Search This Blog

Monday, September 20, 2010

Diving Raja Ampat #1, Bagaimana ke R4 ?

Trip Date : 11 Sept - 19 Sept 2010. 

Saya diberi anugerah pekerjaan dan bos yang memberikan banyak kebebasan untuk menjalankan hobi diving ini.... :D.
Plus teman-teman yang demikian baik yang membuat trip ke R4 (Raja Ampat) ini dimungkinkan...
Tulisan ini ingin mensharingkan (seperti sebuah trip log) pengalaman saya ketika bepergian ke R4, karena demikian 'berbedanya' dengan trip di Jawa yang relatif lebih predictable dan manageable.
Satu hal yang perlu digaris bawahi, uncertainty adalah sahabat utama yang harus diakrabi kalau kita bepergian ke arah timur... (lebih timur dari Surabaya atau Makassar).


Ok, lets do it :
Pertama, ticket pesawat....
Untuk ke Raja Ampat ada 4 maskapai penerbangan yang bisa digunakan, entah dari Jakarta, Surabaya, Menado atau Ambon.
Semuanya berhenti di kota dengan airport terdekat dengan R4 yaitu : Sorong.
Bandaranya bernama Domine Eduard Osok. sebuah bandara kecil dibanding Surabaya, Bali, Makasar, namun sudah cukup besar dibanding bandara lain di Papua.
Pesawa boeing 300 yang biasa dipakai antara Jak - Sub sudah bisa mendarat disini.


Pilihan jalur penerbangan dan maskapainya untuk pergi ke Sorong :
semua penerbangan dibawah pp, bisa rute sebaliknya dengan maskapai yang sama.

Surabaya - Makassar : Garuda, Merpati, Lion, Ekspress Air.
Surabaya - Makassar - Ambon - Sorong : Lion Air / Wings Air

Surabaya - Makassar - Menado - Sorong : Lion Air / Wings Air
Surabaya - Makassar - Sorong : Merpati


Jakarta - Makassar : Garuda, Merpati, Lion.

Jakarta - Makassar - Sorong : Merpati.

Jakarta - Ambon - Sorong : Lion Air.
Jakarta - Menado - Sorong : Lion Air / Wings Air.

Menado - Sorong : Lion Air.
Menado - Ambon - Sorong : Ekspress Air.
Makassar - Ambon - Sorong : Ekspress Air.


Biaya : berkisar antara 1j (kabarnya bisa 900 ribu), sampai 1.5j / 1.8j untuk ke Sorong, itupun sudah booking 1 - 3 bulan dimuka, bukan yang dadakan.
Saya sendiri dapet ticket Rp. 1.39j SUB - SOQ dengan Merpati sekali jalan, jadi total 2.8j pp itu dengan pesan 1 bulan di muka.
Lion Air, saya cukup kaget ternyata selalu lebih mahal dari Merpati. Apalagi yang rutenya lewat Menado, selain transitnya lama, juga harganya bisa mencapai 1.8j.


* Catatan : sebagian besar jalur diatas connecting, beberapa tidak (delay waktu bisa 12jam), check dengan agen ticket anda. Kemudian setahu saya hampir semua perbangan ke Sorong perlu ganti pesawat, sehingga perlu check in ulang, namun bagasi bisa langsung ke destinasi sorong.

* Usahakan untuk menggunakan maskapai yang sama (connecting flight), in case ada delay, pembatalan dll. Karena maskapai yang lain tentu tidak mau tau kalau anda terlambat dikarenakan penerbangan sebelumnya.

* Ekspress Air punya kebiasaan men-cancel penerbangan secara tiba-tiba, bisa karena quota penumpang tidak mencukupi atau karena alasan-alasan lain. Hati-hati walaupun jadwal penerbangan ada (misalnya pada hari raya 9-10 Sept 2010) namun bisa serta merta dibatalkan mendekati tanggal tersebut.
Merpati ternyata punya kebiasaan mirip, ada rekan mengalami cancel untuk tanggal keberangkatan 10 Sept (tepat hari raya) dan dipindah ke tanggal 11 pagi, kemudian cancel lagi dan pindah ke tanggal 11 malam.
Selalu siap sedia dan teleponlah kantor maskapainya untuk memastikan jadwal pesawat anda tidak di cancel.

