Search This Blog

Tuesday, January 11, 2011

What is a 'Unique Buying Tribe' ?

Ini adalah sebuah istilah yang menyentak perhatian dalam meeting hari ini.
Istilah yang baru saya dengar dan membuat hati sangat penasaran terhadap konsep dibalik istilah ini.
Saya coba googling dan hanya menemukan satu pembahasan tentang 'Unique Buying Tribe' ini.
Kelihatannya konsep ini masih jarang dibahas dan dimengerti...

Berikut adalah copy + paste yang saya dapatkan dari hasil googling :

------------------------------------------------------------------------
The Tribe Has Spoken, Are You Listening?

I met Marty Neumeier (renown speaker and author of ZagBrand Gap) when he was conducting a workshop at the Design Exchange. In conversation, Marty shared that he began his career implementing brand strategies only to realize there were a lot of flawed strategies that execution couldn’t fix. This prompted Marty to focus his effort on brand differentiation – the #1 strategy of a successful brand in Marty’s eyes. 
If you’re looking for verification of the power of differentiation think IPOD. 4th to market in the MP3 player category, Apple has 72% market share, a price point that is 2 to 5 times higher than the competitors....well I think you get the idea. High performance brands are way out in front in terms of loyalty, profitability and they’re tough to beat – unless of course you find your own unique way of differentiating.  
One of the first rules is you can’t be all things to all people. In the session Marty talked about knowing your “tribe”. I caught up with Marty to get further clarity on why the tribe matters. 
“You have said the emphasis today needs to be on the Unique Buying Tribe rather than the Unique Selling Proposition. Can you explain that?”

Marty Neumeier:
The Unique Selling Proposition was the brain child of Rosser Reeves, an advertising genius from the "Mad Men" days. He worked for the Ted Bates agency and wrote a bestseller called, "Reality in Advertising." His thesis was simple: Advertisers need to focus all their energy on one strong claim or one strong concept. In a time when the industry believed "the more you tell, the more you sell," this was a refreshing idea that caught on almost immediately. It was so powerful, in fact, that to this day advertisers search high and low for "the big idea" to hang their campaigns on.
There's nothing inherently wrong with this inclination, as far as it goes. Without a unique value proposition, your campaign---and your business---will lose focus and have no compelling point of differentiation. The problem is that the principle now seems dated. Customers today don't like to be sold. What they like to do is buy, and they buy in tribes. Every brand has a tribe that supports it. If you talk WITH your tribe, they may well continue to support it. If you talk AT your tribe - using manipulative one-way conversations - they'll tune out in a New York second.
So rather than focusing on a Unique Selling Proposition, focus on a Unique Buying Tribe. If you find the right tribe and give it the right stuff, you'll get enough love to sustain your brand. People crave tribal identity. What they want to know is, "If I buy this product, what will this make me?"
Thanks Marty for sharing your insights. Marty is currently Director of Transformation atLiquid Agency.

-----------------------------------------------------------

So, ide dasarnya adalah mendeteksi siapa 'fans' (bukan sekedar buyer atau customer) dari produk kita. Kemudian berdiskusi (bukan sekedar menyampaikan feature produk atau layanan) untuk mengidentifikasi apa 'kesenangan' atau 'kecocokan' mereka terhadap barang dagangan kita.
Kesenangan dan kecocokan itu dielaborasi hingga menjadi 'gue banget', dan sesuatu yang 'gue banget' itu memberikan identitas kepada customer kita.

Kelihatannya memang kecenderungan trend customer memang seperti ini.
Saya teringat pada salah satu tips yang diberikan oleh Tanadi Santoso seorang consultan bisnis (boleh dikatakan begitu...) di Surabaya yang sering berbicara di salah satu radio bisnis di kota ini (dan jaringan radio yang sama di kota-kota besar lain), tentang trend customer masa kini.
Salah satu point yang beliau katakan adalah customer sekarang semakin 'Individual', semakin ingin diistimewakan, semakin ingin dibedakan dari yang lain.

Well, the tribe has spoken.... that's the highlight of marketing today.



cheers all....

