Search This Blog

Thursday, October 14, 2010

Diving Raja Ampat #4, Dive Point #2

These are the rest of the dive points :


* Sardines

Sardines sesuai namanya adalah tempat schooling fishes dan otomatis wide angle photography. Walaupun demikian kita tidak akan menemukan ikan sardine, Buku Dive Raja Ampat menuliskan bahwa Max Ammer merasa melihat schooling ikan sardine (herring /jack).
Ini adalah salah satu lokasi yang highly recommended di buku Dive Raja Ampat. Kebetulan saya tidak merasa melihat terlalu banyak ikan schooling. Mungkin saja karena di lokasi lain pun hampir selalu ada schooling fishes. Memory saya untuk lokasi ini juga kurang kuat, karena kami hanya membawa kamera kecil (Canon G10, and other pocket camera). Lokasi wide angle hanya bisa dinikmati saat diving namun keindahannya sulit diabadikan.
Visibility tidak terlalu bagus, arus kencang sekitar 1 - 1.5 knot konstant demikian selama dive.
Saya ingat bahwa Jun keluar dulu bersama dengan Yefta, dan kemudian Thea 'hilang' entah kemana.
Saya menunggu mungkin 15 - 25 menit sebelum melihat ada buble yang mendekat, eh ternyata si Thea sibuk memfoto apa saja yang ditemuinya.... dasar sableng, segitu lama gak ada buddy juga nyantai saja....
Karena menunggu lama dan tidak melakukan apapun, jadinya oksigen sangat irit, walaupun stay di 15 - 20 meter lama.
Boat crew harus memukul-mukul besi untuk tanda kami naik, Yefta sempat turun lagi untuk meminta kami naik hahaha... gak kerasa dive kali ini 75 menit lamanya... oksigen masih 40an.... what a dive....
I learnt new thing in each dive.... walaupun kelihatanya dive-dive tersebut sama-sama saja....

Sardines yang terletak antara Koh Island dan Mioskon, adalah sebuah boomies (reef tanpa pulau yang menyembul di permukaan).
Di Sardines kami menjumpai schooling jack fish, trevally, fusiliers (endemic di R4, baik yang sirip kuning maupun biru), beberapa penyu, dan ikan-ikan berukuran sedang lainnya.
Yang menarik ada ikan sedot yang biasa nempel di ikan hiu mengikuti kita hehehe... mungkin kalau bisa ngomong dia sedang berusaha menawarkan jasa cleaning service nya kali ya... sayang gak sempat terfoto...
Schooling Trevally
Nice anemone & anemone fishes...

















* Wai Island

Pulau Wai adalah salah satu pulau yang populer untuk Diving di Raja Ampat. Terletak diantara Pulau Batanta dan Mansuar, pulau Wai adalah pulau pertama yang disinggahi (dan ditinggali) oleh Max Ammer, seorang warga Belanda yang sekarang sudah menikah dengan wanita Indonesia dan memiliki 2 buah resort di pulau Kri (Kri-Eco dan Sorido Resort).
Max Ammer dipandang sebagai pelopor diving di Raja Ampat, karena ialah yang membuka resort Diving pertama di wilayah ini.
Kri-Eco Resort on the north side
of Kri Island
Max's first lodge @ Wai Island











Waii Island

Pulau Wai adalah sebuah pulau kecil memanjang dari barat ke timur dan dikelilingi pasir putih dan pantai yang landai. Sudah ada sumur mata air tawar yang dibuat oleh Max Ammer, namun pulau ini hanya ditinggali oleh 1 keluarga saja, total sekitar 10 orang. Keluarga  generasi kedua, Max datang ketika masih dihuni oleh generasi pertama.





Kami datang, meninjau arus sebentar, kemudian memutuskan untuk bergeser ke ujung timur sebagai start point kami. Masuk ke 25 m, kemudian drift ke arah barat. Dalam waktu 10 menit, kami menemukan aeroplane wreck pertama. Konon ada 3 wreck disekeliling pulau Wai. Kami hanya mengunjungi salah satunya saja yakni aeroplane wreck dari US Army Force P-47D Thunderbolt Razorback.
Semoga foto dibawah ini bisa membantu anda membayangkan posisi baling-baling, machine gun (3 buah di masih-masing sayap), dan bagian cockpit (sudah terbuka dan hancur).

P 47D Thunderbolt Razorback
Image from Wikipedia.
P 47D Thunderbolt Razorback Wreck @ Wai Island.
















Machine Gun & Landing Pole
Propeller, still intact.
Baling-baling, Machine gun masih dapat dilihat dengan jelas dan masih dalam kondisi yang baik.
Baling-baling ada di kedalaman 25m, ekor pesawat di kedalaman 35m.





