Search This Blog

Friday, November 26, 2010

Menyelam pakai Jeans...

Ada satu hal yang menarik yang saya temukan hari ini, tentang jeans sebagai wetsuit hahahaha.....:D.
Sebelumnya saya cuman mendengar cerita bahwa jaman dahulu sebelum ada BCD dan wetsuit, penyelam menggunakan jeans dan pelampung (sebagai ganti wetsuit dan BCD).
Dan tidak pernah terbersit bahwa sebenarnya banyak alasan teknikal dibelakangnya....

Sumber : Jeans Definition

Beberapa alasan mengapa Jeans bisa digunakan sebagai wetsuit :
* Kuat, bisa melindungi dari karang dan sentuhan dengan koral.
* Personally Fit, ternyata Jeans yang 'bagus' hehehehe... memang bisa di-'break-in' supaya fit properly and personally ke tubuh kita. Baru tau.... dan baru ngeh kalau Jeans yang bagus memang akan mahal harganya hahaha....
* Mampu menahan panas, kalau di link diatas disebutkan wet suit Levi's bisa dipakai hingga suhu 68 degF (20 degC), cukup dingin untuk ukuran penyelaman tropis...
Bahkan jika dipadukan dengan wetsuit 2-3mm bisa dipakai hingga suhu 5-10 deg F (-12s/d-15 degC) !!.
Walah-walah... bisa jadi alternatif drysuit ternyata hahaha....

So, dengan 3 property diatas, memang gak salah kalau penyelam jaman dulu memilih jeans sebagai pakaian diving hahahaha.... ternyata oh ternyata.... bukan biar keren semata....
Kalau lupa bawa wet suit, lari bentar ke mall, beli Levi's atau Wrangler buat dijadikan wetsuit darurat hahaha...

Friday, November 19, 2010

Masker Impian....

Hehehe... kelihatannya kurang penting untuk dibikin whiz list, tapi saya ingin bikin whiz list ini untuk mengingatkan tentang masker-masker yang enak dipakai, baik yang sudah dicoba maupun yang ingin dicoba....

Ternyata cari masker yang nyaman itu gampang-gampang susah....
Masker pertama saya yang mereknya Sopras, beli 350 ribu perak ternyata hingga saat ini (1.5 tahun dipakai) belum ada yang mengalahkan keenakannya... kali aja si masker udah apal sama seluk beluk muka saya....
Padahal sudah banyak kemasukan kotoran, warnanya juga sudah mulai pudar tapi tetap saja tidak bisa ke lain masker....

Kriteria masker yang baik menurut saya :

Tidak terlalu banyak bocor, terutama ketika dibuat manuver jungkir balik dan terlentang.
Tidak mudah fogging idealnya cukup dikasih shampo bayi / odol, bisa tahan 1.5 jam tanpa fogging. Kelihatannya saya tidak terlalu cocok dengan masker berjenis 'low volume', karena kelemahan masker jenis ini adalah gampang sekali fogging. Kadar air di dalam kantong udara di masker mudah jenuh, mata (yang mengandung air) lebih dekat ke kaca masker....

Tapi masalahnya saya sudah tanya ke beberapa orang dan toko, dan mendapatkan jawaban yang sama : semua masker produksi 2009 ke atas 'sudah' low volume semua !

Terpaksa saya harus pakai trik untuk cari masker yang cocok : masker WAJIB dicoba dulu minimal di kolam, kalau bisa dibawa ke laut. Tentu saja tidak ada dive center yang cukup gila untuk memenuhi keingingan saya, akibatnya tiap kali trip saya sering nyobain masker milik teman-teman yang lain.


Terakhir adalah kenyamanan saat dipakai, sesuatu yang menjadikan alasan saya mencari masker lagi.
Tentu saja masker lama yang berharga 350 ribu tidak akan bisa seenak dan senyaman masker berharga 1 jeti... hehehe... ada harga ada rupa...
Biar muka tidak sakit sehabis diving...



Walhasil, dari hasil meminjam masker dan berburu info tentang masker, saya ingin merekomendasikan masker yang kira-kira bisa cocok dengan muka yang agak lebar / besar seperti saya (176cm, 82kg).
Dan kalau sudah berbagai macam masker anda coba, berbagai cara anda lakukan dan anda tetap bermasalah dengan masker anda, kelihatannya anda harus coba teknik face off ala Lisa di RS Dr. Soetomo yang sempat ramai dibicarakan itu... hahahaha.... kidding...


