Kedatangan kedua ke Nusa Penida, waktunya gak lama, 2 hari saja, 4 kali dive. Tapi memang Penida adalah Penida hehehe... selalu pantas dan layak dikunjungi...
Kali ini gaya backpacker abiesss... nginep seadanya... (kasur agak apek sih, tapi cueeekk... besok khan udah nyebur lageee...). Dan memang gak perlu AC, gak ada nyamuk, gak panas sama sekali... tidur nyenyak di rumah kayu milik Dive Lembongan Adventure hehehe... lumayanlah... biar hemat...
Klik Link ini untuk langsung ke trip Lembongan - Penida sebelumnya.
Trip kali ini saya bersama Satya Hodi full 2 hari hehehe... trims ya Sat udah ditemenin beradventure, semoga enggak kapok trip bareng gua...
Berikut lokasi yang didatangin kali ini :
Mangrove
Blue Corner (lagi...hehehe...)
Ceningan Wall
dan final dive : Bat Cave di Cristal Bay !!
Mangrove point
Seperti biasa, sangat menawan... drift yang 'sums up' Penida, menawarkan a little bit of everything dari Nusa Penida dan Lembongan.
Start dari area Mangrove di ujung pulau lembongan, kita drift dive sampai di ujung / awal Blue Corner. Benar-benar 'complete' mangrove !.
Awal dive site ini (5 - 30 menit pertama) dipenuhi dengan 'coral gunung berapi' (saya belum tau namanya, ntar kalau udah tau namanya saya revisi :D). Dan gunungnya cenderung tidur ke arah barat daya (searah arus dari Mangrove ke Blue Corner).
Setelah kira-kira 30 menit baru tipe coral berubah menjadi lebih hard coral.
Mangrove, Finger Corals and small fishes |
Blue Corner
Semakin sering didatangin, semakin tidak merasa menakutkan.
Kedatangan kali ini agak mengecewakan karena sama sekali tidak menemukan ikan pelagic di lembah Blue Corner.
Kami Dive sekitar jam 12:00, arus tidak ada. Sebelum nyemplung, ketika mencuci mask saya langsung terkejut.. uuhhh AIRNYA DINGINNN... ahaaaa... ini dia moment bagus... semoga ada mola-mola dibawah... Setelah nyebur saya lihat dari termometer di console saya, suhu air sekitar 25-26 DegC. Nyaman sekali karena diving jadi tidak panas, tidak gampang capek.
Hanya semenit setelah nyebur, kami ketemu 2 Marble Rays dan 1 Nurse Shark ukuran 1.5m an.
Sayangnya semuanya tidak terabadikan karena memang kita gak bawa kamera sama sekali :P.
Walaupun Marble Ray dikatakan berukuran besar, namun yang kami temui diameternya hanya 1.5m an saja, cukup besar untuk bikin saya jaga jarak hehehe... tapi kalau saya perhatikan 'tatapan matanya' ceileee... kelihatannya kok jinak-jinak saja, mirip tatapan mata golden retriever hehehe...
Meskipun demikian saya tidak akan memegangnya selama masih ada 'senjata' di buntutnya itu... hehehehe...
Walaupun gak ada foto, ini saya cari foto di internet bagi yang penasaran sama modelnya Marble Ray :
An Example of a marble ray |
Foto di Blue Corner yang di ambil oleh Aya, thanks buat fotonya :).
Visibility perfect, semua terlihat jelas sekali dan jernih.
Sayang memang tidak banyak ikan dan coral di blue corner, mungkin karena arus yang kencang cenderung menghabisi koral dan ikan2 kecil disini.
Lanjut ke 30 - 35m kami kicking sambil terus mengamati kedalaman untuk mencari kalau-kalau ada pelagic fishes. Hampir 15 menit saya hovering di kedalaman itu sambil pelan pelan bergeser.
Karena gak bawa dive comp saya sesekali harus melihat posisi DM. Saya konstantly 2 - 3 m dibawah DM.
