Sembari menunggu punya system UW kamera yang baru... akhirnya diputuskan untuk nyobain rafting di pacet. Berhubung Pekalen udah sering, Batu dan Pujon dirasa kurang menjanjikan jadi akhirnya Pacet lah yang dicoba...
Operator Rafting :
Ada 2 pilihan untuk rafting di Pacet, hanya ada 2 pilihan ! At least untuk saat ini, walaupun di internet ada macem2 operator tapi cuman ada 2 saja sebenarnya. Ada nya TOS dan OBECH.
Walaupun ada beberapa nama lain, Tigo, Sulfatara dll operator sebenarnya ya cuman
TOS dan
OBECH. (Klik untuk mengunjungi website operator yang dimaksud).
Karena saya pakai TOS, maka cuman bisa cerita yang ini saja ya...
Contact person yang recommended :
Andrian, sempat ngobrol, saya rasa beliau yang punya perusahaan ini :P. Masih muda, enak ngobrol juga dan juga suka adventure, jadi kalau punya keinginan main2 di alam sekitar Pacet, boleh deh tanya2 sama Andrian ini.
Deden, Sugeng dan yang paling komunikatif, Mbak Yuyun. yang Cowok banyak sibuk di operasional, nah si mbak Yuyun ini memang marketing, jadi komunikasi paling cepet dijawab ya beliau... :D.
Ada BBM juga jadi gak sulit.
Saya kontak2an sebelumnya dengan Yuyun, dan kemudian setelah berada di lokasi, ngobrol dengan Deden dan Andrian.
Lokasi :
Obech dan TOS sama2 ada di Pacet. Kalau Obech ada di jalan raya di Pacet, maka TOS ada di dalam lokasi pemandian air panas Padusan di Pacet.
Dari Surabaya bisa lewat 2 jalan, Lewat Krian, atau lewat Porong.
Saya lebih recommend lewat Krian, lebih dekat. Dari Surabaya ke Padusan, Pacet cuman 1.5jam saja, apalagi kalau pagi hari... jalan belum macet.
Kalau rumah anda di Surabaya Barat, dari menganti, ke Selatan saja sampai ke Krian.
Peta jalan dari Surabaya ke Padusan lewat by pass Krian :
http://www.trackpacking.com/applications/route/?from=karangandong&to=Padusan+pacet
Summary : By Pass Krian - Krian, Prambon, Mojosari, Pacet.
Jalan lain dari Porong - Mojosari baru ke Pacet.
Atau kalau anda dari Malang, bisa lewat Batu - Cangar - Pacet. Nah kalau anda lewat jalan sini, kantor si Obech itu di jalan raya Cangar - Pacet ini.
Kalau anda ada GPS, google map pasti gak sulit, di Pacet juga pemandian Padusan ini sangat populer dan banyak petunjuk jalan kesana. Tanya2 orang di jalan juga semuanya tau.
Makan pagi di daerah Pacet ini agak sulit, anda bisa makan pagi di Padusan, tapi pilihan terbatas, warung2 kecil saja, jagung bakar, rawon, dan semacamnya.
Anda juga bisa mencari warung disepanjang jalan, Kalau anda lewat Porong - Mojosari ada warung Lumintu di depan kompleks tentara (saya gak ngamati itu kompleks apa, Brimob, Artileri atau apa saya tidak mencermati). Warung Lumintu buka 24jam...
Sampai di Padusan, ada loket karcis, bayar 7500 per orang. Anak2 kecil (balita) gak dihitung.
Parkir di Padusan itu ada 'kewajiban' mobil anda akan 'dimandiin' kasih aja petugas yang mandiin rp. 5-10 ribu gak protes.
Di dalam kompleks padusan, anda naikin saja mobil terus ke atas, nanti ketemu kantor TOS dan anda bisa parkir mobil didekat situ, daripada parkir di 'parkiran bawah' dan jalan kaki ke atas, lumayan 400-500m an.
Rafting :
Lapor, ganti baju, pakai jaket dll, ritual yang umum untuk rafting...
Anda akan diberi wedang jahe yang nikmatt sebelum berangkat menuju titik start.
Dari kantor TOS ke titik start, anda akan naik L300 bak terbuka, hahaha... sama saja lah, mau Pekalen, mau dimanapun anda akan naik kendaraan 'massal' seperti ini. Dan justru ini salah satu keasyikan rafting.
