Search This Blog

Thursday, July 28, 2011

The History of Decompression Technique... Sejarah Teknik Dekompresi

Salah satu hal yang cukup membingungkan bagi new Diver adalah istilah 'dekompresi',
Ok, dekompresi adalah lawan kata dari kompresi (peningkatan tekanan), and so what about it ?
Mengapa dekompresi menjadi hal yang sangat perlu diketahui dan bahkan diwaspadai oleh seorang penyelam ?

Ok, lebih dahulu kita bahas sedikit tentang dekompresi, apa itu dekompresi dan mengapa perlu melakukan Stop (berhenti naik / turun) di kedalaman tertentu untuk dekompresi.

Jika kita mundur ke penelitian awal Decompresi oleh J.S Haldane (1860-1936), Bapak Theory Dekompresi Modern, dalam thesisnya : The Prevention of Compressed Air Illness, Boycot AE, Damant GCC, Haldane JS, (klik untuk membaca makalah asli).
[Jika link diatas dihapus, copy paste judul diatas dan coba gunakan search engine anda].
Kita bisa mendapatkan beberapa kesimpulan penting yang masih valid dan digunakan hingga saat ini.

Pertama, teori dekompresi adalah hasil dari penerapan hukum Henry (Henry's Law) dalam penyelaman.
Dalam suhu tertentu, jumlah gas yang terlarut dalam cairan tertentu sebanding dengan tekanan yang dialami  (partial pressure) gas dalam cairan tersebut. ie : semakin tinggi tekanan yang dialami, semakin banyak gas yang terlarut.


================================================
Catatan Praktis :
Bagi anda yang kesulitan menangkap penjelasan yang 'teoritis', saya coba menuliskan secara singkat 'gambaran prakteknya' untuk memudahkan materi ini dimengerti...


Dikaitkan dengan prakteknya, semakin dalam orang menyelam, semakin banyak Oksigen dan Nitrogen (kira-kira 30% berbanding 70% seperti kondisi di darat) yang masuk kedalam seluruh sel tubuh nya.
Gampangannya... kalau di permukaan air laut (1 ATM) kadar Oksigen terlarut dalam tubuh manusia dimisalkan 3.000 ppm, maka di kedalaman 30m (4 ATM) maka kadar oksigen  menjadi 4 kali lipat = 12.000 ppm.
Hal yang sama dengan Nitrogen jika dimisalkan kadar Nitrogen terlarut dalam tubuh manusia (masuk terutama melalui paru -paru dan melalui kulit...) 7.000 ppm, maka di kedalaman 30m kadar Nitrogen juga akan menjadi 4 kali lipat = 28.000 ppm.


Tentu saja, walaupun secara ppm Nitrogen dan Oksigen kadarnya lebih banyak, tubuh manusia enggak akan 'menggelembung' karena tekanan 4 ATM membuat volume yang ditempati oleh tambahan kadar Oksigen dan Nitrogen tersebut kurang lebih sama saja.


Inilah kondisi yang dimaksud oleh Hukum Henry diatas, kompresi gas kedalam tubuh manusia.
Sekarang, kita tau bahwa Oksigen tersebut 'consumable' artinya akan habis digunakan oleh manusia dan diubah menjadi CO2 (inget pelajaran SD, manusia bernapas menghirup O2 dan mengeluarkan CO2...yaitu di seluruh sel di tubuh kita).
Nitrogen adalah gas inert (check mbah google ttg definisi inert gas) yang tidak dikonsumsi oleh tubuh kita, dan besarnya adalah 70% dari total udara yang kita hirup.


Nah, sekarang bayangkan kalau tubuh kita secara tiba-tiba kehilangan tekanan 4 ATM (naik dengan cepat langdung ke permukaan air), tubuh diharuskan mengeluarkan 28.000 ppm Nitrogen untuk kembali ke 7.000 ppm dalam waktu singkat pula.
Karena tidak mungkin tubuh kita melepaskan nitrogen dengan kadar tinggi dengan cepat, maka akibatnya di dalam tubuh kita, Nitrogen yang kehilangan tekanan sekeliling akan menempati volume 4 kali lebih besar dari yang sebelumnya dibutuhkan.
Penambahan volume dengan cepat tanpa bisa tersalurkan ke luar tubuh tersebut akan membentuk 'bubble' di dalam sel-sel tubuh kita.
Bubble tersebut akan berusaha keluar dari seluruh permukaan tubuh kita, mereka mencari sendiri jalan keluarnya, tentu saja jalan paling mudah adalah lewat pembuluh darah di paru-paru dan semua pembuluh darah yang berhubungan langsung dengan jalan keluar udara (mulut, hidung, telinga, dll).