Kepala agak berdenyut, hampir selalu seperti itu kalau hari pertama dive. Mungkin masih penyesuaian. Tapi demi melihat pelagic fishes, saya bela belain terus bertengger di pinggir tebing sembil terus memonitor wilayah yang lebih dalam.
Herannya sepi sekali... benar-benar sepi, bahkan ikan-ikan kecil pun tidak nampak. Well, walaupun demikian, kepuasan tersendiri untuk bisa menengok panorama Blue Corner sekali lagi.
Ceningan Wall
Selat antara Ceningan Dan Nusa Penida. Disitulah letak dive point Ceningan Wall.
Selat ini adalah lokasi dimana arus throughput dari Sulawesi - Kalimantan menyempit dan mengalir ke Samudera Hindia.
Jadi memang lokasi ini punya potensi sangat besar untuk menjadi drift dive yang mantap.
Ceningan Wall tidak bisa diselami setiap saat, jika arus sangat kencang, biasanya di pagi hari, maka visibility menjadi buruk dan arus terlalu kencang.
Ketika pasang, biasanya sekitar jam 11-12:00. Arus di ceningan wall sering kali berubah arah, down, up current tidak ideal untuk penyelaman.
Waktu yang tepat untuk menyelam adalah ketika hampir puncak pasang. Arus cukup untuk drift, searah, tidak ada down / up current dan visibility juga baik.
Sayangnya kami masuk tepat ketika puncak pasang, akibatnya arus sering berubah arah. Kadang kami melawan arus, beberapa kali down current, hingga bubble turun ke bawah (pertama kali saya melihat bubble saya turun ke bawah !). Secara umum, kondisi diving kurang menyenangkan akibat salah timing descend.
Namun lokasi ceningan wall sendiri sangat indah menurut saya.
Wall dengan kemiringan 70-80 derajat, dengan bottom yang tidak terlihat (DM kami bli Rudi berkomentar bahwa dia pernah turun ke 60m dan belum melihat bottomnya).
Wall nya sendiri sangat indah karena dipenuhi coral warna-warni. Tubastrea warna hijau dan kuning scotch light mendominasi lokasi ini.
Ikan-ikannya kaya dan cukup banyak, kondisi koral masih sehat sekali.
Kesan mistis tetap ada karena laut terlihat gelap, arus yang deras di tengah selat membuat adrenalin selalu terpacu untuk tetap waspada.
Kami bertiga melipir sepanjang tebing sambil selalu bersiap-siap, jika tiba-tiba ada arus datang, kami bisa langsung berpegangan pada karang. Dan beberapa kali memang kami harus berhenti, pindah ke tempat yang lebih dalam atau naik sedikit untuk menghindari arus yang kencang.
Walaupun tidak bisa bersantai, tetap saya anggap ceningan wall adalah lokasi selam yang indah dan kaya.
Kami ascend tepat di ujung utara (timur laut) ceningan, terlindung dari arus deras selat ceningan-penida.
Cristal Bay
Dan inilah Bat Cave (Gua) di Cristal Bay yang jarang didatangin... padahal entry/exit tidak sulit dan tingkat kesulitannya pun tidak tinggi. Sangat cocok untuk jadi pemanasan sebelum menunggu Mola-mola di tebing bawah laut di Cristal Bay...
Bat Cave Cristal Bay, di atas air... |
Entry, dari bawah air ke Bat Cave Cristal Bay. |
Mulut gua ini sebenarnya sangat mudah terlihat dari luar, tapi 1 jam surface interval di Cristal Bay saya tidak melihatnya. Gua seperti ini sangat mudah menjadi sarang kelelawar, dan memang demikian adanya.
Lubang tersebut memungkinkan cahaya dan udara bebas masuk ke dalam gua, menyajikan pemandangan yang amat indah baik di permukaan maupun di bawah air.