Segera kami mengelilingi wreck, ambil foto dst. Mengingat wreck ada di kedalaman 30m an, kami harus melakukan semuanya dengan cepat. Arus masih mild saja, sekitar 1 knot dan wreck bisa digunakan untuk berlindung dari arus, membuat penyelaman ini sangat berkesan.
Beberapa foto 'narsis' yang sempat kami ambil.... :D.
Thea & P 47D Thunderbolt @ Wai
Drifting @ Wai island
Model Iklan untuk Raja Ampat
Dive Resort hehehe....













Me and P 47D Thunderbolt
Me and Jun @ P 47D Thunderbolt











Main attraction di Wai memang wreck P 47D ini, coral-coralnya sendiri kalau menurut saya sudah agak hancur walaupun tidak menjadi 'rumble' dan tidak separah mansuar, namun kita bisa menjumpai bekas tombak, kail nelayan, dan juga populasi ikan yang tidak sebanyak dive spot lain di R4. Namun R4 tetap saja R4, sejelek-jeleknya lokasi masih lebih kaya dari Menjangan, pemuteran, Nusa Penida dll...

Setelah dive, kami mengunjungi lodge bekas kepunyaan Max Ammer....
Disitu baru kita bisa merasakan kenapa Max memilih Wai sebagai pulau pertama untuk ditinggali dan diselami.... Semoga anda bisa merasakannya juga, silahkan check foto-foto dibawah ini...

Max's first lodge, now modernized
with parabola TV Channel on top...
Wai from Max's perspective...
Wai Inland, path to
the fresh water well




The fresh water well









Me, Thea and Jun @ Wai Island










@ Wai Island
Wai Island, from another angle...














* Friambonda (Friwinbonda)

Pulau kecil di utara Mike's point / pulau Kri. Kami cukup terpesona dengan keaneka ragaman dan keindahan coral dan ikan-ikannya. Selain ikan-ikan berukuran sedang, schooling, lokasi ini juga cukup baik untuk makro, kami menemukan nudi branch putih dan beberapa ulat laut yang indah. Beberapa spot anemone yang kaya dengan anemone fish n shrimp. 
Pulau ini sama seperti Mike's point, tidak memiliki pantai, sea bed nya miring 30derajat dengan variasi antara pasir dan coral. coral berkelompok-kelompok menyajikan pemandangan yang indah sekali. 
Gugusan coral masih bisa ditemui hingga kedalaman 30m.
Melihat keindahan makro Friambonda waktu siang, kami sepakat ingin mencoba nite dive disini. Namun kami kurang beruntung dan tidak menemukan sesuatu yang spesial kecuali tripang tripang besar yang bertebaran di mana-mana.
Nite dive di Friambonda merupakan satu-satunya dive dimana P Agus ikut serta dengan kameranya, dan saya ter-ngiri-ngiri dengan flash light / torch P Agus yang demikian terang benderangnya, sekali dinyalakan, kita bisa langsung mengamati daerah dengan diameter 3m.
Senter yang lain harus berkutat di diameter 50cm - 1m an, yang ini search area bisa 2 - 3 m. Ya mending saya matikan center saya dan ngikut di dekat P Agus hehehehe....
Dibeli di Hongkong harga 2.3j an katanya... oh ya pantess.... senter saya cuman 350 rebu hahahaha....


White Nuddie Branch
White Nuddie Branch @ nite dive
Koloni ulat laut di Friambonda





Ulat kuning














Ulat Kuning dan Merah







Nuddie...
Transparent Anemone Shrimp
@ Friambonda



Crown of Thorn (COT)
Si pemakan coral



Saonek Kecil / Saonek Monde

Ini adalah pulau yang berada tepat di depan dermaga Waisai di pulau Waigeo.
Arus sangat kencang jika kita tidak menempel ke reef karena ada sungai di sebelah dermaga Waisai
Coral di lokasi ini sebenarnya sangat jelek jika dibandingkan dengan standard R4. Namun lokasi ini menawarkan satu spesies yang menarik : Mandarin Fish.

Sandy mendapatkan nite dive pertamanya di lokasi ini. (Sorry San, gua main ajak aja... hahaha... tapi senang khan sekarang udah bisa nite dive... hiehiehiehie...)
Nite dive kedua 2 hari kemudian kami benar-benar mencari dan menemukan mandarin fish.
So lumayan juga meskipun saya tidak akan rekomendasikan lokasi ini kecuali anda memang ngebet liat Mandarin fish.
Nice Worm
Nice Red thing... I don't know what it is...

Pretty Flat Worm









Some kind of worm...











Mandarin Fish @ Saonek Monde
@ the rubble
Star Fish nice colour











Sleeping Stone Fish...
Kita menemukan Juvenile Stone
Fish dekat mandarin, anaknya kali...