Berikut adalah beberapa model masker yang pernah saya coba dan gagal total... :p

Aqualung Technisub Look


Beberapa kali dicoba ternyata terasa terlalu kecil di wajah saya. Akibatnya kalau geser sedikit air mudah masuk.
Terasa sedikit sakit diwajah karena mata serasa dipaksa berkumpul ditengah.

Walaupun karet terasa nyaman, tapi kelihatannya ukuran dan bentuk wajah gak cocok sama Aqualung Technisub Look ini....

Keluhan yang sama ketika saya mencoba Masker Technisub Ventura (Midi).







Well, berikut beberapa model masker yang pernah saya coba dan sukses ! namun masalahnya harganya yang cukup mahal bikin saya mundur teratur mencari alternatif lain...

Riffe Mantis
Website untuk masker merk Riffe : www.speargun.com

Karetnya lentur sekali, tidak menyiksa wajah, nyaman dikenakan. Kemudian juga silikon yang menempel di wajah cukup lebar sehingga membuat masker ini anti bocor.

Juga tersedia dengan kaca 'kuning' (fungsinya mirip kaca mata safety kuning) untuk melihat lebih jelas di siang hari. Namun jelas akan mengganggu jika dikenakan untuk night dive.







Berikut adalah masker impian yang ingin saya coba :D.
(walaupun merknya Seacsub, tapi yang penting nyaman dipakai, enggak bocor, enggak ngembun, dan harganya gak terlalu mahal hehehe...)

Seac Sub One
Seac Sub One










Website untuk masker merk SeacSub : www.seasclub.com.
Komentar tentang pemakaian Seac Sub One yang memiliki lapisan silikon yang lebar dan cocok untuk muka yang lebar / besar.



Update : 2012 :
Akhirnya Seac Sub One sudah resmi BUKAN lagi masker impian, karena udah kebeli sejak Juni 2012 :).
Dan sampai sekarang menjadi masker utama saya...
Gak rugi pokoknya, enak dan gak bocor... gak terlalu low volume juga....



-------------

Wednesday, November 10, 2010

Kecewa buku Digital Underwater Photography : Teknik membidik jarak dekat dan makro oleh Makarios Soekojo

Komentar setelah membeli buku
Digital Underwater Photography : Teknik membidik jarak dekat dan makro oleh Makarios Soekojo


Awal Oktober 2010, kebetulan saya jalan-jalan salah satu toko buku di PTC untuk check buku-buku yang sedang laris saat ini. Salah satu buku yang menarik buat saya adalah buku Digital Underwater Photography karangan Makarios Soekojo.
Tertarik karena booming Pen Camera (Micro 4/3 technology) dan beberapa kawan yang memilih Olympus sebagai kamera bawah air andalannya saya akhirnya membeli buku ini.
Hitung2 ingin juga belajar tentang Pen Camera, yang saya yakin akan banyak diulas oleh Pak Makarios disini, saya juga ingin belajar lebih banyak tentang teknik fotografi bawah air. Harga buku saya rasa tidak terlalu mahal (pada awalnya), 80.000 rupiah saja.

Pulang ke rumah, jam 10 malam saya mendapatkan waktu luang, segera saya buka dan mulai membaca buku yang baru saya beli ini. Apa yang saya jumpai ternyata cukup mengecewakan, dari tebal 230 halaman, 100 halaman pertama ternyata HANYA membahas kamera, feature dan accesories merk Olympus saja.
(hal 17, ada satu merk selain Olympus yaitu Scan Disk Extreme, sebuah merek Memory Card. Itu pun karena setahu saya Olympus tidak memproduksi Memory Card sendiri seperti Sony dengan Memory Stick Pro Duo nya...)

Saya merasa 'dipaksa' membaca buku panduan kamera Olympus atau memilih type kamera Olympus yang cocok buat saya.
Well, saya memang sudah mengantisipasi bahwa akan ada 'iklan' Olympus dalam buku itu, toh saya juga ingin mengenal Pen Camera yang tag line nya : Not Compact, Not DSLR, it's a PEN !
Tapi saya merasa porsi iklannya terlalu banyak... sangat menjemukan membaca buku yang membahas feature kamera (Olympus), seolah-olah saya sudah membeli kamera tersebut dan sedang berusaha mempelajarinya.