Jalan masuk ke Bat Cave di Cristal Bay, serasa masuk sebuah pintu gerbang. |
Jalan masuk ke dalam gua dari bawah air cukup lebar, 2m dengan ketinggian 15 - 20 m. Membuat kita serasa masuk ke dalam sebuah gerbang.
Dasar yang berpasir dan berpola membuat suasana semakin indah. Beberapa nudi branch saya temukan di dinding jalan masuk gua.
Walaupun masuk ke gua, kita tidak memerlukan torch, cahaya masuk dari kedua arah, dari pintu masuk gua dan bagian gua yang terbuka di atas permukaan air.
Hanya butuh 15 menit dari tempat descend di luar gua untuk masuk ke dalam gua. Hanya makan udara kurang lebih 50 bar saja. Kesulitan terbesar mungkin adalah selama berada di permukaan, karena ombak cukup tinggi. Harus dengan cepat descend dan ascend.
Setelah puas (mabok ?) berada di dalam gua (sorry, agak bau amoniak, khas kelelawar :p). Kami keluar dan mendekati tebing untuk cleaning station Mola-Mola the sun fish. 15menit kami menunggu sambil melihat para 'cleaner' banner fish dan ikan2 cleaner lain berkeliaran disitu. Memang spot yang bagus untuk cleaning station mola-mola sih....
Temperature hanya 26an degC, saya kira kurang ideal untuk mola-mola, dan benar sekali lagi saya harus menahan keinginan untuk melihat mola-mola dengan mata kepala sendiri hehehe....
Tidak ada ikan besar, sepi. Arus cukup deras dan terasa surging. Kami harus berlindung rapat dengan permukaan coral supaya tidak terkena arus. Sering kali untuk berpindah dari satu spot ke spot lain kami harus merangkak menggunakan tangan.
Satu hal yang cukup saya sesali... torch saya yang pertama dan saya sayangi hilang... saya rasa karena saya keluarkan dan ketika meletakkan kembali ke saku BCD, torch tersebut terbelit lanyard untuk pointer.
Ketika pointer tertarik, torch nya terlempar keluar saku... saya rasa begitulah ceritanya...
Mana di dalamnya ada 4 biji battery AA merk Eneloop. Rp.25rb an tuh sebiji hehehe... udah 1/3 harga torchnya yang memang gak mahal tapi saya sayangin hehehe....
Jadi musti hunting torch lagi nih di deep and extreme expo 2011...
Non Diving Activities :
Kali ini saya kesampaian juga berangkat ke Hutan Mangrove di pulau Lembongan bersama rombongan Thea dari Jakarta.
Harga ticketnya : 25.000 per orang, plus charge perahu 100an ribu per perahu (harga perahu ini saya kurang pasti).
At Mangrove Lembongan |
Di hutan Mangrove ini, anda bisa berfoto ria, dan menikmati keindahan 'sungai' di tengah-tengah hutan mangrove. Tukang perahunya pun mendorong perahu dengan galah, serasa di Venesia saja hahahaha...
Kedalaman airnya hanya 50 - 100 cm saja, sehingga cukup mudah melihat dasar laut disini. Banyak kepiting, buaya buaya kecil dll yang hidup di lumpur, khas ekosistem mangrove.
Kami dibawa masuk ke dalam hutan kemudian keluar ke lautan lepas dan kembali ke dermaga. Di dekat dermaga ada rumah apung dan cafe di pinggir laut dengan pemandangan pulau Bali dan Gunung Agung.
Lokasi yang nyaman untuk beristirahat dan indah untuk berfoto-foto.
Candi Dasa
Akhirnya.... kesampaian juga dive di Candi Dasa, thanks buat 'Ibu' Lisa yang suka pakai nama samaran Regina Klover (biar ke-minggris-minggrisan)...
Dive 2 kali di Mimpang dan Tepekong jadi pengalaman yang berkesan.... ok saya mulai 'reportnya' dari cerita tentang Dive Center Orca, tempat sahabat saya Bu Lisa bekerja...