Jebol lah si Paru-paru (Embolism) dan semua pembuluh darah di tubuh kita.
Istilah umumnya : Paru-paru Meledak ! (sebenarnya : semua pembuluh darah di tubuh kita meledak) dan ini adalah tingkat akut dari penyakit dekompresi yang hampir selalu berujung pada kematian. 
Hal yang sama terjadi pada 2 orang penyelam angkatan laut yang meninggal di Pasir Putih 7 Juli 2012.
2 orang prajurit (berpangkat Mayor dan Kolonel laut) meninggal dunia karena 'pop up' langsung nyembul dari 20m an ke permukaan air laut.... paru paru meledak dan darah keluar dari mulut, hidung, telinga..



check mbah google untuk berita kecelakaan ini selengkapnya...

=================================================

Dan kembali ke penjelasan teori......

Dengan berdasarkan pada hukum Henry, Haldane mengamati dan menemukan bahwa penyakit Caisson (Caisson Dissease) atau juga sering disebut 'bends' kala itu (sekarang disebut juga DCS : Decompression Sickness) ternyata disebabkan oleh cara dekompresi yang keliru.
Para pekerja di bawah air (biasanya lebih dalam dari 5m atau 1.5 atm) sering kali mengalami bends dan kematian ketika mereka keluar dari air.
Haldane kemudian melakukan penelitian tentang bagaimana teknik dekompresi yang benar untuk menghindari penyakit-penyakit dekompresi.

Inti dari penelitian Haldane adalah sebagai berikut :
"Whether or not the decompression is free from risk will depend on the degree of supersaturation which can be borne with safety, the extend to which the blood and tissues have had time or opportunity to become saturated, and the extend to which they have had time to become desaturated again during decompression."
3 faktor inilah yang diteliti oleh Haldane dalam thesisnya.
Semakin tinggi sel tubuh mengalami saturasi, semakin besar resiko safetynya.
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk tubuh atau sel menjadi saturasi dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendesaturasi nya.

Haldane juga menulis bahwa bubble (yang dapat menghambat aliran darah / oksigen) hanya timbul jika partial pressure dari gas pembentuk bubble tersebut lebih besar dari eksternal pressure. Dan bubble tersebut adalah gas nitrogen (sebab oksigen terkonsumsi oleh tubuh, sedangkan nitrogen tidak (inert gas)).

Proses terbentuknya bubble juga dipengaruhi oleh kecepatan dekompresi (kecepatan penurunan tekanan).
Anda bisa membayangkan soda yang terlarut dalam minuman bersoda (coca-cola, sprite, dll). Jika anda menuangkan minuman bersoda dalam gelas, anda akan melihat gelembung-gelembung udara kecil yang tertahan dalam gelas dan perlahan-lahan hilang dalam 1 - 2 jam.
Demikian juga nitrogen yang ada dalam tubuh anda akan bereaksi terhadap penurunan tekanan yang seketika.
Semakin cepat tekanan (ambience pressure) menurun, Nitrogen yang keluar dari tubuh ke pembuluh darah dengan cepat (burst) akan membentuk bubble dalam jumlah yang banyak pula.


Tentang bubble ini, Haldane menulis :
"If gas bubbles are formed in consequence of too rapid decompression, they will naturally tend to increase in size by diffusion into them, in whatever part of the body they may be except the arteries, for sometime after the end of decompression. They may thus easily cause blocking of small vessels, and even if they are carried to the right side of the heart or the pulmonary arteries, and lodge there, they will increase in bulk until the total gas pressure in the mixed venous blood falls to one atmosphere. The same remark applies to bubbles which lodge in the branches of the portal veins."

Ilustrasi dari Haldane diatas dapat menjelaskan bagaimana bubble berada di semua pembuluh darah, bahkan hingga ke pembuluh darah jantung. Bubble dapat dengan mudah membuat pembuluh darah yang berukuran kecil tersumbat dan akibatnya bagian tubuh tertentu tidak lagi tersupply darah beroksigen, menjadi kaku, sulit digerakkan. Jika tidak segera terbuka sumbatnya maka bagian tubuh itu dapat mengalami kelumpuhan permanen.
Inilah mengapa penyakit caisson ditemukan terutama pada persendian (yang membuatnya dinamai 'bends'- bengkok, karena bagian tubuh tersebut menjadi mati rasa dan tidak bisa diluruskan lagi).