'Iklan' ini sendiri tetap berlangsung hingga akhir buku, walaupun sejak halaman ke 157 mulai ada pembahasan merk lain selain Olympus, itupun kalau menurut saya karena 'terpaksa', karena strobe paling populer dipakai adalah YS-250 (sea n sea) dan DS-160 (Ikelite) bukan strobe milik Olympus.

Terus terang saya mengharapkan sebuah pembahasan yang menghasilkan 'ohh...' and 'wow...' effect mengingat karier beliau yang sangat mengagumkan bagi saya (Modern Photo, pengajar di Trisakti, Darwis Triadi dan terutama sekolah fotografi Nikon...).
Bahasan yang ada pun menurut saya (amat) jauh dari konsentrasi yang dipilih : Makro photography.
Baru di halaman 179 (dari 230 halaman) ada pembahasan tentang makro fotography.
Bagaimana mengambil posisi pencahayaan, teknik bidik, pengaturan diafragma, f stop dll.

Setelah itu, halaman 212 dan seterusnya, buku ini kembali membahas masalah-masalah umum yang menyangkut procedure penyelaman, daftar periksa, sampai ke procedure pengecheckan housing baru.

Alamak... jadi sebenarnya hanya 30 an halaman saja yang benar-benar sesuai dengan judulnya : teknik membidik jarak dekat dan makro...

Beberapa cuplikan foto makro yang ada di bukukita.com











Kemudian 128 halaman pertama khusus membahas Digital Fotografi (Bukan Underwater Digital Fotografi !).
Saya harap anda yang membaca ulasan (gerutuan sendiri) ini bisa menentukan sendiri apakah buku ini sesuai bagi kebutuhan anda.


Jelas bahwa jika anda memang awam dengan dunia fotografi, selama ini pakai kamera mode auto dan asal jepret saja, buku ini akan menjelaskan semuanya dari dasar. Namun secara umum rasanya buku ini lebih cocok digolongkan sebagai booklet kamera Olympus dengan sedikit sisipan teknik fotografi makro.
Pilihan judul yang tepat mungkin : Belajar dasar digital fotografi, fotografi bawah air dengan tips makro fotografi.
Dan mungkin harga jualnya jangan 80.000 rupiah, walaupun penuh dengan halaman full colour...

Well... demikian pendapat saya yang apa adanya... tanpa bermaksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan pihak tertentu.

salam.





==================

Bagaimana diving di atas pasir ?

Masalah utama dari dive site yang berpasir adalah visibility yang dapat seketika berubah menjadi sangat buruk akibat diver yang kurang memahami teknik menyelam di area berpasir.
Dive site untuk fotography makro contohnya, bisa rusak hanya oleh ulah seorang anggota group yang mengepakkan fin ke pasir. Semua hewan langsung lari atau sembunyi. Atau jika mereka tetap ada di atas pasir pun, akan sulit menghasilkan foto yang bersih karena visibility yang kacau.
Wreck yang sudah terisi pasir, bisa menjadi dive site yang berbahaya jika diver tidak tau cara mengepakkan fin mereka, menghancurkan visibility dan membuat diver di belakangnya kehilangan arah.

Disinilah (lokasi berpasir) sebenarnya keterampilan diving kita diuji, mulai buoyancy, teknik finning, teknik mendarat di pasir, teknik 'berpegangan' di pasir hingga teknik take off dari pasir.
Diver yang belum menguasai hal-hal tersebut diatas dapat membuat rekan-rekan yang lain sebel, menggerutu dan bisa-bisa diver tersebut 'dihukum' tidak boleh ikut trip lagi hehehe...


So berikut ini adalah beberapa tips yang dapat anda lakukan ketika anda menghadapi medan berpasir, entah sand bottom (pasir di bawah), atau pasir di slope (30 to 60 degree).