Anda turun kira2 500m sebelum titik start, di sebelah peternakan ayam hahaha... agak bau tapi ya kesempatan bagi anda yang belum pernah lihat bagaimana sih peternakan ayam itu...
Udara seger sekali... waduh memang beruntung banget orang-orang yang tinggal di pegunungan ini...
Jalan kaki lewat perumahan penduduk, kemudian mulai masuk ke jalan setapak dan lereng bukit.
Disini yang jalannya agak sulit, tapi kalau udah biasa trekking mah ini gak ada apa-apanya, masih ada pegangan dari bambu, dan jalan sudah dibentuk ditata cukup mudah.
Saya anggap normal lah jalan dari lokasi mobil ke titik start semua ya seperti ini kecuali di Bali dan lokasi2 lain yang sudah lebih lama dan terkenal :D.
Obech pun juga akan start di lokasi yang berdekatan, istirahat dan finish di tempat yang berdekatan :D.
So, kurang lebih dua operator ini tidak akan terlalu jauh berbeda. Sungai sama (Kromong), start, istirahat, finish di sepanjang sungai yang sama.
Pilihan Paket :
TOS dan Obech punya 3 trip di Sungai Kromong ini.
Tos memakai istilah Mahameru, Arjuna dan Welirang untuk 3 jenis trip yang dimilikinya.
Mahameru sekitar 3 jam, Arjuna dan Welirang bagi saya tidak terlalu berbeda, cuman Arjuna ada Dam setinggi 2-3m (mirip dengan Pekalen atas). Welirang masih ok lah buat anak kecil (Balita) yang ingin ikut rafting. Walaupun tetap ada resiko kepental dari perahu lho ya :D.
Yang jelas untuk anak-anak, si operator akan menempatkan 2 orang pemandu dalam satu perahu, satu di depan satu di belakang.
Karena Arjuno dan Welirang kurang berbeda, saya akan menganjurkan kalau bisa ambil saja Mahameru atau Welirang sekalian, jangan nanggung :D.
Tapi ada pertimbangan2 lain... silahkan baca terus dibawah...
Mahameru (paling panjang) dijual dengan harga 225 ribu per kepala, Welirang (paling pendek) di 125 ribu.
Semua trip akan fisnish di lokasi yang sama, jadi trip Mahameru akan melewati dua trip dibawahnya, Arjuno akan melewati trip Welirang dst.
Karakter Sungai Kromong, Pacet :
Semua pilihan trip diatas karakternya mirip, hanya saja semakin tinggi lokasi start (Mahameru) tentu ketinggian jeram lebih tinggi dibanding yang lokasinya dibawah (Arjuno dan Welirang).
Hanya saja karakter sungai Kromong ini sempit, dan yang harus anda perhatikan benar benar : Dangkal !!
Arus cukup deras (karena sungainya kecil dan dangkal), tapi tidak terlalu masalah karena dangkal, deraspun anda tetap bisa berdiri.
Perbedaan terbesar antara Kromong dan sungai2 lain yang lebih 'suitable' untuk rafting memang terletak disini.
Kalau anda pernah main ke Citarik, itu grade 3-4+ (paling seru) karena arus deras, model jeramnya cukup 'beresiko' perahu terbalik.
Karakter Serayu, Progo, Elo di Jawa Tengah adalah sungai yang 'lebar', dimana Progo modelnya 'banjir bandang' batu2 tidak banyak tapi sungainya betul betul memacu adrenalin... arusnya yang kenceng...hahahaha...
Pekalen di Jawa Timur karakter sungai sempit, batu2 besar, harus pintar bermanouver, tapi dia ada kedalaman sehingga resiko cedera tidak terlalu banyak (mati bisa - kelingker di bawah jeram - tenggelam bisa, tapi bukan cedera).
Nah kalau Kromong di Pacet ini yang berbeda lagi, dia sempit dan dangkal.
Resiko cedera sangat besar... kalau mampus sih kagak, rumah sakit sangat mungkin hahahaha....
Karena lokasi sungai sempit, banyak batu besar, maka perahu gampang sekali nyangkut.
Ini bulan Jan, hujan juga sedang deras-derasnya, tapi debit air sungai Kromong saya bisa katakan tidak sebanyak sungai sungai lain yang sudah lebih dahulu terkenal untuk rafting.