Untuk berangkat dan pulang dari Sorong, saya sarankan untuk menggunakan Merpati, selain murah, ontime, limit bagasi bisa sampai 20kg !! (Limit Bagasi untuk Lion Air : 10kg, Ekspress Air : 15 kg), masih dapat roti dan minum lagi di pesawat hehehehe...
Info yang saya dapat, Lion tidak dapat makan, Ekspress makanannya sepotong dan tidak seenak Merpati.
Selain itu Ekspress dan Lion sama-sama ancur kalau menyangkut jadwal pesawat di Indonesia Timur (pengalaman ke Bau-bau dengan Ekspress, dan mendengarkan jadwal 'pembatalan' pesawat selama transit di Makassar, terutama untuk Lion).


Jangan lupa jika anda terbang dari Indonesia Timur, anda WAJIB check in 2 jam lebih awal, paling tidak bagasi anda dahulu, kemudian anda bisa keluar lagi dan jalan2 di kota, cari oleh-oleh dll.Karena anda harus mengantisipasi antrian penumpang dan sistem check in satu counter (antrian pannjaaang, bagasi biasanya banyak) dan sistem komputer yang masih primitif.


Satu hal lagi yang WAJIB selalu dilakukan adalah rajin bertanya, komunikasi dengan petugas2 maskapai penerbangan anda, juga dengan penumpang dan petugas2 bandara.
Jika petugas check in bilang tidak ada keterlambatan, tanyakan lagi di petugas ruang tunggu. Jika mereka bilang : pesawat sudah ada, pastikan memang secara fisik pesawatnya kelihatan hahahaha...
Kalau petugas bilang bagasi sudah masuk, pastikan bahwa bagasi anda betul2 sudah dimasukkan ke pesawat ! tidak ditunda dengan pesawat 'berikutnya'. Ketika jalan ke pesawat, ketika naik bus ke pesawat, sebelum naik tangga pesawat, pastikan (saksikan sendiri) apakah bagasi anda sudah dimasukkan ke pesawat anda.

Sangat mungkin terjadi kalau semua penumpang membawa bagasi full, atau pesawat yang dipakai adalah pesawat pengganti yang ukuran / kondisinya lebih kecil maka tidak semua bagasi bisa terbawa...
Bisa-bisa sebagian bagasi ditunda ke penerbangan berikutnya atau bahkan baru bisa dimuat keesokan harinya.
Semuanya dilakukan tanpa konfirmasi pada anda lebih dahulu.
(Pengalaman dengan Ekspress Air Jakarta - Bau-bau, sebagian bagasi tidak dibawa, menunggu pesawat siang hari nya, padahal bagasi yang ditinggal semua peralatan diving !, jadi deh kehilangan 1 hari diving... untuk kapal LOB belum berangkat...).
Dan jangan dikira hanya maskapai lokal yang tingkahnya seperti ini, saya pernah naik Air Asia dari KL ke Surabaya dan bagasi baru bisa diambil keesokan harinya.
Bisa dibayangkan marahnya penumpang yang cuman transit di Surabaya atau bahkan akan segera pergi ke kota lain....


Hati-hati sekali karena dengan sistem low cost (baca : cheap) airplane (now everyone can fly, we make people fly dll) anda betul2 bisa terbang namun dengan banyak 'tapi'.... hahahaha...
Selalu bersiap siap dan berjaga-jaga akan kecelakaan-kecelakaan yang mungkin timbul.
Harus bisa membiasakan diri mengalami delay, kadang harus overnight (mungkin harus dibayar dengan uang sendiri !), harus bayar makanan sendiri dll.
Harus siap-siap kalau bagasi tidak terbawa, paling parah kalau hilang / rusak.
kecelakaan-kecelakaan kecil, pindah gate, bagasi tidak muat, saling terombol, saling berebut udah, orang merokok di tempat ber AC, panas keringat, disuruh menunggu tapi tidak dipanggil-panggil, kehabisan tempat duduk di ruang tunggu adalah hal yang biasa terjadi hehehehe....