Buoyancy  --> an absolute must ! Teknik apapun yang anda pelajari, jika anda belum bisa mengontrol gerakan vertikal anda, maka akan percuma saja, pasir tetap akan naik. Maksudnya, jika anda terus-terusan harus terbentur dengan dasar pasir, dinding pasir di samping anda, maka otomatis pasir akan naik.
Jika anda ingin menghindari 'kemarahan' rekan-rekan satu group anda, anda harus stay well off bottom (melayang jauh dari permukaan pasir, koral atau dari dinding).
Kemudian pertanyaannya : Jika anda berada jauh dari koral atau pasir yang menjadi object diving itu sendiri... terus selama diving anda ngeliat apaan ? :).
Tentu saja kalau kita tidak bisa mendekat ke object2 yang menarik di permukaan pasir, permukaaan koral dst, kita tidak bisa betul-betul menikmati diving. So Buoyancy Control is a must...

Buoyancy perlu juga dikuasai ketika anda sedang turun mendekati permukaan pasir atau tebing. Jika kita tidak pandai mengatur buoyancy maka kita akan 'mendarat' dengan keras, padahal maksud kita hanya mendekati saja. Pasir terburai, koral rusak.



Posisi tubuh (Body Position) saat diving --> Jika anda selama ini kurang peduli dengan posisi tubuh anda saat diving, ini saatnya anda berpikir ulang...
Seorang diver entah karena tidak menguasai teknik buoyancy, weight distribution, atau finning yang baik cenderung untuk diving dalam posisi 45deg atau bahkan vertikal.
Seharusnya anda bisa merasa nyaman (dan bertahan lama / istirahat / tanpa pergerakan yang berarti) di posisi horizontal.
Posisi diving yang tidak horizontal membuat kepakan fin anda akan menyapu pasir di bawah anda. Usahakan posisi tubuh yang paralel dengan arah diving anda.                      
Akan sangat sulit menjaga untuk tetap berada di kedalaman yang sama jika tubuh anda cenderung vertikal ketika diving. Akibatnya anda akan sering mengepakkan fin untuk maintain depth, nafas menjadi boros.

Jika anda ingin mengamati sesuatu di atas pasir dengan lebih seksama, anda juga bisa menggunakan posisi kepala di bawah sehingga fin tetap berada jauh dari pasir. Teknik ini membutuhkan buoyancy yang baik dan kondisi peralatan yang prima.
Masker tidak bocor, regulator tidak mudah freeflow / berat, BCD memiliki dump valve di bagian belakang bawah (ketika kepala berada di bawah, otomatis dump valve ini berada di atas !), karena anda tidak mungkin menggunakan tombol deflate di BCD anda.


Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah :
* Pilih fin dengan buoyancy yang memiliki neutral buoyancy (melayang) atau sedikit positif (cenderung mengambang). Kebanyakan fin yang saya jumpai cenderung negatif sekali atau sedikit negatif. Keduanya akan  sedikit menyulitkan untuk mendapatkan posisi diving horizontal.

* Weight distribution : letakkan weight dibelakang (diatas) pinggang, bukan di depan perut yang membuat bagian bawah tubuh cenderung turun dan memaksa anda diving dalam poisisi vertikal.
Jika BCD anda memiliki back pocket di bagian punggung atas, manfaatkan lah pocket tersebut. Anda juga dapat menempatkan 1 atau 2 weight (pemberat) di tank strap anda dan mengurangi pemberat di sabuk.
Weight pada tank strap


Intinya sebenarnya : Semakin banyak beban ditempatkan diatas pinggang/perut anda (yang adalah poros keseimbangan), maka semakin mudah anda untuk menunduk / diving dalam posisi horizontal.


Teknik lain yang cukup simple adalah menurunkan posisi tank strap anda, sehingga lebih banyak lagi bagian dari tanki yang berada di atas tank strap. Jika anda melakukan ini, anda perlu menyesuaikan dengan tipe BCD dan keleluasaan gerakan kepala anda. Mungkin anda tidak terlalu nyaman jika kepala anda sering terkena 1st stage regulator. Hati-hati dengan kepala anda jika anda sering melakukan backroll entry.
Pilih BCD yang bagian belakang leher agak tebal, ada pelindung kepala atau gunakan hood.



* Terakhir, berlatihlah terus menerus agar dapat merasa nyaman diving dalam posisi horizontal. Berlatihlah agar nyaman terbang dekat dengan koral tanpa menyentuhnya. Ini memerlukan latihan terus menerus untuk membiasakan diri nyaman melayang tipis diatas koral.
Berlatihlah manuver2 dalam posisi horizontal, bergerak kedepan, berputar, bergeser menyamping, mundur dst. (Note : hanya menggunakan kaki saja, tidak menggunakan tangan).