Orca Dive Center, Candi Dasa, Bali Foto acara pembukaan... remove meja-meja dan payung janurnya itulah kondisi DC ini sekarang, rapi... bersih, teratur..... |
Boat yang dipakai... Gili Tepekong dan Mimpang hanya 15 menit jaraknya dari Orca DC, kedua pulau ini tepat berada di depan Orca DC. |
Kolam Renang di lokasi Orca DC, buat berendam sehabis diving.... ...... :).... nyaman deh.... |
Dive Center ini sangat bersih dan teratur untuk ukuran dive center di Bali. Maklum managernya orang Jerman, asli... meskipun sudah 'kumuh' juga dengan anting-anting dan celana pendek, tapi sentuhan kerapian ala Jerman nya tetap terjaga. Semua barang dalam kondisi bersih, rapi, sangat nyaman untuk dilihat.
Toilet, tempat merendam peralatan, tempat menjemur, semuanya bersih, rapi dan mudah dijangkau. Servis sangat memuaskan, semua petugas disana sudah mengerti dan mengikuti SOP yang ditetapkan.
Lokasi divingnya pun (disebut oleh ibu Lisa sebagai : 'House Reef'... ciee....) berada persis di depan Dive Center. Ini saya sambungkan dengan website Orca. Gili Tepekong, salah satu dive spot yang terkenal di Candi Dasa terlihat di foto dibawah ini. Sangat dekat khan dengan pantai ? :).
Ada beberapa hal yang penting dicatat jika kita ingin diving di Candi Dasa :
* Tide Chart penting untuk diperhatikan karena sekitar full moon dan new moon ombak cenderung tinggi, otomatis arus kuat sehingga tidak disarankan diving di Candi Dasa di sekitar masa ini.
* Entry dan Exit Timing harus sangat diperhatikan, karena jika arus sedang pasang atau surut lokasi ini arusnya sangat kencang sehingga kurang cocok untuk menyelam pada waktu tersebut.
Orca DC memberikan batasan waktu yang ketat supaya kita tidak terlambat masuk atau harus menunggu lama sebelum arus agak tenang. Selalu ikuti petunjuk DM anda :).
* Image bahwa diving di Candi Dasa 'berbahaya' tidak sepenuhnya tepat. Selama anda mengerti timing yang tepat untuk entry, anda bisa menikmati keindahan underwater Candi Dasa dengan santai dan senang....
Lebih baik mengikuti arahan dan petunjuk DM yang tentunya sudah mengerti karakter arus dan pasang surut di sini.
* Walaupun dalam situasi tanpa arus pun, tetap anda akan merasakan arus swelling bahkan di kedalaman 25m sekalipun... Saya sempat kaget, mengira bahwa sudah dekat dengan permukaan, apakah depth gauge saya bermasalah sehingga tidak sadar sudah dekat dengan permukaan ?
Ternyata tidak... saya menoleh ke atas, melihat bahwa memang jauh dari permukaan tapi swelling (arus bergoyang kiri - kanan) tetap terasa. Kelihatannya swelling ini memang karakter dari penyelaman di Candi Dasa.
Gili Mimpang
Atau yang disebut juga 3 gili (3 pulau) memiliki lokasi dive berupa slope yang luas sekali.
Slope ini berada di utara (arah pantai) dari ke tiga pulau tsb. Pulau di tengah, dengan pohon yang bentuknya unik, memiliki sarang burung elang tepat di pucuk pohon tersebut.
Arus di sebelah utara gili mimpang cenderung agak deras, sehingga biasanya anda akan diving di utara yang terlindung dari arus deras.
Slope sangat landai, pasir dan beberapa boomies anda temui di sisi utara ini. Pasir disini sangat kaya dengan cuttle fish, sting ray, sand dollar dan biota pasir lainnya.