Porter


Nah ini adalah issue yang cukup besar bagi orang kota jika pergi ke Intim (Indonesia Timur).
Kalau di Surabaya / Jakarta, porter tidak memaksa, maka kalau di Intim, anda akan menemui suasana Jakarta atau Surabaya 10 - 20 tahun yang lalu, Porter 'memaksa' anda harus ada bagasi / barang yang bisa dibawa.
Kadang mereka menaiki / mengikuti mobil anda ketika anda datang, untuk memaksa membawakan barang anda. Jangan berpikir ada trolley hahaha, coba kerja sama dengan rekan seperjalanan anda untuk menunggui barang atau sama-sama mengangkat barang jika anda tidak ingin menggunakan porter.
Kadang strategy yang dipakai oleh bandara (atau porter yang bekerja sama dengan pihak bandara) adalah 'menghabiskan troley', supaya anda tidak kebagian troley sehingga memperbesar kemungkinan anda 'menyerah' dengan bawaan anda dan kemudian menggunakan porter.


Angkutan selama di Sorong, hmpf..., sama seperti bandara lain, semua bandara, Surabaya, Jakarta, DPS, Makassar dan Sorong juga berusaha melakukan monopoli angkutan, hanya taksi2 tertentu yang bisa mengangkut.
Di Makassar anda masih bisa menemukan taksi argo, taksi bandara biasanya menggunakan harga patokan, tergantung lokasi tujuan.

Tips : Untuk menemukan taksi argo biasanya anda harus menunggu di tempat taksi argo (dari kota) menurunkan penumpang.
Di Makassar, tempat menurunkan penumpang ada di bagian bawah, sedang tempat pemberangkatan dengan taksi resmi bandara (non argo) ada di tingkat atas. Konstruksi mirip bandara Soeta di Jakarta.
Kalau di Bali, anda harus jalan kira-kira 100 meter ke arah Internasional Airport, kemudian menyeberang ke tempat istirahat sopir (ada mushola atau toilet) dan ada beberapa taksi biru (mungkin bluebird) yang nunggu disitu. Ini adalah tempat taksi2 dari luar bandara mangkal, dan istirahat setelah mengantar tamu.
Disanalah anda bisa dapat taksi argo di bandara Ngurah Rai. Lumayan bisa berhemat 30.000 sampai 50.000 untuk tujuan DPS.

So... carilah info dari petugas, cross check dengan teman-teman seperjalanan yang orang asli daerah (syukur-syukur bisa numpang sampai ke kota...) karena petugas pun sering kali berbohong untuk solider pada teman-teman sopir taksinya.
Pokoknya komunikasi, cari info dan jangan mau 'diarahkan' begitu saja sebelum anda jelas deal nya. hihihihihi....


Di Bandara Sorong, angkutan taksi yang tersedia adalah toyota avanza dengan AC, tarif Rp.70.000 sekali angkut tujuan kota Sorong. Tarif porter adalah sekitar Rp. 10.000 per koli, sebaiknya anda menawar dan jangan mau di 'gerebeg' oleh banyak porter.
Pura pura bilang sudah beres, tidak perlu porter dan kemudian ketika sudah sepi baru anda deal dengan 1 atau 2 porter saja.

Sekali lagi jangan mau diarahkan begitu saja... banyak orang berusaha mengambil untung dari 'kekotaan' anda yang terbiasa tertib, harga resmi bandara, tidak mau bergesekan, takut dikerubutin, segan menawar, dll.
Ingat bahwa Intim terkenal dengan istilah 'Pukmen' : Pukul Mental...
Siapa yang kelihatan garang dia yang lebih diturutin kemauannya :).