Untuk menghindari timbulnya bubble, Haldane menyarankan agar dekompresi dilakukan dengan selambat mungkin dan dilakukan secara 'uniform'. Artinya kepada semua pembuluh darah, kepada semua jaringan tubuh.

Saran yang sama juga pernah dilontarkan oleh Paul Bert (1833 - 1866).
bahwa divers and caisson workers (should) decompress slowly and at a constant rate
for they must not only allow time for the nitrogen of the blood to escape but also to allow the nitrogen of the tissues time to pass into the blood”.

Bert adalah orang pertama yang mengusulkan Deep Stop, dimana seorang penyelam diharuskan berhenti setengah jalan ke permukaan, setelah melakukan Deep Dive.
Tujuannya tetap sama yakni untuk memberikan waktu yang cukup bagi tubuh dan pembuluh darah untuk melepaskan nitrogen.

Bert juga adalah orang pertama yang mengusulkan treatment bagi penderita DCS :

1. Rekompresi : DCS dapat dihilangkan dengan membawa penyelam kembali ke lingkungan bertekanan tinggi kemudian melakukan dekompresi perlahan. (note : metode 'in-water recompression seperti ini sekarang dianjurkan untuk dihindari, terutama jika jarak recompression chamber cukup dekat, karena lebih besar potensi masalahnya daripada manfaatnya).
2. Menghirup Oksigen Murni : Penderita DCS diminta menghirup oksigen murni (yang tidak mengandung nitrogen) untuk mempercepat hilangnya nitrogen dari dalam darah.


Kembali pada Haldane, ia adalah orang pertama yang menggunakan model half time untuk menghitung kecepatan masuk dan keluarnya nitrogen dalam darah. Ia menggunakan 5 tissue compartment dengan half time yang berbeda.

Point utama dari model half time adalah, kita perlu lebih waspada pada 'slow tissues', organ tubuh yang lambat menyerap (dan melepas) nitrogen. Karena organ inilah yang berpotensi menyimpan nitrogen paling lama, dan berpotensi menimbulkan buble ketika terjadi penurunan tekanan yang drastis.

Dengan menggabungkan metode perhitungan half time, deep stop, Haldane kemudian membangun dive table yang kemudian akan menjadi dasar Dive table yang lain (dengan perubahan minor maupun major).
Beberapa peneliti selanjutnya menemukan dan menambahkan beberapa 'slower tissues' compartment.
Albert Buhlmann (1923-1994) misalnya, menggunakan 16 compartment.

Tabel Buhlmann inilah yang kemudian banyak digunakan (dan dimodifikasi) oleh organisasi2 diving di dunia dan juga para produsen dive computer.


So, dari penjabaran diatas, saya harap kita bisa mendapatkan penjelasan yang cukup tentang teori dekompresi dan mengerti mengapa kita perlu melakukan dekompresi secara perlahan.
Shooting up dari 20m ke permukaan bukan hal yang indah untuk dilihat :).


+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-

Thursday, July 21, 2011

Hydroid dan Crinoid

Saya lagi baca2 dan ingin mengenal dan menghapal tentang 'hydroid...'
Istilah yang selalu saya gunakan untuk tanaman (atau lebih tepatnya : hewan) yang biasa menempel di sea fan, gorgonian, dan juga wet suit :).
Ternyata saya menemukan beberapa info yang menarik. Karena hewan yang saya maksud ini serumpun dengan sea star (bintang laut) dan nama nya adalah Crinoid atau feather star (Phylum : Echinoderm, sekeluarga dengan sea star, sea urchin dan sea cucumber !).

Sedangkan 'hydroid' sendiri yang walaupun punya karakteristik sama, bisa 'menyengat' (ie : stinging hydroid), namun termasuk Phylum Cnidarian (sekeluarga dengan anemone, jellyfish etc).

Satu pengetahuan yang mengejutkan bagi seorang awam biologi kelautan seperti saya :).....

Well, biar gak berlama-lama, ini lho yang namanya Sea Feather (Crinoid) ! Termasuk keluarga Sea Star (Bintang Laut) !
Dia bisa 'berjalan' sebenarnya lho...

Crinoids... lihat cengkeraman kaki-kakinya yang tidak kuat
Membuat si Crinoids ini bisa 'berpindah'.















Dan ada juga yang bisa melipat dan mengembang seperti daun pakis :), istilahnya ternyata 'crevice' feather star.

'Crevice' Feather Star
Crevice Crinoid















Crinoid di ujung Sea Fan....




















