Kemarin saya berkesempatan bertemu dengan ‘Cik Hwa’, salah satu tokoh legendaris di perusahaan Kapal Api (pt. Santos Jaya Abadi, berlokasi di Sepanjang - Sidoarjo). Satu kesempatan yang sangat fonumenal bagi saya, mengingat kebesaran gaung nama tokoh ini di luar maupun di dalam perusahaan.
Bagi Kapal Api, Cik Hwa adalah salah satu tokoh kunci yang ‘irreplaceable’, karena perpaduan bakat, kemampuan, karisma dan pengalaman yang hingga kini benar-benar tidak tergantikan.
Bagaikan empu, Cik Hwa hanya ‘turun gunung’ pada masalah-masalah yang kritis, di saat orang2 sudah tidak mampu menghadapi Cik Hwa dengan pendekatannya yang mengajak namun persuasif selalu mampu memecahkan masalah. Masalah yang timbul bukan hanya masalah di departemen Cik Hwa saja (QC), namun justru banyak di departemen HRD dan Produksi.
Jika Cik Hwa sudah ‘turun gunung’ berarti masalahnya sudah pelik... begitu komentar teman saya.
Issue yang beredar, jika Cik Hwa sudah angkat bicara mewakili kepentingan pegawai, pemilik pun menurut.... J, masih harus saya saksikan sendiri, namun jika melihat profile beliau, hal ini sangat mungkin...
Jadi Cik Hwa juga memiliki peran informal sebagai ‘ketua SPSI’ hahaha....
Kemampuan beliau yang mumpuni jelas terlihat pada tanggung jawab formal beliau sebagai Taste Manager, yaitu menginspeksi kualitas biji kopi, hasil gorengan dan pencampuran. Bisa dikatakan bahwa cita rasa kopi Kapal Api selama 30 tahun ini adalah cita rasa Cik Hwa !
Cik Hwa bertugas menjaga supaya rasa kopi Kapal Api dimanapun, di jaman manapun selalu sama.
Jika ada jenis kopi baru dan Cik Hwa bilang ‘yang ini tidak laku’, maka tidak ada parameter lain yang akan digunakan, semua akan menurut.
Perjumpaan saya sebenarnya direncanakan singkat, namun tanpa terasa berakhir 1.5 jam lebih, itupun karena saya sungkan, sudah jam 18:30, lebih 1.5 jam dari jam pulang resmi...
Kelihatannya kalau berbicara lebih lama lagi semua masalah keluarga pun bisa saya keluarkan nih... hahaha... well, berikut adalah inti pati dari pembicaraan saya dengan legenda Kapal Api... some thorough full tought on how to deal with people.
Bertemu dengan beliau, kurang lebih 30 menit pertama, Cik Hwa, ‘menginterogasi’ saya tentang motivasi kerja. Pertanyaan2 beliau sangat to the point dan ‘menusuk’ hahaha... tidak memberikan kesempatan saya untuk berbicara atau berkelit. Ketika saya sedang merenung mencari jawaban agar manis didengar, beliau akan langsung mengerti apa yang sedang saya pikirkan, kemudian menjelaskan pilihan pilihan apa yang mungkin saya ucapkan, keburukan dari tiap2 pilihan yang ada.
Bisa dikatakan saya gelagapan menjawab pertanyaan beliau....
Kamu kerja untuk lompat-lompat atau kerja sampai pensiun ?
Apa yang kamu cari dalam kerja ? apakah uang ?
Sebelum disini kerja dimana ? mengapa kamu pindah-pindah ?
Style keras dan to the point pada saat awal ini secara psikologis menekan lawan bicara, untuk mengenal paradigma lawan bicara. Lawan bicara dibuat tidak sempat berpikir sehingga tidak bisa berbohong, hal hal yang tidak betul secara konsep ‘di skak mat’ di awal agar lawan bicara tidak mengarah kesana...
