dengan keras mengurangi resiko DSC dengan menerapkan aturan dan procedure yang pada intinya adalah membuat penyelam melakukan dekompresi semaksimal dan seaman mungkin.

Berikut ini adalah daftar sekaligus penjelasan singkat tentang beberapa 'Stop', baik yang dianjurkan maupun yang diharuskan untuk mengurangi resiko terjadinya DCS.
Perlu selalu diingat bahwa kondisi fisik dan fisiologis tiap orang berbeda, sehingga kita perlu mengetahui dan mengukur kemampuan dan keterbatasan kita masing2, terlepas dari ada atau tidaknya aturan / procedure yang sudah ada.


1. (Recommended) Safety Stop

Jika kita berhenti selama 3-5 menit di kedalaman 3-6 meter (10-20ft), setiap kali selesai penyelaman, maka inilah yang dinamakan 'recommended' Safety Stop.

Betul, sesuai namanya, Safety Stop ini sifatnya adalah 'recommended' bukan 'mandatory'.
Anda boleh protest boleh gak suka :), tapi memang Safety Stop, namanya juga 'safety' stop diadakan untuk meningkatkan keamanan (safety) dan mengurangi resiko DCS.
Manufacture dive computer ternama seperti Suunto, Mares, Oceanic dll pun juga akan memposisikan Stop yang ini hanya sebagai rekomendasi saja, artinya tidak ada penalty yang anda terima jika tidak melakukan recommended SS ini.

Dasarnya sangat sederhana, semua Non Decompression Dive seharusnya tidak membutuhkan Stop di kedalaman tertentu untuk melakukan dekompresi. Asumsi yang dipakai adalah selama anda melakukan 'Non Decompression Dive' (tidak melakukan penyelaman dekompresi) dan mengikuti aturan kecepatan naik yang 9m/mnt (sekarang, atau dahulu 18m/mnt), anda sebenarnya tidak perlu berhenti di kedalam tertentu untuk melakukan dekompresi (mengeluarkan nitrogen dari tubuh anda).
Tubuh dianggap sudah mampu melepaskan semua Nitrogen dengan hanya melakukan ascend yang lambat, tanpa perlu stop di kedalaman tertentu.

Kalau kita tinjau lebih lanjut, alasan organisasi Diving int'l tidak menganjurkan (bahkan cenderung melarang) Debompression Diving adalah untuk mencegah 'keharusan' melakukan decompression stop.
Karena kondisi alam (up/down current, heavy surge, dll), emergency situation (missing buddy, accident, dll), teknik yang kurang memadai untuk hovering (new diver, blue water safety stop, dll) dapat membuat seorang diver tidak melakukan safety stop.


2. (Mandatory) Safety Stop

Mandatory SS sepanjang yang saya tahu hanya ada di RGBM calculation di Dive Comp Suunto saja.
RGBM memperkirakan adanya micro bubble sudah timbul jika anda melakukan paling tidak salah satu dari  2 attitude yang kurang baik selama diving dibawah ini :
a. Ascend lebih cepat dari 10m/mnt dalam waktu yang cukup lama. (ketika anda ascend dengan cepat, biasanya dive comp akan berbunyi 'beep' pendek untuk mengingatkan anda untuk slow down, jika anda terus ascend dengan cepat maka anda akan terkena mandatory SS).
b. Seringnya terjadi ascend lebih cepat dari 10m/mnt (Profile penyelaman).

Jika anda harus melakukan mandatory SS, maka anda akan berhenti di kedalaman 3-6 meter (10-20ft), selama waktu yang ditentukan oleh Dive Comp anda (tergantung sering dan lamanya 'pelanggaran' yang anda lakukan).
Jika anda melanggar mandatory SS ini, seperti yang tercantum di manual dive comp Suunto, anda akan diberi penalty sehingga No Deco Dive di dive berikutnya menjadi lebih singkat.
Artinya jika anda ingin mendapatkan No Deco Dive yang lebih lama, anda harus memperpanjang waktu Surface Interval anda....
make sense bukan ? kalau profile penyelaman gergaji, sering shoot up and down, maka istirahat lebih lama akan mengurangi resiko DCS :).

Saya hanya agak aneh dengan istilah 'mandatory' yang tenyata masih bisa di abaikan hahahaha...


3. Deep Stop

Sesuai dengan anjuran dari Paul Bert dan Haldane, bahwa untuk memastikan terjadi dekompresi yang sempurna, ketika ascend seorang penyelam perlu berhenti 1/2 jalan dari kedalaman maksimumnya.
Misalnya seorang penyelam masuk hingga kedalaman 30m, ketika ia mulai ascend, ia bisa naik dengan cepat (lihat topik : Perbedaan kecepatan naik) hingga mencapai 1/2 kedalaman maksimum (ie : 15m) kemudian (sesuai anjuran Paul Bert) berhenti 1 hingga 2 menit, dan kemudian melanjutkan ascend ke 7.5m dan kemudian berhenti lagi disana 1 hingga 2 menit, demikian seterusnya.

Jika anda menggunakan Suunto D series (D4, D6, D9) anda dapat mengaktifkan fungsi Deep Stop ini namun anda akan kehilangan count down (recommended) Safety Stop di 6-3m. Artinya jika Deep Stop aktif, anda terpaksa harus mengukur sendiri waktu safety stop anda karena Dive Comp anda tidak akan menghitungnya.

Deep Stop sifatnya adalah optional, sama seperti Safety Stop berfungsi mengurangi resiko DCS.

Bagi saya, konsep deep stop ini berfungsi sekali ketika melakukan deep dive (hence the name 'deep' stop came from...). Misalnya kita selesai deep dive ke 40m, kita bisa dengan cepat ascend ke kedalaman 20m (mengabaikan ascend speed yang 9m/mnt), berhenti di 20m selama 1-2 mnt (deep stop), yang jelas lebih kecil resiko DCS nya dibanding jika kita ascend lambat dari 40m....
Bisa juga menjadi alternatif, dalam situasi emergency, saya bisa naik dengan cepat ke 20m dan berhenti disitu daripada stay di 40m dan (misalnya terkena bahaya down current).



4. Decompression Stop

Ini adalah satu-satunya Stop yang sifatnya Mandatory / Obligatory yang dapat membuat Dive Comp anda ngambek kalau dicuekin. Jika stop yang satu ini diabaikan, dive comp akan mempenalty anda untuk tidak melakukan diving selama beberapa saat (biasanya 2 x 24 jam), dive comp biasanya hanya akan menjadi depth gauge dan dive watch saja, tidak mengindikasikan No Decompression time yang tersisa dll.

Jika anda melakukan Decompression Dive, anda akan diwajibkan untuk berhenti (stop) di kedalaman tertentu sesuai yang ditentukan oleh dive comp atau dive table anda, untuk melakukan dekompresi.
Jika anda menggunakan Dive comp, maka ia secara otomatis akan memberi tahu di kedalaman berapa dan berapa lama anda harus melakukan dekompresi.
Alternatively anda bisa juga menggunakan tabel dekompresi sebagai acuan pelaksanaan decompression stop (dengan atau tanpa dive comp).

Ini adalah satu-satunya Stop yang secara perhitungan diperlukan tubuh kita untuk mengeluarkan Nitrogen dari (terutama) 'slow tissues'. (lihat Sejarah Teori Dekompresi).
Decompression Dive artinya 'slow tissues' kita sudah mulai dipenuhi dengan Nitrogen, membutuhkan stop atau waktu yang lebih lama untuk mengeluarkannya agar kita tidak terkena DCS.


semoga berguna... :).

+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-