Sedangkan Hydroid adalah yang bentuknya seperti ini :
Hydroid














Stinging Bush Hydroid
Feather Hydroid














Branching Hydroid















Hydroid ini kelihatannya tidak bisa 'berjalan', menancap dan mengakar di koral / batu, sedangkan Crinoid bisa bergerak, menempel di coral, sea fan, dll.
Tapi mereka semua tetap saja harus dijauhi karena sangat mudah menempel dan melukai kulit.
Stinging Hydroid bisa menyengat dan menyebabkan kulit melepuh mirip seperti efek fire coral (koral api).
Crinoid sangat sering tertempel di wet suit atau glove kita akibat gerakan kita selama menyelam yang terlalu dekat dengan koral.

Semoga menambah pengetahuan....

Related Post : Coral Types and Their Scientific Names


+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-


Thursday, July 14, 2011

Menonton Sendratari Ramayana di Candi Prambanan

Jika anda sudah sering pergi ke candi Borobudur, anda sebenarnya masih memiliki satu candi alternatif yang lain yang bisa anda singgahi, yakni Candi Prambanan. Terletak di Kabupaten Sleman, dekat kota Klaten. Candi Prambanan akan selalu anda lihat jika anda bepergian dari Yogja ke Solo atau sebaliknya.
Candi ini langsung terletak di pinggir jalan besar.


Ticket Masuk untuk 1 orang 50ribu rupiah. Kamera atau video akan dicharge terpisah (sontoloyo....) dan cukup mahal... Jam operasional mulai pagi (lupa jam berapa) hingga jam 18:00 WIB.
Nah... ada hal yang menarik lagi sebenarnya karena jam 20:00 WIB anda bisa menyaksikan pertunjukan sendratari Ramayana yang setting panggungnya berlatar belakang-kan Candi Prambanan ini.
Juga tersedia makan prasmanan di bagian luar tempat pertunjukkan (19:00 WIB), dimana anda juga bisa berfoto dengan latar belakang Candi Prambanan.

Me and Prambanan as background
Candi Prambanan Modif with HDR
Candi Prambanan at Night...

Saya gak tau berapa ongkos untuk ngeliat pertunjukan sendratari Ramayana ini karena ticketnya dibayarin sama kantor :). Tapi saya rasa ini pertunjukkan yang worth visiting.
Ada 3 kelas, VIP (ada Minum, snack, WC khusus), kemudian kelas 1 dan kelas 2. VIP dapat tempat duduk yang empuk di depan panggung, Kelas 1 dan kelas 2 duduk di atas batu (unique kok, asik aja...) kelas 1 di posisi diagonal dari panggung, sedangkan kelas 2 duduknya di samping kiri dan kanan panggung.

Panggungnya sendiri terdiri dari panggung yang rata yang cukup luas, sekitar 30 x 40m. Dan dibelakangnya ada panggung bertingkat yang sudah didesign dengan apik, bisa keluar dari atas, keluar dari samping, tengah, dst.

Yang paling menarik sebenarnya adalah pertunjukkannya itu sendiri... breath taking, colosal, beautiful... whatever word you can say to express it....

Check out the photos...
For complete story of Ramayana click this link.


Rama and Sinta banished from Kosala
for 14 years.
Rahwana and his army...
Deer that attracted Sinta's attention,
She asked  Rama to capture  her.






















Rama against the deer that actually Rahwana's minion.

The Army of Wanara, Sugriwa and Subali at the ladder.

Rama Killed Subali to gain Sugriwa's support.
















Alengka's Lady
Shinta being seduced by Rahwana
but twarted by Trijata, Wibisana's daughter.




Hanuman, The White Monkey General met Sinta
and gives Rama's Ring. Trijata at the back accompany Sinta.











Hanuman, captured by Indrajit (Rahwana's Son)
and then being burned to death.














'Hanuman Kobong', while being burned, Hanuman
also burned Alengka's to ashes.










Rama marched to Alengka, crosing the sea by means of a causeway
made by hurling huge stones into the sea
Alengka's War, Kumbakarna being surrounded by wanara soldiers.

Rama against Rahwana
Rahwana is invulnerable with Rama's Sword


Rahwana's Death by Rama's arrow (do you see the arrow ?? :)).
Rahwana being held still by two rocks who are actually his daughters.













Shinta's virtue test by fire. She passes the test.

Happily ever after couple at Kosala.