Bagaimana dengan peralatan (equipment) kita ?
Packed up, Streamline --> Don't be a 'Christmas Tree' diver, dengan segala macam peralatan menggantung di BCD anda. Bawa peralatan seperlunya, usahakan masukkan peralatan kedalam pocket BCD, tidak digantung-gantungkan yang memungkinkan peralatan tersebut menggaruk pasir.
Kurangi peralatan yang menjuntai keluar, tidak rapi dll, usahakan sesedikit mungkin hose yang menjuntai keluar dari tubuh anda. Rapikan hose ke BCD anda, gunakan moutfish holder (octo holder) agar 2nd stage anda tidak menjuntai dan menggaruk pasir.
Gunakan lanyard, retactor, clips dll untuk membuat semua peralatan anda menyatu di tubuh anda.
Dengan menjadi streamline anda menghemat nafas (karena less drag), menghemat uang (peralatan lebih tahan lama / awet), menjaga visibility dan terutama juga meminimalisir kerusakan koral selama diving.



Teknik Finning (Kicking Technique)
Sangat jelas bahwa teknik mengayuh fin (finning technique) sangat mempengaruhi kemudahan manuver anda sekaligus untuk menghindari pasir naik.
Cobalah mempelajari teknik finning berikut ini :
Scissor kick --> Teknik kicking paling efisien.
Frog kick
Flutter kick --> Teknik kicking yang paling umum dipakai, santai tapi kurang bertenaga
Ankle kick
Split kick

Dan terutama sekali hindari melakukan bicycle kick. teknik 'mbecak' (mengayuh becak) kata orang Suroboyo...

Dua website yang menurut saya cukup baik untuk dijadikan acuan teknik finning adalah dive the world dan divernet. (left klik to go directly to those sites).

Dua teknik finning yang dianjurkan di atas permukaan pasir adalah Frog Kick dan Ankle kick.
Modified Flutter Kick / Ankle Kick

Yang terbaik untuk manuver di atas pasir adalah ankle kick, dimana anda harus menekuk lutut, sehingga telapak kaki berada di atas (ada jarak yang cukup dari pasir) dan hanya menggunakan pergelangan kaki (angkle) untuk mengayuh. Paha dan kaki anda relatif tidak bergerak, hanya pergelangan kaki saja yang bergerak. Teknik ini juga sangat diperlukan ketika harus menerobos celah sempit dalam wreck diving.
Teknik ini memiliki tenaga kayuh (trust) yang paling lemah dari semua teknik kicking, tapi tentu saja sangat berguna untuk tetap dapat bermanuver maju diatas permukaan pasir tanpa perlu mengaduk-aduk pasir nya.

Setelah anda merasa berada cukup jauh dari pasir, anda bisa mengganti kicking anda ke jenis yang lain (frog kick, scissor, flutter dll).

Latihlah juga teknik bermanuver di atas pasir, seperti manuver berputar (Helicopter Turn) dan juga manuver mundur (Reverse / Backward Kick).
Seringkali anda mengaduk pasir justru saat anda ingin menoleh ke samping, berputar arah 180 derajat, atau mundur. Kalau anda tidak pernah berlatih melakukan manuver diatas, menguasai ankle kick saja tidak akan menyelesaikan masalah.
Dan perlu diperhatikan bahwa untuk melatih helicopter kick dan reverse kick anda selalu harus memerlukan buoyancy yang perfect. Its all connected.... :).


Teknik mendarat di atas pasir / teknik berhenti (istirahat) di atas pasir.
Seringkali anda perlu untuk mendarat di atas pasir. Entah untuk berfoto, memfoto, membenahi weight belt, fin atau equipment lainnya.
Beberapa teknik yang dianjurkan adalah :