Semua pertanyaan diatas sebenarnya tidak terlalu membutuhkan jawaban saya, sebenarnya beliau ingin memberikan nasihat...
Saya berusaha mensarikan jawaban yang ‘benar’ sesuai dengan wejangan beliau :
· Kerja harus ditekuni, tidak boleh pindah-pindah karena menurut beliau : ‘kerja dimana-mana itu sama saja’ asal ditekuni, asal kita serius, pasti sukses. Artinya akan selalu ada pressure, selalu akan ‘dimanfaatkan’ oleh atasan, terjadi ketidak adilan dst.
Face it ! that’s the moral of the question.
· Kerja yang penting adalah kesehatan, bukan uang, dengan kesehatan kita bisa mendapatkan banyak hal, termasuk uang.
· Jawaban tentang mengapa pindah kerja, adalah untuk memeriksa apakah ada alasan yang masuk akal, yang menunjukkan bahwa kita sebenarnya sudah cukup ‘tough’ menghadapi pressure di tempat kerja. Ketika kita bisa menggambarkan alasan yang masuk akal mengapa kita pindah kerja, maka cerita lainnya sudah tidak digubris. Cik Hwa langsung menangkap bahwa saya bekerja bukan untuk main-main atau mencari tempat loncatan.
Pembicaraan selanjutnya mengalir saja, Cik Hwa menceritakan tentang ‘hidup’, sebuah kuliah kehidupan dari seorang legenda... Chineese wisdom yang dikemas dengan cara bertutur yang pelan, lirih namun tegas. A charism of her own....
Terima kasih kepada Universitas Kehidupan yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mendengarkan kuliah dosen tamu yang sudah pakar di bidangnya, secara gratis lagi...
Dari sisi management dan counseling ada beberapa point yang saya tangkap dan ingin saya ingat-ingat dengan membuat tulisan ini :
1. Prinsip 3M : Mendengar, Melihat (menganalisa) dan Membuat keputusan, Mengambil tindakan.
Jangan pernah mengambil keputusan tanpa mengetahui dengan betul masalahnya, apalagi hanya dengan mendengarkan informasi2 dari orang2 tanpa memeriksa kebenarannya.
Juga setelah mengerti benar-benar dimana masalahnya, jangan ragu membuat keputusan berdasarkan masalah, data dan fakta, bukan berdasarkan kepentingan pribadi atau kepentingan lain yang tidak memecahkan masalah yang ada.
Termasuk disini, jangan pernah tidak mengambil keputusan padahal kita sudah tau masalah sebenarnya.
2. Orang biasanya fokus pada teknik, pada karir, pada uang, pada diri sendiri tapi dia tidak sadar sebenarnya hidup dan bekerja intinya adalah ‘orang lain’, ‘sesama’, ‘rekan kerja’ dan berbagi.
Hal ini berkali-kali ditekankan oleh Cik Hwa. Kita bekerja untuk keluarga, untuk karyawan, untuk ‘customer’ kita bukan untuk diri sendiri.
Seorang pengusaha ‘membagikan’ uang kepada para karyawannya dengan memberikan pekerjaan, jabatan.
Seorang pegawai harus menyadari bahwa pengusaha sebenarnya tidak harus memperkerjakan mereka, tidak harus ‘membagikan uang’ tersebut kepada pegawainya, sehingga gaji harus disukuri sebagai keinginan dari pengusaha untuk berbagi, bukan kewajiban yang harus dituntut dari pengusaha.
3. Pendekatan kepada pegawai yang ‘sulit’. Mungkin ini ilmu praktis yang terbanyak yang saya dapat hari itu.... Cik Hwa memberikan beberapa contoh yang applikatif tentang bagaimana caranya berbicara kepada orang-orang yang sulit.
Inti pertama yang harus dipegang adalah bahwa memang adalah kewajiban dari atasan untuk membuat bawahannya mengerti, kedua memang bawahan itu tidak akan pernah bisa mengerti keinginan atasan / management. Jika level manager saja tidak bisa mengerti (atau pura-pura tidak mengerti) apalagi karyawan yang levelnya sangat di bawah.