Saturday, January 8, 2011

Mengemudi Sendiri dari Denpasar ke Surabaya

Teman saya, Satya Hody berencana 'hijrah' dari Denpasar ke Surabaya dengan mengemudikan sendiri mobilnya.
Nah, bagi anda yang punya keinginan yang sama, jangan kuatir untuk melakukannya, perjalanan Dps - Sby tidak semenakutkan dan menjemukan yang dibayangkan, banyak tempat singgah dan tempat makan yang menarik sepanjang perjalanan untuk disinggahi.

Simak uraian dibawah ini

Total waktu perjalanan anda termasuk waktu di atas kapal ferry kira-kira 9 - 11 jam. Tentu saja semua relatif, tergantung pada ketahanan mengemudi, kecepatan kendaraan, sering tidaknya berhenti untuk makan, buang air kecil, isi bensin dll.
Rekor 9 jam saya dapatkan dengan non stop tanpa singgah makan/isi bensin/buang air kecil, mengemudi malam (sampai di Surabaya dini hari) dan ketika berada di penyeberangan langsung masuk kapal, kapal langsung berangkat dan mendapat tempat terdepan ketika keluar fery.
Karena perbedaan zona waktu antara DPS dan SBY, total waktu di jalan seolah-olah menjadi hanya 8 jam saja.


Dan berikut adalah rute yang bisa anda tempuh dari DPS ke SBY.

Dari Denpasar, anda harus pergi ke arah terminal Ubung di utara kota.
Bila anda berada di daerah Kuta anda bisa mengambil jalan Imam Bonjol yang panjang sekali ke arah jalan Cokroaminoto terus ke utara. Atau anda juga bisa ambil short cut tanpa harus lewat kota DPS, yaitu lewat Legian-Seminyak-Kerobokan langsung tembus sebelum Tabanan.
Jika anda mengambil jalan Imam Bonjol lewat tengah kota, anda perlu waspada akan jalan searah di dalam kota denpasar.
Jika anda lewat Kerobokan anda perlu waspada karena banyaknya persimpangan dan jalan yang cenderung tidak lebar dan mulus, banyak rumah penduduk dan kendaraan yang membuat anda tidak bisa mengemudi dengan cepat.
Satu lagi alternatif yang mudah namun agak memutar adalah lewat jalan By Pass Ngurah Rai. Dari Kuta ke 'Simpang Siur' di Matahari Galeria terus saja ke arah Sanur dan ketika tiba di persimpangan ke Padang Bai, lurus saja dan belok kiri ke arah Gatsu (Gatot Subroto).
Anda berada di Gatsu Timur, lurus saja ke Gatsu Barat, lewat beberapa perempatan besar.
Setelah itu baru belok kanan di Cokro ke arah terminal Ubung (Ada patung salah satu Pahlawan nasional di perempatan tersebut, dia bawa pistol pokoknya hahahaha...).
Jalur ini relatif lebih mudah karena banyak tanda 'Surabaya' sepanjang jalan dan merupakan jalan utama yang lebar.

Dari Ubung, anda tinggal mengikuti jalan besar saja, banyak penunjuk arah yang menunjukkan arah 'Gilimanuk' atau 'Surabaya'.
Kota kota yang akan anda lalui : Mengwi, Tabanan, Negara dan Gilimanuk.
Jika anda lewat Kerobokan, anda akan bergabung di jalan utama di antara Mengwi dan Tabanan, langsung belok saja ke kiri ke arah Tabanan - Gilimanuk.
Di daerah Tabanan banyak tempat makan Babi Guling yang tersebar di pinggir jalan, mulai dari yang berkelas warung hingga yang besar mirip restaurat.

Lepas dari Tabanan, di jalan antara Tabanan - Negara, anda akan melewati jalan pegunungan, berkelok-kelok, sempit dan rawan macet. Kalau ada beberapa kendaraan besar yang kesulitan menanjak, dijamin lalu lintas akan tersendat. Hati-hati sepanjang jalur ini anda akan menjumpai banyak persimpangan ke Singaraja. Perlambat laju kendaraan untuk melihat penunjuk arah di setiap persimpangan.
Masih di jalan antara Tabanan-Negara, setelah lepas dari jalan pegunungan, anda akan melaju di sepanjang pantai selatan Bali. Sebelah kiri banyak pohon kelapa, pantai... anda bisa mendengarkan suara ombak...
Jarang ada rumah makan di sepanjang jalan antara Tabanan-Negara. Tempat makan yang menurut saya layak disinggahi sekaligus jadi tempat istirahat adalah di Tabanan atau Gilimanuk.
Pom Bensin banyak tersebar di sepanjang jalan antara DPS dan SBY, tidak perlu kuatir akan hal ini kecuali anda memakai Pertamax (update Des 2013, sudah banyak pom bensin pertamax !).