* Cross Over

Terletak tepat di utara Kri-Eco Resort... sialan nih Max Ammer, milih tempat yang begitu dekat dengan lokasi dive kelas dunia...
Cross Over hanya sebuah boom (reef di bawah air tanpa kelihatan pulaunya) dengan kedalaman 15 - 30 m.
Ini adalah lokasi yang bagus untuk wide angle photography.
Selalu ada arus di permukaan, karena berada di selat dampier dan tidak ada pulau yang memecah arus.
Diver harus segera descent agar tidak tertarik arus menjauh dari boom.
Kami menemukan Bump Head, Tengiri, Unicorn fish, Penyu, ikan2 besar dan sedang lainnya.
Saya saat kami turun tidak banyak ikan yang schooling, hanya beberapa gerombol saja tidak sampai ratusan...



* Chicken Reef

Lokasinya berdekatan dengan Sardines dan juga satu lokasi dive yang (seharusnya) asyik : Blue Magic.
Semuanya terletak antara Koh dan Mioskon. Kami tidak tau kenapa diberi nama Chicken. Yang jelas tidak mungkin ada ayam di bawah laut...
Ketiga lokasi ini karakternya mirip, semuanya boom, dan arusnya kencang.
Chicken reef memiliki reef top di kedalaman 5m, cocok untuk lokasi safety stop.
Arus sempat kencang selama 5 - 10 menit (2 knot seperti Nusa Penida) enak bisa ngerasain jadi superman..., tapi kemudian mati. Walaupun kadang ada arus yang kencang, saya menjumpai banyak sea fan yang cukup besar, juga nuddi branch dan anemon fishes. So, seharusnya arus kencang tidak akan terlalu lama sebab se fan, nuddie dan anemon tidak akan dijumpai di lokasi dengan arus yang sangat kencang dan lama.
Coralnya kaya dan banyak ikan-ikan berukuran sedang, lokasi yang bagus untuk memancing ikan.
Pancing P Agus sempat termakan ikan tengiri sebelum senar bajanya putus dan ikan itu batal jadi menu makan malam kita.



* Koh Island

Pulau Koh terletak tepat di depan Sorido Bay Resort (Ujung timur Pulau Kri). Pulau kecil yang cukup indah dan recommended untuk dicoba. Lokasinya yang sangat dekat dengan Cape Kri menyebabkan spesies hewan dan coralnya memiliki kemiripan.
Disini lah pertama kalinya saya melihat Wobegong (Hiu Karpet ?). Bukan hanya itu, hanya sekali itu saja saya melihat wobegong berenang, karena lebih sering kita menemukan wobegong sedang tidur dibawah karang.
(Info yang saya dapat wobegong termasuk hewan malam, baru keluar mencari makan malam hari dan tidur di siang hari).
Penyu, gorgonians, nuddies (matting) kami temukan disini.

Wobegong, si Hiu Karpet
@ Koh Island
Me and Wobegong....











Lokasi ini juga sangat baik untuk Surface interval sambil makan siang. Selat antara Koh dan Kri sangat dangkal, bisa dilewati dengan berjalan kaki saja. Tinggi air laut hanya sepinggang saya saja. Indah sekali karena air terlihat jernih...
Di sisi barat pulau Koh yang berhadapan dengan Sorido ada satu lokasi yang memang dikhususkan untuk surface interval. Yefta dan Clif sempat menata batu dan menanam beberapa tanaman hias disana hahahaha...
Lokasi ini juga bagus untuk berfoto-foto.


* Mioskon

Adalah pulau yang hanya berjarak 15 menit dari Waisai / Waiwo dengan speedboat. Terletak di sebelah timur dari Koh Island. Kami 2 kali dive disini, visibility kurang bagus karena banyak sandy partikel.
pertama kali kami menyelam bersama 2 NZ girls (check disini untuk melihat foto mereka).

Selain menawarkan ikan-ikan yang 'normal' dijumpai di Raja Ampat, ikon terpenting di Mioskon adalah sebuah kerang raksasa (Giant Clam Shell). Bagian yang muncul dan terbuka seperti mulut saja panjangnya hampir 2 meter. Berikut foto-fotonya :

Giant Clam Shell @ Mioskon
Dengan saya di atasnya.... silahkan
dibayangkan besarnya si Giant Clam Shell





















Kami juga menemukan pigmy sea horse (gagal difoto karena setelan makro kamera saya bermasalah) beberapa nudie, flatworms, wobegong, unicorn fish dan coral fish lainnya.


