Barusan lunch di warung dekat kantor....
Dan terpikir untuk nulis tentang perbedaan cara berpikir di Asia dan di Barat,
mungkin lebih tepat nya di Jawa (terutama di daerah, yang adat istiadat, sungkan, teposeliro, mawas diri nya masih kental) dibandingkan dengan konsep Barat.
Mengapa saya merasa perlu menulis ini, karena banyak rekan kerja saya, anggap saja, environment tempat saya bekerja sekarang, masih menggunakan cara komunikasi dan cara berpikir adat Jawa.
Sedangkan management berpikir dengan cara yang lebih 'kota', lebih teksbook, lebih ala barat....
I'll come back to this in short awhile, dan sama sekali tidak ada maksud S.A.R.A ya... tolong jangan dibelokkan ke sana....
Saya melihat perbedaan konsep seperti ini,
ketika saya makan di warung, kita memilih dahulu lauknya, minumnya, kemudian sambil membawa piring makanan kita, kita duduk, mungkin tambah kerupuk, tambah makanan kecil lain yang disediakan di meja...
Setelah selesai makan, baru kemudian kita 'lapor' kepada pemilik warung, makannya tadi pakai lauk apa, minumnya apa, tambah krupuk berapa dst. Dan baru kita membayar.
Bandingkan kalau kita makan di warung prasmanan yang lebih modern, kita ambil makanan, minum, kerupuk, bayar, baru duduk dan makan.
Mau minum air putih disuruh beli AMDK botolan :D. padahal kalau di warung, minum air putih ya gratis aja, diambilkan gelas dan diisi air putih oleh pemilik warung.
Kemudian dengan kalau makan di restaurant, yang lebih modern, semua pesanan dicatat, kalau beli kerupuk pun dicatat dahulu, jadi setelah selesai makan, kita tinggal bayar, gak perlu lapor tadi ambil apa saja....
Saya tersenyum memikirkan cara ibu empunya warung tadi menjalankan bisnisnya.
Beliau menjalankannya dengan penuh percaya, penuh persahabatan dan mengasumsikan tamu tamunya jujur dan baik, tidak akan pernah ada maksud untuk sengaja curang...
Kalaupun ada yang 'bohong' dia merasa bahwa pasti sang pelanggan berbohong karena ada masalah dengan keuangan, mungkin uang nya pas pas an, sehingga dia tidak merasa perlu ambil pusing dengan kemungkinan kerugian tersebut.
Toh system itu berjalan, dan warungnya tetap laris manis, pengunjung ramai.
Bandingkan dengan system di warung prasmanan yang lebih modern.
Pemilik warung berusaha semuanya tercatat, semua terdata, meminimalisir 'looses slipages'.
Mirip dengan keinginan management di kantor saya,
Murphy's law (anything that can go wrong will go wrong....)
Cek, Recheck, data analisys. Stock Opname, procedural....
Tidak ada yang salah dan saya tidak ingin menyalahkan atau curhat :D,
saya cuman merasa dua system yang satunya sangat ketat, yang satunya santai dan longgar, eh ternyata sama sama bisa berjalan kok... sama sama bisa untung, sama sama bisa rugi hehehe...
Menarik untuk mengamati bahwa system yang ketat, menghilangan variasi, membuat kerja kita lebih 'tidak perlu pakai perasaan' kesadaran diri, yang penting ikut aturan, yang penting analisanya benar, kalau gagal ya bukan salah kita, tidak ada beban disana.
System yang longgar ini mengandalkan kesadaran diri, komunikasi hati ke hati, menyentuh perasaan, menghimbau hati nurani, membuat kita merasa terbeban kalau gagal, kalau membuat teman kantor kecewa / sedih.
Keduanya bisa berjalan, keduanya saya bisa lakukan, keduanya bisa berhasil dan bisa gagal,
Enaknya pilih yang mana kalau begitu ? :D.
cheers.....
Dan terpikir untuk nulis tentang perbedaan cara berpikir di Asia dan di Barat,
mungkin lebih tepat nya di Jawa (terutama di daerah, yang adat istiadat, sungkan, teposeliro, mawas diri nya masih kental) dibandingkan dengan konsep Barat.
Mengapa saya merasa perlu menulis ini, karena banyak rekan kerja saya, anggap saja, environment tempat saya bekerja sekarang, masih menggunakan cara komunikasi dan cara berpikir adat Jawa.
Sedangkan management berpikir dengan cara yang lebih 'kota', lebih teksbook, lebih ala barat....
I'll come back to this in short awhile, dan sama sekali tidak ada maksud S.A.R.A ya... tolong jangan dibelokkan ke sana....
Saya melihat perbedaan konsep seperti ini,
ketika saya makan di warung, kita memilih dahulu lauknya, minumnya, kemudian sambil membawa piring makanan kita, kita duduk, mungkin tambah kerupuk, tambah makanan kecil lain yang disediakan di meja...
Setelah selesai makan, baru kemudian kita 'lapor' kepada pemilik warung, makannya tadi pakai lauk apa, minumnya apa, tambah krupuk berapa dst. Dan baru kita membayar.
Bandingkan kalau kita makan di warung prasmanan yang lebih modern, kita ambil makanan, minum, kerupuk, bayar, baru duduk dan makan.
Mau minum air putih disuruh beli AMDK botolan :D. padahal kalau di warung, minum air putih ya gratis aja, diambilkan gelas dan diisi air putih oleh pemilik warung.
Kemudian dengan kalau makan di restaurant, yang lebih modern, semua pesanan dicatat, kalau beli kerupuk pun dicatat dahulu, jadi setelah selesai makan, kita tinggal bayar, gak perlu lapor tadi ambil apa saja....
Saya tersenyum memikirkan cara ibu empunya warung tadi menjalankan bisnisnya.
Beliau menjalankannya dengan penuh percaya, penuh persahabatan dan mengasumsikan tamu tamunya jujur dan baik, tidak akan pernah ada maksud untuk sengaja curang...
Kalaupun ada yang 'bohong' dia merasa bahwa pasti sang pelanggan berbohong karena ada masalah dengan keuangan, mungkin uang nya pas pas an, sehingga dia tidak merasa perlu ambil pusing dengan kemungkinan kerugian tersebut.
Toh system itu berjalan, dan warungnya tetap laris manis, pengunjung ramai.
Bandingkan dengan system di warung prasmanan yang lebih modern.
Pemilik warung berusaha semuanya tercatat, semua terdata, meminimalisir 'looses slipages'.
Mirip dengan keinginan management di kantor saya,
Murphy's law (anything that can go wrong will go wrong....)
Cek, Recheck, data analisys. Stock Opname, procedural....
Tidak ada yang salah dan saya tidak ingin menyalahkan atau curhat :D,
saya cuman merasa dua system yang satunya sangat ketat, yang satunya santai dan longgar, eh ternyata sama sama bisa berjalan kok... sama sama bisa untung, sama sama bisa rugi hehehe...
Menarik untuk mengamati bahwa system yang ketat, menghilangan variasi, membuat kerja kita lebih 'tidak perlu pakai perasaan' kesadaran diri, yang penting ikut aturan, yang penting analisanya benar, kalau gagal ya bukan salah kita, tidak ada beban disana.
System yang longgar ini mengandalkan kesadaran diri, komunikasi hati ke hati, menyentuh perasaan, menghimbau hati nurani, membuat kita merasa terbeban kalau gagal, kalau membuat teman kantor kecewa / sedih.
Keduanya bisa berjalan, keduanya saya bisa lakukan, keduanya bisa berhasil dan bisa gagal,
Enaknya pilih yang mana kalau begitu ? :D.
cheers.....