Kuliner Salatiga, Rumah Makan di Pemotongan

Salah Satu kuliner yang yahudd di Salatiga adalah Soto Pojok di jalan Pemotongan.
Uhh... kalau bicara tentang Soto, banyak yang suka dengan Soto Parmoso, Soto Garasi Bus Esto, dll.
Tapi saya pribadi prefer Soto Pojok ini dibanding soto2 yang lain... Soto Esto bersantan... udah agak umum, mirip Soto versi Betawi dan saya kurang suka rasanya. Sedangkan Soto Parmoso... hehehe... agak mahal...
Tapi Soto Parmoso ini khas soto Salatiga, plain rasanya, kuahnya tidak penuh dengan bumbu seperti soto Madura atau Soto Jawa Timur lainnya.

Soto di Salatiga (Soto Parmoso, Soto Pojok, dll)  karena rasanya memang basicly plain, kaldu ayam plus sedikit bumbu, (kuah bening), harus dimakan dengan 'ikan' tambahan. Anda bisa minta dipotongkan babat, iso (usus), telur, atau apapun yang tersedia di meja...

Nah, kembali ke Soto Pojok, anda WAJIB mencoba versi saya nih, coba minta dipotongkan babat, taruh di mangkok dan laburkan kecap manis sampai si babat tenggelam dalam kecap manis.
Kuah yang plain akan jadi sangat enak ketika dimakan dengan babat yang gurih dan kecap manis...
Slurrpsss... yammie.... memang Salatiga kota yang akan bikin anda gemuk ! hehehe...

Sorry foto Soto Pojoknya menyusul ya, kapan2 kalau saya ke Salatiga lagi hehehe...

Yang ada ini foto (Ex) Rumah Makan Prima, Rumah makan Blora dan Rumah Makan Medan di jalan Pemotongan (bawah). Nostalgia makanan anak kos jaman dulu nehh !! hehehe...
Silahkan liat foto2 dibawah untuk bernostalgia. Foto2 ini diambil bulan Mei 2011.
Rm Medan di Jalan Pemotongan (bawah) Salatiga

Rumah Makan Blora, Jl Pemotongan (bawah) Salatiga.
Menu : Sate Blora, (dulu) hari kamis khusus Gurami kuah Garang Asem...
Rumah Makan Prima sekarang sudah jadi toko Onderdil dan Bengkel Motor
Perhatikan bekas wastafel untuk cuci tangan... hehehe... nostalgiaaa......


Mengenang tempat2 makan begini betul2 bisa membawa kita kembali ke jaman kuliah... serasa masih kuliah di Satya deh :).
Sharing ya kalau temen2 ada info perubahan dan perkembangan kota Salatiga tercinta....

Kuliner Salatiga, Pecel Madya

Aduh... bersyukur setengah mati saya akhirnya bisa menaruh artikel ini di blog saya :D.
Favorit saya sejak kuliah di Satya Wacana dahulu dan sekarang adalah salah satu makanan yang paling saya rindukan kalau pergi ke Jawa Tengah.

Saya ingat dahulu, tahun 1992-1997, lokasi ini tidak terlalu berubah banyak, tidak membesar banyak dibandingkan sekarang. Harga makanan juga kurang lebih sama, tidak terlalu terimbas inflasi :).
Saya ingat pertama kali saya datang ke Pecel Madya ini, diajak oleh teman-teman satu kos Muwardi 9A, Rico, Jonny. Saya cuman bawa uang 3.000 perak, pikir saya makan pecel aja kok, pasti gak mahal2 amat.
Sampai di Pecel Madya, saya yang baru datang dari Jawa Timur tidak tau kalau adat istiadat makan di Jawa Tengah itu WAJIB pakai tambahan menu...
Kalau di Jawa Timur satu paket nasi pecel sudah dengan dadar jagung, peyek dll, di Pecel Madya ini (dan di semua restaurant/warung di Jawa Tengah), semua 'ikan' itu harus milih atau nambah sendiri terpisah dari menu utama.
Alhasil saya milih beberapa tambahan menu, telur ceplok, iso (usus), dll, habisnya 7.000 rupiah ! hehehe... terpaksa ngutang sama temen deh hiehiehiehie.... malu, tapi gimana lagi, namanya juga baru tau...