Dive point lain yang recommended dicoba di Dampier Strait namun belum sempat didatangi adalah :
* Manta Sandy, Manta Ridge, semuanya terletak di lokasi yang berdekatan. Lokasi untuk melihat Manta. Kami sempat mampir di Manta Sandy, namun setelah survey sebentar, Yefta mengatakan tidak melihat Manta sehingga kami pindah ke Cape Mansuar. Kesempatan melihat manta seharusnya lebih besar di Manta Ridge, namun arus disana cenderung keras.
Satu daya tarik disini adalah Pulau Arborek, pulau 'wisata' dimana turis bisa melihat kampung asli papua, orang2 memakai koteka dll. Tapi saya tidak terlalu tertarik, karena orang2 berkoteka ini sudah tau 'duit', tiap kali jepret minta 50.000 per kepala. jadi kalau ada 4 orang yang kita foto, mereka minta 200.000.
Ah enggak ah.... ngeliat koteka di museum aja... atau beli koteka di sorong juga ada hahahaha....

* Five Rocks. Banyak disebutkan dan dari teman ada rekomendasi untuk Nite Dive disini, namun tidak sempat ditengok karena kurang direkomendasikan oleh P Agus, pemilik dive resort yang kami tinggali.

* Maya's Dream. Yang kemudian menjadi Rizal's Nightmare (karena saya kehilangan D60 Nikon saya disini..., kecemplung air laut...) Pantai yang indah untuk surface interfal, kami tidak berhasil masuk disini karena arus kencang sekali dan Yefta juga tidak dalam kondisi fit.


catatan untuk pelajaran :
Yang membuat DSLR kesayangan saya nyemplung sebenarnya kesalahan saya sendiri, saya lompat dari kapal dalam kondisi kapal masih bergerak pelan (belum benar-benar merapat) sambil membawa kamera darat. Ini dlakukan supaya buru2 bisa ambil foto pantai yang menawan...
Seharusnya saya tunggu kapal benar-benar berhenti baru turun...
Karena turun dan kapal masih bergerak, ketika mendarat kita cenderung terdorong ke depan (mirip kalau turun dari bis waktu bis masih bergerak). Kaki kiri sudah mendarat di pasir, kaki kanan masih kecantol di atas, gak steady, akibatnya jatuh dan kamera sempat kecelup sebentar.

So cara yang benar seharusnya biarkan perahu berhenti dengan benar, turun dulu, lensa jangan dibawa, setelah yakin gak ada masalah dengan pijakan pasir, oh ya jangan lupa pakai booties, biar lebih steady jalannya. Baru ambil kamera dari perahu dan mulai jalan dengan hati2.
Kamera ditaruh di tangan yang lemah, kalau jatuh, secara refleks kita pakai tangan yang kuat buat pegangan atau menahan ke pasir.

Kamera yang kecelup air asin, hampir bisa dikatakan gak ada obatnya...
kalau mau, segera setelah kecelup air asin, buka semua peralatan (kalau kita bawa peralatan) dan bersihkan dengan air tawar. Saya belum yakin benar, tapi mas tukang servis kamera DSLR bilang : "Masukin aja kamera nya ke air tawar !". Aduh... gilee...
Tapi itu kelihatannya cara yang betul supaya gak sampe berkarat.
Air tawar bisa menguap, tapi air laut membuat karat.
Air tawar setelah kering tidak membuat kamera tidak bisa bekerja, paling harus membongkar dan membersihkan semua bagian kamera, tapi tidak sampai ada karat.


Kalaupun gak tega nyemplungin kamera ke dalam air tawar, kita tinggal pasrah menunggu 'keputusan' dari mas tukang servis kamera, bagian mana yang perlu di replace, mana yang masih bisa dipakai.
Kalaupun bisa di replace dan bekerja, masih penuh resiko, karena karat bisa 'beranak pinak', dari satu spot yang sebelumnya gak masalah, dalam beberapa waktu bisa membuat masalah.
Jadi kamera yang sudah kena air asin, bisa dikatakan ya tamat riwayatnya....

Lensa, kena air asin, bisa dikatakan pasti almarhum, gak seperti kamera yang masih ada kemungkinan kecil dan resiko... fungsi autofokus, semua rotating gear yang menggerakkan lensa berkarat, sudah tak bernilai lah itu lensa....




Beberapa dive point yang kami sempat kunjungi dan kurang baik :
* Cape Mansuar. Di ujung barat Mansuar. Coral sudah sangat rusak. Disini kami sempat turun, melihat blennies, bat fishes, nuddies dll tapi overall tidak banyak yang menarik untuk dilihat.

* Kuburan Reef di sebelah barat Kri-Eco resort, juga tidak terlalu bagus, cenderung kotor, banyak rubble dan bekas-bekas pemancingan / spear fishing.





********

1 comment:

  1. hihihi...first night dive di saonek, iya bener...ayo kapan night dive lagi, udah punya torch nih sekarang.
    :)

    cheers,

    ReplyDelete

Glad if you could give me a feedback :), cheers matey..