Alternatif lain untuk 'keluar' dari bandara Sorong adalah dengan menggunakan angkot.
Anda memang perlu jalan kaki kejalan raya sekitar 150m saja dan disana anda bisa menggunakan angkot dengan tarif Rp.2000 sampai Rp.3000 tergantung jauhnya. Misalnya anda ingin ke pelabuhan anda harus naik 2 kali angkot = Rp.6000 untuk sampai ke pelabuhan sorong. Ini adalah cara termurah untuk pergi ke pelabuhan.

Angkot ini mudah ditemui dan bisa menjadi andalan anda jika anda ingin berjalan-jalan di kota sorong. Ada beberapa rute yang (seperti biasa) anda perlu tanya di terminal. Jika anda ingin mencarter angkot, misalnya dari kota ke bandara, coba ditawar di angka Rp. 20.000 - 30.000 sekali jalan.




Hotel di Sorong

Ada 3 hotel yang agak lumayan di Sorong,
1. Je Meridien Sorong : Lokasinya sangat dekat dengan Bandara, serong sedikit dari pintu bandara. Kita bisa jalan kaki saja (Hemat taksi) dari bandara ke hotel dan sebaliknya. Tarif untuk std room : Rp.350.000 semalam, AC, hot shower, TV, welcome drink. Sudah lumayanlah...
Je Meridien (dan Bandara Sorong) ada di km 7, demikian masyarakat dan sopir di Sorong menamakan lokasinya.

2. Mariat Sorong (Comfort Mariat Sorong) : Saya tidak menginap disini, hanya sempat lewat saja di depan hotel ini, tapi dari info yang saya dapat, hotel ini sudah banyak ditinggalkan. Lokasi sih ada di tengah kota, ada supermarket disebelahnya. Namun entah mengapa tidak banyak tamu menginap disini.

3. Mamberamo Hotel : saya tidak sempat melihat / menginap disini, tapi cukup recommended karena lokasinya yang berada di kota Sorong (daerah kampung baru ?).


Salah satu alternatif untuk kemudahan, anda bisa menghubungi dive resort atau semacam 'calo' yang akan mengurus semuanya bagi anda, tentu saja dengan biaya yang lebih mahal daripada yang anda bisa dapatkan kalau anda lakukan semuanya sendiri.
Saya sudah mencoba dan merasa kecewa, jadi cukup sekali saja saya pakai calo (dia menamakan dirinya 'agen') ticket ini.



Angkutan dari Sorong ke Waisai (Pelabuhan Saonek)

Ada 2 pilihan ferry / kapal dari Sorong ke Waisai (ibukota Pulau Waigeo)

1. Kapal Cepat (namanya Marina Express), berangkat jam 14:00 WIT, lebih banyak molor ke 14:30 an, namun sesekali bisa dipercepat ke 13:30. Pastikan saja tiba lebih awal, beli ticket dulu biar aman. Ada masa-masa dimana ticket habis... jadi sebaiknya anda beli ticket dahulu (langsung di pelabuhan, langsung ke kapalnya dan beli ticket disana) daripada menunggu hingga dekat keberangkatan.
Biaya :  Rp. 120.000 sekali jalan, waktu tempuh : 2jam persis.
Full AC, ada TV yang mutar DVD (udah kayak bis malam gitu...) tidak ada makanan dan kursinya cenderung bau kalau bagi saya... AC tidak terlalu dingin, goncangan lumayan kerasa karena cepat. Kapasitas penumpang sekitar 150 - 200 orang (saya tidak sempat menanyakan).
Kalau anda pernah naik ferry dari Batam - Singapore, kira-kira sama modelnya namun lebih buduk gitu aja hahaha....

Kapal Cepat Sorong - Waisai PP
2. Kapal Normal (namanya Ave Maria), saya istilahkan kapal normal karena bagi saya kapal ini yang umum dipakai penduduk disini, sudah termasuk bagus dan memadai. Baik dari sisi kualitas layanan, kebersihan maupun kecepatannya.Kualitasnya jauh diatas kapal ferry Bali - Jawa, Jawa - Sumatera, apalagi kapal perintis. Saya tidak ada komplain naik kapal 'normal' ini.
Berangkat jam 15:00 WIT (namanya Kapal Bunda Maria) dari Sorong - Waisai.
Biaya : Rp. 100.000 sekali jalan, waktu tempuh : hampir 3 jam (sekitar 2:45).
Jika ingin kamar eksklusif, tersedia kamar dengan AC dengan menambah Rp.200.000 kepada crew kapal.