Setelah Desa - dan sekaligus pantai - Candi Kesuma, anda akan bertemu dengan persimpangan ke utara (kanan) ke arah Gereja Palasari (klik untuk info lebih detail).
Ada petunjuk arah yang cukup besar namun agak sulit terlihat kalau malam hari karena tidak ada penerangan di sepanjang jalan.

15 km setelah persimpangan ke Goa Maria Palasari ini anda akan mulai memasuki kawasan Gilimanuk. Dimulai dengan pertigaan besar ke utara (kanan) ke arah Taman Wisata Nasional Bali Barat (Menjangan, Pemuteran, Singaraja). Lurus saja dan anda segera akan melewati sebuah gapura besar.
Anda tahu sekarang sudah berada di daerah penyeberangan fery Gilimanuk-Ketapang.

Nah, jika anda datang antara jam 9 WITA dan 20 WITA anda bisa mampir ke salah satu warung Ayam Betutu yang di Gilimanuk ini. Ada banyak ayam betutu disepanjang jalan di sebelah kiri anda.
Kalau anda favorit dengan ayam betutu 'terkenal' seperti Bu Lina (1dan 2), Men Tempeh dst, anda harus belok ke (kanan) di depan pasar Gilimanuk (disitu ada terminal kecil, parkir mobil juga luas) dan mencari rumah makan ayam betutu di sekitar sini. Jika tidak terlalu sore ada beberapa warung Babi Guling dan warung makan lainnya (Muslim) disini. Anda bisa beristirahat, makan, buang air kecil sebelum menyeberang.

Masuk ke penyeberangan Gilimanuk, siapkan SIM, STNK dan uang Rp. 94.000 per mobil untuk bisa masuk ke ferry. (Update Feb 2013 - harga ticket naik menjadi Rp. 114.000 per mobil, update Des 2013, setelah kenaikan bbm di pertengahan 2013, harga ticket naik menjadi Rp. 124.000 per mobil, hati hati petugas sering gak ngasih kembalian Rp. 1000 nya ! hahahahaha...)
Jangan pernah lupa membawa semua kartu identitas anda, pastikan SIM masih valid atau anda bakal menemui masalah di penyeberangan.
Dengan biaya sekian itu anda bisa membawa penumpang sebanyak yang anda mau di mobil anda karena biaya dihitung per mobil / kendaraan bukan per kepala :).
Lama perjalanan DPS - Gilimanuk sekitar 3-3.5 jam jika anda mengemudi non stop dan tanpa kemacetan sepanjang perjalanan. Jika anda berangkat pada pagi - sore hari waktu tempuh akan lebih lama dibanding jika anda berangkat malam hari.

Load di pelabuhan Gilimanuk ataupun Ketapang tidak pernah bermasalah dalam 2 tahun terakhir ini. Saya tidak pernah punya masalah menunggu terlalu lama. Paling lama hanya 30 menit saja.
Jika anda beruntung anda bisa langsung masuk di last row dan kapal akan langsung berangkat.
Total waktu di laut hanya sekitar 45 - 60 menit saja. total 1 - 1.5 jam dari mulai masuk ke kapal hingga keluar dari kapal.

Tiba di Ketapang, siapkan uang 1.000 rupiah, kadang ada karcis pungutan dari pemda Banyuwangi.
Lepas dari penarikan karcis, belok kanan dan anda sudah ada di jalan raya Ketapang - Surabaya... just follow the road... :). All the way to the West you are now....