Jika atasan sudah menyadari bahwa menjelaskan kepada bawahan itu adalah sesuatu yang ‘wajib’, maka atasan akan lebih mau dan berusaha untuk berbicara pada anak buahnya. Tidak selalu menggunakan kuasanya.
Teknik yang digunakan Cik Hwa adalah ‘mengajak’ dan bukan ‘memberi tahu’. Untuk bisa mengajak, seseorang harus menjalankan terlebih dahulu apa yang dia ingin sampaikan. Disinilah letak kekuatan utama Cik Hwa, beliau memiliki kredibilitas terhadap apa yang beliau sampaikan.
· Menghadapi orang ‘lama’ : “tidak harus orang yang lama mendapatkan sesuatu yang lebih... semua tergantung dari apa yang kamu sudah lakukan selama masa kerja”. Jika kita tidak memberikan kontribusi yang banyak selama masa kerja kita apakah pantas jika kita tetap banyak menuntut ?
· Menghadapi orang yang sulit : Kita harus sangat dekat berhubungan dengan dia, jika kita sudah dekat, orang tersebut akan sungkan atau berusaha supaya kita tidak dipersulit oleh kelakuan dia.
· Menghadapi orang yang tidak termotivasi : Tanyakan untuk apa mereka bekerja, arahkan supaya mengerti bahwa perusahaan harus untung lebih dahulu baru kemudian kita bisa menerima pembagian keuntungan. Orang harus menanam dahulu baru bisa memetik hasil, bahkan kadang kita menanam tanpa memetik hasil.
Namun jika kita tidak pernah menanam kita pasti tidak akan pernah memetik hasilnya.
Jika motivasi kerja terus melorot, perusahaan akan merosot dan kita semua tidak akan pernah memetik hasil yang diinginkan.
Kemudian kita bisa mengatakan bahwa kita tidak akan bisa memperjuangkan orang yang bersangkutan jika tidak ada performance yang bisa ditunjukkan dari orang tersebut.
The lesson of life dari Cik Hwa adalah melakukan segalanya dengan hati, dengan totalitas dan tidak iri pada orang lain. Cik Hwa mampu mengajak orang untuk mengikuti dirinya karena dia sendiri sudah menjadi bukti dari konsep hidup yang dijalaninya selama ini.
Pendekatan yang selalu bersifat mengajak dan berasal dari ketulusan hati selalu berhasil menyentuh dan mampu menggerakkan orang lain. Dengan demikian kita tidak perlu menggunakan ‘pangkat dan sikut’ kita untuk mengubah jalan pikiran orang lain.
Sebagai penutup tulisan ini, ketika saya berhasil menangkap inti sari methode yang dipakai oleh Cik Hwa ini, saya bertanya : “Cik, apakah dengan cara ini Cik Hwa pernah gagal ?”, maksud saya, saya ingin mengetahui apakah pernah Cik Hwa menggunakan kekuasaan / kekerasan dalam tugasnya, dan bagaimana menyeimbangkannya.
Cik Hwa kemudian memberikan beberapa contoh ketika beliau perlu meminta seorang karyawan yang sudah sakit parah dan sudah setahun diminta untuk mengundurkan diri berhasil diatasi dalam 10menit, atau bagaimana beliau menginformasikan kepada ratusan karyawan bahwa pemberian makan untuk long shift ditiadakan, karyawan bisa menerima tanpa ada gejolak.
Saya kembali mengulang pertanyaan saya, “Cik, kalau begitu apakah Cik Hwa pernah gagal dengan cara yang Cik Hwa punyai sekarang ini ?”.
Berpikir sebentar Cik Hwa menjawab dengan mantap : “Saya tidak pernah gagal !”.
Demikianlah catatan hasil kuliah 1.5 sks saya dengan legenda Kapal Api.
Semoga kita semua bisa mendapatkan hikmahnya !