Di kapal ini anda akan mendapat minuman teh atau kopi yang dibawa dengan gelas. Hehehe.... lumayan, mereka berusaha memberikan pelayanan yang baik. Salut !
Dan, sebelum berangkat, Nahkoda kapal akan mengajak anda berdoa :), seremonial yang baik dan berkesan bagi saya.
Kebersihan ok, tidak pernah saya naik kapal ferry sebagus ini, sayang saya tidak sempat melihat toiletnya.

Kamar ber AC di kapal biasa Sorong - Waisai
Dek Kapal biasa Sorong - Wai Sai, bersih dan sejuk

Jika anda tidak ingin menggunakan kamar ber AC, maka duduk atau tidur di bangku yang disediakan sudah sangat mencukupi untuk ukuran saya. sejuk, tidak panas, dan tidak bergoyang-goyang. Barang bawaan tinggal dimasukkan saja ke bawah kursi... nyaman...
Kapal ini lebih besar ukurannya dibanding si kapal cepat sehingga lebih steady dan menyenangkan dibanding naik kapal cepat yang tersentak-sentak setiap kali menyibak ombak.



* Catatan : Waktu berangkat dari kapal-kapal tersebut bisa berubah, check dengan resort anda. Kadang-kadang kapal bisa membatalkan sendiri jadwal keberangkatannya sehingga anda terpaksa harus overnite menunggu kapal. Kapal Sorong - Waisai dan sebaliknya punya jadwal yang berbeda pada hari sabtu. Saya tidak menanyakan dengan jelas namun Waisai-Sorong jam 11:00 WITA adalah jadwal keberangkatan kapal cepat dan jam 12:00 WITA adalah jadwal keberangkatan kapal normal.

Di Waisai anda sudah ditunggu (tepatnya : diserbu) oleh ojek (sepeda motor) atau mobil carteran.
Saya tidak sempat bertanya tapi saya yakin dengan Rp. 20.000 anda sudah bisa diantar ke tujuan manapun di kota Waisai.
Hotel di kota waisai juga banyak dan tidak terlalu mahal, saya perkirakan sekitar 200.000 - 400.000 semalam. Saya menginap di hotel : Maras Risen (artinya : kesenangan, dalam bahasa setempat) di Waisai.

Tergantung perjanjian anda dengan resort tempat anda menginap, anda bisa dijemput di Sorong atau di Waisai.  Kebetulan saya berangkat dengan paket hemat, jadi saya dijemput di Waisai. Kami naik boat dari Waisai ke Waiwo (lokasi Raja Ampat Dive Resort), sekitar 10 menit perjalanan dengan speed boat dari Waisai. Ada alternatif lain lewat darat, namun jalannya masih jalan tanah yang tidak recommended jika hujan.
Dari jalan tanah ini ke Dive Resort harus jalan kaki lagi karena mobil tidak bisa merapat ke Dive Resort (Dari jalan tanah ke Dive Resort ada jalan kecil yang hanya bisa dilewati motor).


Jika anda turun / naik di pelabuhan Sorong, maka tersedia porter dengan tarif sekitar Rp. 5.000 - 10.000 per koli. Porter ini akan aktif mencari anda dan penumpang-penumpang yang banyak barang bawaannya. Termasuk sopir 'taksi'  (angkot yang dijadikan carteran) akan mencari hingga naik ke kapal. Seharusnya tidak terlalu sulit mencari angkutan seperti ini, cuman anda harus berani nawar dan berani menunjukkan tampang tidak bisa ditipu / sudah pernah datang ke situ hahaha...
Ketika pertama kali ditanya mereka akan menyebut angka 100.000 atau 200.000 untuk sekitar 4 koli barang bawaan anda. Tawar saja ke 40 - 50 ribuan.
Ongkos Taxi carteran (suzuki carry yang dimodifikasi jadi angkot), ini sekitar 20.000 - 30.000 sekali jalan ke tengah kota atau sampai ke bandara sekalipun. Panas, agak buduk tapi ya sebentar saja bagi saya tidak mengapa.