Tidak jauh dari pelabuhan anda bisa bertemu dengan pom bensin (jika ingin buang air kecil), convenience store seperti Alfamart dan Indomart. Jika ingin makan, sebaiknya menunggu hingga tiba di Situbondo.
Hati-hati sebab jalan antara Ketapang hingga Situbondo bisa dikatakan cukup sepi, tidak ada restaurant yang cukup besar.
30 menit lepas dari ketapang anda sudah akan masuk kawasan Bajulmati, hutan jati sepanjang kira-kira 30 - 50 km. Situasi jalan gelap, tidak ada lampu jalan, tidak ada rumah penduduk karena lokasi ini ada di dalam  Taman Nasional Baluran. Tepatnya jalan raya ke arah Situbondo ini membelah TN Baluran.
Pastikan anda punya cukup bensin untuk berjalan sejauh 50km.
Lepas dari Bajulmati anda akan bertemu kota kecil pertama, Asembagus.
Pom Bensin, Restaurant kecil, convenience store, toko-toko, ATM BCA dapat anda temukan disini. Kesibukan disini hanya sampai kira-kira jam 20.00 WIB selebihnya tidak banyak toko dan warung yang buka.

Setelah Asembagus adalah Situbondo. Kira-kira butuh 1.5 hingga 2 jam dari Ketapang untuk mencapai Situbondo. Disini banyak restaurant yang cukup terkenal. Chineese Food : Restaurant 'Malang' di kanan jalan setelah jembatan besar. Just slow down when you fill the 'city traffic' and you'll find it....
Restaurant Srikandi, juga chineese food yang rasa masakannya tidak kalah dengan Restaurant Malang tapi harga lebih bersahabat.

(Update note : sekitar Juni 2011 sampai akhir Dec 2011, saya lihat restoran Malang ini selalu tutup, tidak bisa dikunjungi... tidak ada keterangan, entah tutup, pindah lokasi dll).

Lepas dari Situbondo, 0.5 hingga 1 jam mengemudi, anda akan sampai di daerah wisata Pantai Pasir Putih.
Total waktu tempuh dari Ketapang sekitar 2.5 hingga 3.5 jam jika anda mengemudi siang hari.

Mulai dari Pasir Putih, anda akan banyak bertemu kota kecil maupun kota besar. Tidak usah kuatir dengan rumah makan, pom bensin dll. Semuanya ada dalam jarak yang berdekatan.
Tepat di seberang hotel Sidomuncul anda bisa makan ikan bakar dengan harga yang relatif murah dan sambal yang menurut saya : ueeenaaakk tenan....
Ikan-ikannya pun segar. Pemilik warung sekaligus merangkap pembakar ikannya adalah seorang kapten kapal yang dulu sering berpetualan mengikuti orang Diving atau memancing. Cak Sapari namanya.

Kalau kuatir menunggu lama anda bisa pesan ikan dulu untuk dibakar : +6281-351-731891.
Ikannya dijamin segar dan besar... sambelnya mak nyuss... dan lalapannya seger banget, ada kangkung sungai yang tidak pernah saya jumpai di tempat lain.
(sst.... anaknya pak Sapari juga cuakep setengah mati lho... hahaha... masih SMP tapi sudah kelihatan kalau bakalan cakep hahahaha... lumayan jadi bahan pembicaraan para diver...)

Setelah pasir putih kota terdekat adalah kota kecil Besuki. Disini juga ada satu warung tempat diver singgah, suguhannya kali ini adalah Bakso !
Bakso halus dan kasar yang dimakan dengan lontong. Nama restaurantnya : Bakso Solo Larasati
Bersama divers dari pt. HESS,
makan di depan restaurant bakso Solo Larasati, Besuki.


Lokasinya saya gambarkan seperti ini.
Masuk kota Besuki dari Ketapang (timur) anda akan menemui belokan ke kiri. Nah setelah belokan ke kiri tersebut, tak berapa lama anda akan menemui pertigaan ke kanan dengan monumen kereta api di tengah-tengah pulau jalannya.
Disitulah restaurant Bakso Larasati ini buka. Di pertigaan monumen itu, jangan ambil belokan kekanan (ke Surabaya), lurus sedikit hanya 20 meter setelah monumen itu warung Bakso ada di sebelah kiri.
Lokasi ini sebenarnya sudah dekat sekali dengan Alun-alun kota besuki. So seharusnya lokasi ini tidak sulit dicari.
Kalau navigasi bawah air yang modelnya abstrak saja lulus, cari restaurant yang ada di pinggir jalan pasti jauh lebih enteng... hehehe....