* Dengan jari
Gunakan satu jari untuk menusuk pasir, anda bisa juga menggunakan pointer untuk mendarat dan berpegangan di pasir.
Teknik ini dapat juga anda lakukan di lokasi yang penuh dengan koral dan anda ingin meminimalisir sentuhan dengan koral : carilah pasir, tancapkan jari / pointer anda disana.
Tentu saja dengan catatan arus tidak terlalu kuat.
Kemudian semakin dekat anda dengan permukaan pasir / koral semakin kecil arus yang anda akan rasakan. Jadi selain menancapkan jari / pointer ke pasir, anda perlu juga 'berlindung' di atas pasir / koral tanpa anda perlu menyentuhnya.
Teknik ini bagi saya adalah teknik yang paling recomended karena akan meminimalisir kerusakan koral dan biota laut lainnya. Hanya jari anda yang bersentuhan dengan pasir, tidak ada bagian tubuh yang lain. Hanya jari anda saja yang perlu dibersihkan ketika anda ingin take off dari pasir. Juga anda dapat memposisikan tubuh anda lebih dekat dengan pasir untuk meminimalisir dorongan arus.

Kebanyakan orang akan menggunakan telapak tangan untuk memegang pasir, dan secara reflek anda akan berusaha untuk 'mencengkeram' pasir. Ini malah akan berakibat pegangan anda terlepas, karena pasir memang tidak bisa dipegang dan akibatnya malah banyak partikel pasir yang naik. Gunakan jari / pointer untuk menusuk sedalam-dalamnya ke dalam pasir.

* Dengan lutut
Berdiri dengan 2 lutut di atas pasir, kemudian baru letakkan fin perlahan-lahan.
Anda tetap menggunakan lutut sebagai tumpuan, bukan fin anda. Perhatikan dahulu lokasi dimana anda akan mendarat, agar fin anda tidak merusak biota laut yang ada.

* Satu lutut dan satu telapak kaki
Satu kaki ditekuk ke depan sehingga satu kaki menahan dengan lutut dan kaki yang lain menahan dengan telapak kaki / fin.
Berdiri di atas pasir dengan satu lutut dan
satu fin

Posisi ini juga memudahkan anda untuk mencopot BCD dan melakukan perbaikan setting pada tanki, regulator dan lain-lain.










Jika anda akan berpegangan / mendarat dalam waktu yang lama, kempeskan (deflate) BCD supaya anda tidak mudah diombang-ambingkan arus.
Dua teknik terakhir diatas lebih tidak stabil dan rentan diserang arus jika dibandingkan teknik mendarat dengan jari.


Teknik Take off dari pasir.
Kelihatannya sepele, namun anda perlu menyadari bahwa salah satu penyebab pasir naik adalah ketika anda berusaha untuk take off / terlepas dari pasir. Entah anda menghentak pasir, atau anda membawa cukup banyak pasir di atas fin, sehingga ketika anda naik terlalu cepat, banyak pasir yang akan naik.
Kuncinya adalah : Gunakan nafas anda untuk take off atau kembungkan (inflate) BCD sedikit jika diperlukan. Jika ada pasir di atas fin, di lutut, siku atau BCD anda, bersihkan pasir tersebut perlahan-lahan agar jatuh kembali ke bawah tanpa perlu melayang-layang terlalu lama atau terlalu tinggi dari dasar (sea bed).
Jika anda mulai dari posisi duduk, ambil nafas dalam / kembungkan BCD agar anda terangkat dari pasir, posisikan tubuh perlahan-lahan ke posisi horizontal sambil membersihkan pasir dari tubuh anda baru kemudian anda bisa melakukan kicking.
Ingat bahwa anda bisa menggunakan teknik ankle kicking sebelum beralih ke teknik kicking lain yang lebih anda sukai.



Selamat berlatih dan merdeka bermanuver di atas pasir !!


*****

Friday, November 5, 2010

Belajar dari Kesuksesan dan Kegagalan

Sebuah meeting yang diadakan beberapa hari yang lalu menginspirasi saya untuk menulis topik ini.
Saya merasa cukup sering membaca tentang pentingnya peran kegagalan dalam hidup, namun kali ini saya merasa mendapatkan sebuah pencerahan yang 'wow'...

Beberapa slogan seperti :
"Kesuksesan adalah kegagalan yang tertunda".
"Orang sukses adalah orang yang selalu bangkit dari kegagalan".
"Tidak ada orang yang sukses jika tidak pernah mengalami kegagalan".
dan lain lain, sudah cukup sering saya dengar dan pahami.