Saya sempat bertemu dengan blue dan black ribbon eel, yang sayangnya karena gak bawa underwater kamera, gak bisa diabadikan hehehe.... tapi mereka memang cute...
Seharusnya slope pasir di Gili Mimpang juga menyimpan banyak reef shark yang beristirahat. Entah gak pas jam nya, saya gak bertemu dengan hiu seekorpun.
Gili Mimpang cukup ramai didatangi wisatawan, kebanyakan manca negara, jarang terlihat turis lokal disini.
Ada beberapa cekungan bekas bom ikan disini, sehingga di beberapa lokasi terlihat koral yang sudah menjadi rubble.
Kotoran sedikit jarang meskipun sempat juga saya menemukan sebuah sandal japit hehehe.... kata sang DM : terbawa dari sungai... yeah... walaupun demikian lokasi ini masih jauh lebih bersih dari pos 1atau pos 2 di pulau menjangan yang banyak sekali sampah baik di pantai maupun di daerah dangkal dekat dermaga nya.
Gili Tepekong
Bagi saya koral di dive spot Gili Tepekong lebih kaya daripada Mimpang. Jika mimpang kaya dengan makro dan sandy creatures nya, Gili Tepekong lebih indah pemandangan bawah airnya.
Ada beberapa Rock pillars dan Under Water Hill yang besar terutama di sisi utara pulau ini.
Saya sempat dibawa masuk kebawah rock pillar, serasa berada di istana bawah laut ! hehehe... sayang sekali lagi saya tidak berhasil menemukan big fish disini. Seharusnya rongga dibawah pillar batu tersebut adalah tempat ideal untuk sarang hiu.
Namun demikian pemandangannya sangat indah.
Swim through di bawah rock pillar itu juga dinamakan 'washing machine' karena swim through tersebut juga sebagai tempat arus lewat, dan dapat menimbulkan pusaran air di bagian atasnya karena saking derasnya arus yang lewat.
Saya cukup yakin arus di sini bisa kencang sekali karena memang batu-batu di sekitar lubang tempat masuk dan di dalam rongga di dalam rock pillar semuanya licin dan berwarna putih. Sepintas kita serasa melihat ada 'jalan batu putih' yang menunjukkan lubang tempat swim through tersebut. Tentunya batu yang tidak dilewati arus yang kencang akan banyak ditumbuhi koral.
Ikan disekitar gili Tepekong cukup kaya, walaupun tidak sangat banyak, namun relatif terjaga dan cukup bervariasi, lion fishes, ular laut, berbagai macam koral fish dapat banyak dijumpai disini.
Menurut saya jumlah ikannya sedikit lebih banyak dibanding wall di pos 2 menjangan, namun tidak seramai anchor point di menjangan.
Setiap selesai diving, kita langsung kembali ke Orca DC untuk surface interval. Sangat menyenangkan karena kita tidak perlu istirahat di atas perahu atau di tengah pulau, kita bisa santai, tidur di swimming pool hotel yang lokasinya berada persis di depan Orca DC.
Hotel di Candi Dasa juga tidak terlalu mahal, selalu akan ada 'back packer's' hotel di lokasi-lokasi diving di Bali. Anda harus rajin bertanya kepada penduduk lokal disitu untuk mendapatkan info tempat menginap dan tempat makan yang murah tapi enak hehehe....
Agak sulit mencari tempat makan yang murah di sepanjang jalan raya Candi Dasa.
Saya sebenarnya ingin melakukan dive ketiga di Gili Biaha yang sekitar 30menit dari Orca DC, namun menurut sang DM, lagi-lagi menurut DM, situasi enggak cocok buat kesana, arus sudah datang katanya...
Entah benar entah enggak, tapi memang DM yang satu ini terkesan hati-hati sekali.... bagus juga sih hehehe... gak suka sama diver yang bertipe semi-semi sableng kayak saya.
Ya sudah akibatnya saya gak jadi menengok Gili Biaha... never mind... next trip ok ?!
Candi Dasa I'll be back.....
.