Lepas dari Besuki segera anda memasuki kawasan Paiton, Pusat pembangkit listrik untuk Jawa dan Bali.
Paling indah jika dilewati di malam hari karena (mentang-mentang pabrik listrik...) semua lampu dinyalakan terang benderang.
Hati-hati dengan markah jalan, polisi disekitar sini galak-galak... jangan menyalip jika markah jalan tidak putus-putus.
So, kalau di depan anda ada truk, atau kendaraan gajah lain yang geraknya lambat, salip lah sebelum Paiton atau anda harus manyun nunggu dibelakang asap tebalnya sambil menikmati tanjakan Paiton :).

Lepas dari pembangkit listrik Paiton, anda akan sampai di kota Paiton itu sendiri, gak terlalu besar...
Tapi sekarang (Des 2013) udah banyak rumah makan, hotel, bahkan sudah ada lapangan futsal dan driving range nya !!
Paiton anda akan sampai di kota yang lumayan besar, Kraksaan, at least banyak pertokoan sepanjang jalan, Bank dll. Setelah Kraksaan ada kota kecil, Gending, yang menjadi terkenal karena pabrik gula dan lokasi Rafting sungai Pekalen (masih 15 km masuk dari jalan raya).
Lepas dari Gending, ada pantai wisata, Pantai Bentar yang menandakan anda sudah dekat ke Probolinggo.
Jarak Kraksaan - Probolinggo sekitar 30km.
Sampai di Probolinggo, hati-hati karena anda harus ambil jalan melingkar di kota ini (karena jalan lewat tengah kota hanya satu arah, dari Surabaya saja. Arah sebaliknya dari Ketapang ke Surabaya harus ambil jalan lingkar).
Ada pertigaan yang membuat anda harus belok ke kiri dan kemudian kembali lagi ke jalan utama.

Sepanjang jalan dari Probolinggo, Tongas, anda punya banyak sekali pilihan singgah untuk makan.
Mulai dari Restaurant Sumber Hidup di Probolinggo (terkenal, favorit kakek nenek, bapak ibu kita... es krimnya katanya enak banget... sop buntut juga yahud :)).
Dan restaurant-restaurant besar yang bertebaran sepanjang Probolinggo hingga Tongas. Ada ATM BCA, ada tempat parkir yang luas.
Kalau suka makan rawon silahkan coba Rawon Nguling.

(Update 2011, hingga desember 2011, jalan antara Probolinggo - Tongas ini langganan macet. Jalan hanya 2 line sehingga ada gangguan sedikit saja pasti macet. Banyak kendaraan berhenti dan keluar masuk restaurant ditambah angkutan berat yang jalannya pelan.

(Update 2013, jalan antara Probolinggo - Tongas masih kadang-kadang macet. Waspada dan siap2 saja kalau ada kecelakaan sebelum jembatan tongas, bisa jadi macetnya mengular... selalu siapkan GPS untuk cari jalan alternatif !).

Lepas dari Tongas anda akan sampai di Pasuruan.

(Update 2013) Jalan Raya mulai dari Tongas sampai dengan Bangil sekarang sudah diperlebar, sudah tidak 2 jalur lagi tapi bisa sampai 4 jalur, walaupun tidak merata, kadang 2, kadang 4 :D. Tapi sudah sangat lumayan lah, dahulu siksaan terberat mengemudi adalah di jalur Probolinggo - Pasuruan ini, sekarang sudah lebih mending, tinggal Probolinggo - Tongas saja yang kadang-kadang padat.

Di Pasuruan, lurus saja sampai perempatan dengan lampu merah, dan ambil jalan ke kanan (hati-hati tanda arah ke Surabaya nya kurang jelas), 200m kemudian langsung ke kiri di depan Gereja Katholik lewat jembatan dan lurus terus ke Surabaya.

Di sekitar Pasuruan anda bisa mampir di restaurant yang menyediakan makanan khusus berbahan dasar Tahu. Sangat amat variatif dan patut dicoba...
Lokasinya, lewat dari kota Pasuruan, lewat sedikit dari Carefour restaurant special tahu ini ada di kanan jalan.