Kali ini, saya merasa mendapatkan pencerahan tentang apa yang dapat saya pelajari baik dari kesuksesan dan kegagalan.
Sebuah uraian yang lebih mendetail dan alur pemikiran yang lebih terstruktur tentang kegagalan...
Demikian penjelasannya.... :

Kita belajar dari kesuksesan (success story) untuk dapat bermimpi, untuk dapat berpikir keluar dari kotak (out of the box), untuk tidak cepat puas akan diri kita.
Kita belajar bahwa (hampir) tidak ada hal yang tidak bisa diraih jika kita betul-betul fokus.
Tidak ada ujung dari sesuatu yang dikatakan sebagai 'berhasil'.
Ketika Kobe Bryant berhasil membawa LA Lakers juara di musim NBA 2009-2010. Saat itu juga ia ditantang untuk melakukan 4th peat di musim berikutnya. Jika ia berhasil kembali membawa Lakers juara di 2010-2011 (17 kali juara NBA, sama dengan Boston Celtic), ia akan langsung ditantang untuk membawa Lakers juara ke 18 kali nya. Mencetak rekor juara NBA terbanyak yang bisa dilakukan oleh satu klub...
Demikianlah, kesuksesan akan selalu ditantang untuk lebih, lebih dan lebih, tidak ada kata finish untuk kesuksesan.

Karenanya, belajar dari kesuksesan walaupun sangat menyenangkan, tapi sebenarnya menyimpan bahaya yang seringkali menjebak orang.
Jika kita tidak berhati-hati, terlalu banyak belajar dari kesuksesan membuat kita menjadi pemimpi, tidak menginjak tanah, tidak bisa membayangkan kesulitan yang akan dihadapi, tidak tangguh.
Kita merasa 'sudah' sukses, tapi sebenarnya tidak ada hal yang betul-betul bisa dibanggakan.
Kadang kita hanya berani bermimpi tanpa pernah berani menjalankannya, tanpa berani merasakan perjuangannya...
Kita menjadi takut berjuang karena kuatir mimpi yang indah tersebut ternoda karena kegagalan. Kita tidak berani keluar dari mimpi kesuksesan.

Sebaliknya...

Kita belajar dari kegagalan untuk dapat menganalisa dan sekaligus memperbaiki kelemahan kita !
Dua kata inti ini menjadi persyaratan mutlak...
Tidak ada gunanya gagal kalau kita tidak bisa menganalisa alasan kegagalan tersebut.
Tidak ada gunanya menganalisa kalau kesimpulannya akhirnya adalah 'bukan kita yang salah', excuse terhadap ketidak mampuan kita mengantisipasi masalah.
Tidak ada gunanya menemukan hal yang bisa kita perbaiki dari diri kita, kalau kita tidak mau berjuang mengatasi kesakitan untuk mengubah diri, kembali ke titik nol.

Apalagi kalau kita tidak menemukan jawaban atas :
* Mulai dari mana ? --> Awalnya...
* Belajar dari siapa yang pernah dan akhirnya berhasil mengatasi masalah yang sejenis ? --> Pembimbing / mentor selama proses.
* Seperti apa hasil akhir yang kita inginkan jika seandainya kita dapat mengatasi masalah ini ? --> Goal / tujuan akhirnya.

So its a long and painfull way to learn from our mistakes, tapi justru perkembangan diri kita ditentukan oleh seberapa banyak kegagalan yang berhasil kita atasi (bukan sekedar 'sering' gagal.... a looser...).
Kita tidak berkembang terutama dari kesuksesan kita, kita berkembang dari kegagalan kita.

Setiap kali kita dipuji, setiap kali kita menyadari bahwa kita sudah mencapai kesuksesan tertentu, maka kesenangan yang kita dapatkan harus ditransformasi menjadi semangat untuk berkata :
Yes !! sekarang saya sudah berhasil...
Sekarang saya siap menerima kegagalan yang lain...
Mari, datanglah wahai sang kegagalan...
Ajarilah diriku hal-hal yang lain lagi...


Terima kasih Tuhan,
Engkau memberikan pengertian lebih dalam tentang makna dari kegagalan, sehingga saya dapat berdoa :

Datanglah oh kegagalan... berikan aku terus menerus kesempatan untuk berkembang.
Kuatkanlah aku selalu Ya Tuhan, bimbinglah agar perkembanganku berada di jalan-Mu.

amin.


-------------