Ngomong2... berikut nama2 menu tambahan di Pecel Madya yang khas Jawa Tengah hiehiehiehie...
- Onclang - semacam omelette / telur dadar, namun banyak dikasih bumbu, irisan sayuran, bawang, tepung dll, baru digoreng. Warnanya juga sudah jadi warna coklat bukan kuning seperti warna telur dadar.
- Iso - Usus (ayam ?), digoreng sedikit dengan bumbu, gurih, tapi high colesterol dan high uric acid hahaha.... tapi aduhhh... uennnaaakkk puollll... gurih2 asin... (asinnya gara-gara isi nya usus itu ya hiehiehiehiehie....).
- Handuk - Babat, kulit dalam lambung (?), digoreng juga, ini kelihatannya khas Salatiga juga, karena banyak soto, tongseng dan makanan2 lain yang pakai babat goreng... enaknya minta ampuuunnn juga hiehiehiehie...
- Martabak - Yang gemar kriuk-kriuk kalau makan, mending tambahkan potongan martabak ke dalam racikan pecel anda... martabak yang saya maksud berbentuk persegi berukuran 5 x 7 cm, minta saja sama Mbah Mul yang jual untuk potong2.
- Ceplok - Telur ceplok, alias mata sapi alias bulls eye hehehe... normal2 aja ini.
- Dadar Jagung - menu normal :).
- Ayam - gak jelas ini ayam bacem atau ayam goreng, tapi menu yang ini masih belum nyambung di lidah saya.
- Masih ada pisang goreng (masa pisang goreng dimakan sama pecel ??), ada 'ote-ote' kagak tau namanya di Jawa Tengah apa... Dan menu2 lain yang saya nggak inget namanya...

Menu tambahan favorit saya adalah Iso, telor mata sapi dan martabak, kemudian saya minta kuah soto (fyi, soto kalau di Jawa Tengah kuahnya cenderung bening, banyak kaldunya, gurih tambah bawang goreng...) adduhhh... kalau sampai gak bilang uueeennnaaakkk... saya sembah deh hahahaha...

Nih saya tunjukin racikan favorit saya :
'Racikan' Favorit saya !!

Ini foto Mbah Mul per Mei 2011 ! salah satu anaknya yang biasanya membantu (lupa namanya, Mbak siapa gitu...) sedang keluar kota kata mbah Mul, diganti sama anaknya yang lain :).
Mbah Mul sedang bekerja... lihat tumpukan Iso, Babat didepan beliau...
Gang Masuk ke Pecel Mbah Mul !
Alias Pecel Madya...
























Pecel Madya Mbah Mul, tampak depan...






















Bioskop Madya, yang sekarang sudah
menjadi Gereja Mawar Sharon :)
Kondisi dalam warung Pecel Mbah Mul





















Pecel Madya Mbah Mul ini lokasinya di jalan Sukowati, di depan Balai Kota Salatiga.
Jika anda dari Selatan (Solo), masuk Salatiga lewat Jend Sud (Jendral Sudirman) - Ambil kanan di pertigaan ABC (hhehehehe... sorry, namanya memang begitu, karena ada papan reklame batterai ABC).
Dari Jend Sud, lurus saja terus sampai ketemu hotel Beringin (oh kenangan...) dan anda akan dipaksa belok kiri di jalan searah itu (btw, sejak beberapa tahun lalu, sebagian Jend Sud sudah jadi jalan searah).
Itulah jalan Sukowati... lurus saja... silahkan cari Eks Bioskop Madya yang sudah jadi Gereja Mawar Sharon itu di sebelah kanan Jalan.
Tentu saja sebelum Dupan (Dunia Pancasila (Lapangan Pancasila), hiehiehiehie... olok2 kami yang frustasi karena Salatiga gak ada Dufan, adanya 'Dupan' tempat ngumpul2 kalau ada keramaian, pasar malem dll... aduh... kacian dehhhh..., nasib jadi mahasiswa Satya...)

Oh ya, waktu operasinya : Senin - Sabtu mulai jam 5:30 an WIB, sampai habis kira2 jam 10:00 an gitu masih buka tapi biasanya sudah gak lengkap. Jadi waktu berkunjung ideal adalah jam 6:00 sampai jam 9:00 pasti sudah buka dan masih lengkap menunya.
Ingat hari minggu nggak buka ! mbah Mul sekeluarga ibadah di Gereja :).

Petunjuk kecilll... Pecel Mbah Mul
The Legendary Pecel Madya, Mbah Mul...




















Temen2 yang eks Salatiga... silahkan mimpi, ngiler, nangis terharu, dendam, ngomel dll, bayangin aja tuh Pecel Madya, nasi hangat, sayur segar... slurrrpsss... aahhhh...

HAHAHAHAHA... sukses deh saya bikin anda kepingin khaaannn... hiehiehiehie...