Setelah Pasuruan anda akan melewati kota kecil Bangil, di kota ini, dekat dengan alun-alun anda bisa mencoba makan Kambing Oven di Restaurant Cairo. Harga memang agak mahal (Rp. 55.000 kalau gak salah), tapi rasanya Mak nyus pokoknya...
Kemudian jalan menjadi lebar dan terang benderang oleh penerangan jalan dan kemudian menyempit lagi menandakan anda sudah dekat dengan Bundaran Gempol, tempat (almarhum) pintu gerbang Tol Gempol-Surabaya.
Banyak toko-toko kecil di sepanjang jalan menuju bundaran tol ini, anda bisa membeli oleh-oleh seperti tape, kerupuk pasir, klepon dll).


Di bundaran Gempol, jika diumpamkan anda masuk dari Tenggara (kanan bawah), anda akan menjumpai sebuah bundaran dengan 4 arah.
Jika anda lurus ke Barat Daya (kiri bawah) itu adalah arah ke Malang (bisa juga ke Surabaya namun jalan ini lebih jauh).
Jika anda ambil arah Timur Laut (kanan atas) itu adalah pintu gerbang tol lama (yang sekarang sudah terendam lumpur Lapindo).
Nah jalan yang paling singkat untuk ke Surabaya adalah yang ada di arah Barat Laut (kiri atas).
Masuk ke sana, situasi bundaran Gempol memang gelap gulita dan agak sulit melihat rambu-rambu petunjuk arah namun simak penjelasan diatas dan berjalan perlahan untuk melihat rambu, seharusnya anda tidak akan tersesat.

(update 2011, exit barat laut (kiri atas) tersebut sekarang seringkali ditutup. Jika anda tiba di bundaran gempol saat jam sibuk, heavy traffic, lebih baik anda ambil exit barat daya (kiri bawah) yang ke arah malang, dan baru belok kanan di bundaran besar. Jam sibuk yang dimaksud misalnya adalah jam pulang kantor, hari jumat sore, hari minggu sore - malam).

Jika anda ambil jalan barat laut (kiri atas) anda akan bertemu dengan jalan utama Porong sebagai jalan poros Surabaya - Malang.
Setelah melewati sebuah overpass jalur kereta api. Siapkan uang receh, biasanya ada polisi cejing (cepek sudah tidak jaman lagi), atau istilah kerennya 'Supeltas', ada di ujung jalan yang membantu anda untuk belok kanan ke arah Surabaya.
Saya sih tidak pernah memberi uang, termasuk orang yang kurang berterima kasih akan kehadiran supeltas ini :p.

Segera anda sampai di jalan raya Porong ada di jalan yang sering kali menjadi macet terutama ketika pagi, sore dan weekend.
Jika lancar, 15 - 30 menit setelah jembatan Porong anda akan tiba di pintu tol Porong ke arah Surabaya.
Di sini, jika anda memilih untuk belok kiri, berarti anda memilih ke Surabaya lewat jalan tol.
Jika anda memilih untuk lurus, berarti anda memilih jalan biasa, yang sudah ada sejak sebelum jalan tol Gempol-Surabaya ini, yakni lewat Sidoarjo, dan masuk Surabaya lewat bundaran Waru.

Update 2013, di awal tahun, kelihatannya karena jalan utama porong sering dibuat lokasi unjuk rasa warga sekitar... maka dibuka satu jalan potong dari ujung tol Surabaya - Porong yang melingkari lokasi lumpur lapindo.... langsung tembus ke dekat bunderan gempol / pertigaan japanan.
Jalan baru ini cukup lebar dan mulus, kalau kita dari Surabaya, di ujung tol harus putar balik ke arah Surabaya dulu, baru belok kiri ke jalan baru ini.
Kalau kita dari Malang, setelah Japanan, kita 'dipaksa belok kiri' itulah jalan baru yang ujungnya ke jalan tol. Kalau kita ingin ke Surabaya tanpa lewat tol, harus putar balik dan kembali ke jalan utama Gempol - Porong.

Jalan Tol Porong-Surabaya juga berakhir di Bundaran Waru. Jarak dari Porong ke Bundaran Waru sekitar 20km saja.
Anda bisa keluar disini atau memilih meneruskan masuk ke tol dalam kota (Tol Waru-Perak).
Total jarak dari Porong ke Perak adalah 35km. (Km 0 adalah Bundaran Kodikal di Perak, Km 35 adalah pintu tol Porong).


Welcome to Surabaya :).


Semoga tulisan ini bermanfaat....




----------------------------