Memang sarana, transport, akomodasi dll di tempat tujuan wisata yang belum tersentuh memang kualitasnya kurang baik dan cenderung mahal. Anda harus menawar, menawar dan aktif bertanya. Kecenderungan untuk 'menipu' sangat besar.


Makanan : jangan makan / minum di bandara / hotel dll. Datanglah ke warung, swalayan dll untuk membeli makan / minum.
Saya sempat coba minum 2 cangkir kopi sachet capucinno, di hotel Je Meridien, harganya Rp. 36.000.
Saya sempat coba makan di warung Nasi Padang di terminal, untuk 4 orang, nasi, daging, ikan dll, biayanya sekitar 20 - 30 ribu seorang.
Overall kalau anda memang suka travelling, hal hal seperti ini tidak akan mengganggu anda, namun jika anda tidak biasa backpacker, mungkin akan merasa terganggu dengan situasi uncertainty seperti ini.


Makan, kami mencoba makan di 'Tembok (Berlin)' di Sorong, makan ikan (makang ikang dengan tone sedikit meninggi di akhir kata, kalau mengikuti dialek setempat), satu porsi ikan sekitar 30.000 an, lumayan mahal juga.
Warung Tenda tempat makan ikan di 'Tembok Berlin' Sorong

















Resort / Dive Resort

Untuk Land based, kami memilih Raja Ampat Dive Resort di Waiwo (10 menit dengan speed boat dari Waisai, keduanya di pulau yang sama : Waigeo). Lokasi cukup dekat dengan Waisai, harga masih terjangkau, kira-kira 500.000 per pax per malam, ada discount untuk orang ketiga dan keempat jika sharing satu kamar.
Sudah include makan 3 kali sehari, minum teh / kopi freeflow.

Paket menginap, makan dan diving 3 kali sehari sekitar 1.6j per pax per day, lumayan lah dibanding dengan resort-resort yang lain :D.
Lodge di Raja Ampat Dive Resort, Waiwo (Pulau Waigeo)
Dermaga Raja Ampat Dive Resort,
Waiwo (Pulau Waigeo)


Pilihan Resort lain yang juga berfungsi sebagai Dive Center :
1. Kri Eco resort / Sorido Resort keduanya ada di pulau Kri, group ini sering disebut dengan 'papua diving', letak resortnya sangat strategis, tepat di tengah-tengah Dampier Strait (Selat Dampier) pusat raja Ampat yang booming. Keduanya milik Max Ammer, orang Belanda yang menjadi pionir diving di R4.
2. Misool Eco Lodge di pulau Misool, raja ampat selatan.
3. Papua Paradise Eco Resort
4. Raja Ampat Dive Lodge di pulau Mansuar, di sebelah barat pulau Kri.

Dan puluhan operator LOB (Live on Board) di Raja ampat bisa dilihat di www.diverajaampat.com


Tulisan lebih lanjut tentang Dive Resort dan R4.
Tulisan lebih lanjut tentang Dive Spot.


************

2 comments:

  1. halo, saya sudah sejak lamaaa juga pingin ke raja ampat! cuman tour agent yang ketemu pasti punya luar semua (kri dan sorido) apa memang nggak ada tour agent lokal yang bisa ngurusin?

    thanks

    ReplyDelete
  2. Hai Cya,

    thanks for writing your comment here...

    Sebenarnya banyak dan sangat bisa untuk mengurus perjalanan sendiri ke R4 plus dive trip nya.
    Yang jelas memang perlu jiwa petualang dan banyak cari info ;).

    Saya jawab di email pertanyaan-pertanyaan cya.
    sampai ketemu di kolam renang ! :).

    salam,
    Rizal

    ReplyDelete

Glad if you could give me a feedback :), cheers matey..