Tuesday, July 5, 2011

Trip Report : Menjangan - Pemuteran, 2 - 3 July 2011

Ini adalah trip pertama bersama elf A2DC Surabaya, sang pemilik kendaraan, Mr. San berkenan ikut serta dalam Elf dan bahkan menjadi supir bagi kami semua :). Betul2 pengalaman yang mengesankan.

Kumpul di McD bunderan Satelit, jam 18:30 - 19:00 kami baru berangkat jam 19:30 ber 11, semua gear masuk ke mobil double cabin mazda. Diiringi DVD David Foster and friends yang yahuddd kami mulai perjalanan ke Bali.
Singgah beberapa kali untuk 'buang muatan', makan malam disediakan oleh Pak Satriyo (pt. HESS), yang dengan baiknya membawakan nasi krawu dan nasi campur Gresik....
Kelihatannya perjalanan dengan Elf memakan waktu lebih panjang dari yang diperkirakan, kami baru tiba di Ketapang jam 03:30, sempat menunggu 1 jam karena antrian, masuk kapal jam 04:30 dan tiba di Gilimanuk 05:30 (06:30 WITA).

Kami check in di hotel Sari Gilimanuk (sebelum gerbang keluar gilimanuk, ada tandon air sebelah kanan, belok kanan. Masuk sekitar 300m, ada Karaoke (hiehiehiehihehiehie...) persis disebelahnya ada hotel Sari).
Tarif per kamar ada yang 175 rb, 200rb, 225rb (suit), before tax.
Kami kemudian berangkat langsung ke Disthy, telah menunggu Bli Nonong, Putu Sulastre dua DM yang akan mengantar kami ke Menjangan.

Dive 1, Menjangan, Wreck, Kapal Budak 
Visibility kurang bagus, karena baru mulai musim hujan. Air terasa dingin.
Mungkin sebulan lagi baru visibility akan bagus.
Kami dibagi menjadi 2 group, kelompok OW dan kelompok Advance,
Kelompok Advance masuk ke 30m, maks 40m dengan bottom time maks 10menit. No Deco Dive.

Masuk ke 40m kami hanya menemukan sisa-sisa besi dari Kapal Budak ini, tidak terlalu banyak yang dapat dilihat, kelihatannya kami harus masuk lebih dalam lagi untuk melihat bangkai yang lain. Visibility juga kurang baik dibanding kedatangan pertama kali saya kurang lebih 6 bulan yang lalu. Seharusnya pemandangannya ketika visibility prima akan sangat fascinating...

Some of the photos taken from Kapal Budak spot...
Jangkar kedua di 30m... 'beautifully encrusted' in Wally's book.
Besi... @37m...





















Setelah 10 menit, kami harus naik untuk menghindari Deco, di 20m kami bertemu dengan group OW dan meneruskan perjalanan bersama-sama.
Daerah sekitar wreck kapal budak ini memang kaya... saya rasa 2 dive spot terbaik di menjangan adalah Wreck dan Bat Cave (ke kiri / ke kanan). Pos 2 ke kanan menyajikan wall yang bagus namun sedikits sekali ikan disana.

Kami bertemu seekor penyu berparuh lancip :). See for yourself....
Penyu (Sea Turtle) @ Wreck Dive Spot, Menjangan, West Bali
Penyu (Sea Turtle)


Yara with Sea Turtle @ Wreck Dive Spot,
Menjangan, West Bali


































Blue Soldier Fish ?



Pak Santoso... In Action












Fishes @ Table Coral


































Dive 2, Menjangan, Pos 2 ke kiri (timur),
Dive 3, Menjangan, Pos 3 ke kanan (timur).
Makan siang di pos 2 kami lanjut langsung dive ke kiri, ke arah Bat Cave.
Menurut saya wall disini lebih baik daripada Pos 2 ke kanan (barat). Lebih kaya koralnya, lebih kaya ikan-kannya. Kami sempat berjumpat dengan schooling fish (kagak tau jenisnya)... nice view....
45 menit, kami ascend di sekitar dive spot Bat Cave.
Scorpion Fish, nangkring di koral kipas..
The Underwater Beauty....

Yara, nangkring di Koral....
Koral yang sehat... ikannya banyak...












Schooling fish @ Bat Cave...












































Dive 3 kita lakukan di tempat yang sama, di Pos 3 (Dermaga 3) kita coba cari arus ternyata kita telat turun, arusnya sudah mati... akhirnya kita dive dari dermaga 3 ke kanan ke arah Bat Cave.

Nudie @ Dermaga 3 Menjangan, West Bali.
Fan Coral, Dermaga 3, Menjangan, West Bali


Nudie Branch


Lydia... Ibu rumah tangga dan petualang sejati.....
Honeymoon lagee.....

Rizal Latief...  gliding near coral....
Pak Andi... first time with us....

Lepas masker oiii..... :).

















Pak Sutono (Tony)... on table coral....






































Day 2, kita berangkat ke Pemuteran kembali mengunjungi 'Candi Heboh' yang pernah saya datangi tahun lalu...
Naik kapal yang sama, dengan boatman yang sama juga :).
Kami setting gear di darat, kemudian dibawa ke perahu, perahu hanya mengantar kita ke dive spot dan kembali ke darat lagi setelah diving. One spot, kemudian kembali lagi ke darat, kemudian geser ke spot lain dst. Ini adalah salah satu penyebab dive di Pemuteran tidak bisa 'murah' seperti Menjangan.


Dive 4, Pemuteran, Candi Heboh
Kami hinggap di Buoy dan turun ke 30m, kami bagi 2 group dengan selisih 15 menit agar tidak terlalu kacau nanti di dalam air.
Descending cepat menyusuri buoy, saya sangat kaget menemukan beberapa arca yang tergeletak di pasir... menyedihkan, ternyata candi buatan ini sudah rusak, entah karena arus, entah karena orang2 jahil...

Candi Heboh... beberapa bagian runtuh
Pak Santoso di Candi Heboh




















Arca yang runtuh, mungkin terkena arus ???
Dinding depan yang runtuh...






















Me at Candi Heboh Pemuteran











Dan ternyata di atas Candi Heboh ini ada semacam candi kedua di kedalaman 17m.
Di penyelaman pertama saya 6 bulan yang lalu saya juga tidak menemukan candi kedua ini.
Group pertama tidak menemukan candi ini karena mereka menelusuri dinding ke arah barat, jika anda langsung naik di atas candi heboh anda akan menemukan candi kedua ini, yang hanya berupa beberapa arca yang diletakkan di atas pasir.
Berikut adalah foto candi kedua.

Candi heboh 'kedua' di Pemuteran, kedalaman sekitar 17m

Me !!













Pak Andi...


























Sempat ada atraksi minum teh kotak dari Pak Santoso... ini nih buktinya hahahaha...
kita juga menemukan sea horse (yang juga saya jumpai di penyelaman pertama) yang bentuknya seperti cacing. Thanks to Pak Satriyo yang sudah memfoto Sea Horse ini buat saya upload :).

Pak Santoso Minum Teh Kotak....
Beautifull anemone at Pemuteran


Pak Santoso bersama Giant Barrel Coral
Sea Horse di Pemuteran






Sebenarnya saya memang berusaha mencari si Sea Horse ini, namun udara sudah tinggal 40bar, kami harus naik untuk safety stop dan ascend ke permukaan.




Dive 5, Pemuteran, Close Encounter

Safety stop selama 1 jam, makan siang dan langsung kami rundingan dengan DM pak Putu Sulandre untuk menentukan lokasi dive terakhir kami.
Close Encounter kami pilih dari rekomendasi beliau.
Ternyata site ini sungguh tidak mengecewakan dan bisa menjadi klimaks yang baik untuk dive trip kali ini.
Close Encounter cukup kaya dengan objek makro, nuddy, goby, dan mahluk2 pasir lainnya. Koral di lokasi ini juga masih terjaga baik sehingga menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Ikan2 kecil banyak bisa dijumpai di sekitar karang2 disini. Schooling fishes...
Saya merasa lokasi ini layak untuk dikunjungi jika anda dive di Pemuteran.


Scorpion fish, besar banget....


Small Lion fish, menari di atas table coral...




























The beauty of Lion Fish....

Schooling fishes....
My Favorite... do you see Nudy or Jaw fish ? :)

Goat fish, being cleaned...














































Juvenile of Angle Fish ?




















The Goby... guarding the entrance of his den
Dancing coral fishes...

























Pak Toni, masukin clown fish ke masker... :)


Kami mengakhiri trip ini dengan sangat puas...
banyak hal baru yang kami dapatkan di dalam trip ini, salah satunya, kebersamaan yang menyenangkan, membuat trip selanjutnya semakin dirindukan :).


Other report of Menjangan Trip :
- 25-26 Feb 2012 with P Daniel & P Jansen
- 11-12 Feb 2012 with pt. Hess