Lihat saja foto2 rafting di sungai Kromong, ada yang aneh ? Kalau anda cermati dengan baik,
para rafter tidak membawa dayung !! Itu bukan karena dayungnya sedang 'disimpan' ketika lewat jeram... atau ilang karena kena arus, tapi karena semua orang gak dibekali dayung !!
Gak perlu juga hahahaha... karena perahu sering nyangkut anda lebih sering 'bergoyang dan bergeser kiri, kanan depan belakang, bahkan turun dari perahu untuk meloloskan perahu dari batu ketimbang mendayung untuk menghidari batu. Sudah bisa terbayang bukan ? :D.
Soalnya batunya gak bisa dihindari (sungai sempit), tidak ada pilihan lain...
Akibat semua kondisi ini, saya sempet terpelanting sekali keluar perahu, sampai dengkul dan tulang kering memar dan sedikit berdarah. Jam tangan retak sedikit kemasukan air hahaha...
Yang paling parah BB dan remote mobil kerendem air (dry bag hanyut kelempar dari perahu).
Sampai sekarang BB sedang dikeringkan dan remote mau saya bawa ke bengkel....
Paha sedikit nyeri mungkin karena gerak terus selama diperahu...
Kalau biasanya rafting kita capek karena dayung, capek di lengan, sekarang capeknya di kaki, dan telapak tangan (karena megangin dan narik tali 3 jam...).
Dari jam 9 kira2 jam 12 sudah selesai kembali ke base camp mandi2... kalau mau berendem air hangat juga bisa mumpung udah nyampe Padusan.
Air hangat belerang dan ada tempat bilas nya juga....
Foto2 yang dibeli dari TOS, dikasih harga 250ribu (nego) untuk 174an foto :D.
|
Di Jeram yang tingginya 2-3m an... |
|
Baru lolos dari jeram... |
|
Satya, Yoan dan anaknya yang baru berumur 4 tahun hehehe... yang penting gak takut sama aerr... |
|
Baru lolos dari jeram... Enjoy aja..... |
See you next trip.... ! :D
Update, Mid March 2013,
PLEASE READ !!
Akhirnya apa yang saya tulis diatas (tentang bahayanya kali Kromong) terbukti...
Tanggal 12 Maret, sungai ini menelan korban jiwa, seorang wanita bernama Imelda Fridajanti, meninggal saat rafting disini.
Silahkan googling beritanya, tapi yang terlengkap yang (mungkin) tervalid yang saya dapatkan adalah berita dari wawancara dengan keluarga (adik suami) Imelda tentang peristiwa kematiannya.
Ditulisan saya diatas, saya sudah menulis karakter sungai ini sebenarnya tidak cocok untuk rafting, rafter tidak ada yang membawa dayung ketika rafting di sungai ini.
Bahkan water tubing (arung jeram dengan ban dalam bekas), sudah ditiadakan oleh operator sungai...
Resiko cedera karena terbentur batu sangat amat besar...
Berita kematian Imelda, yang sampai saat update ini saya tulis, masih saya coba telusuri apakah ybs adalah teman saya... bisa dibaca disini :
Facebook :
Imelda Fridajanti Sanjaya
Saya copas kan beritanya disini :
Keluarga besar Imelda Fridajanti Sanjaya, warga yang meninggal saat rafting di Kali Kromong, Desa Padusan, kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, shock dan tidak percaya ketika mendengar kabar meninggalnya ibu dua anak ini.
Warga Perum Taman Pondok Jati, Sepanjang ini meninggal setelah perahu raftingnya terbalik ketika rafting bersama suami dan kedua anaknya, Selasa (12/3) lalu.
Sementara suami dan kedua anaknya terluka cukup parah.
Budi Sutikno, adik kandung Fransiscus Budi Sanjaya (suami Imelda) saat ditemui di Rumah Duka Adi Jasa, Demak, Surabaya, mengaku mendapat kabar meninggalnya kakak iparnya itu melalui telpon.
Dirinya ditelpon Fransiscus, beberapa jam setelah meninggalnya Imelda. Budi sempat berpikir bahwa telepon tersebut berasal dari penipu yang selama ini marak melakukan aksi penipuan lewat sms dan telpon.
“Saya sempat ndak yakin karena suaranya beda tetapi kok nomornya dia (Fransiscus). Karena saya sebelumnya sering dapat banyak sms dan telepon. Lalu saya tanyakan kenapa, dia jawab meninggal di Pacet karena tenggelam ikut rafting perahunya terbalik. Saya benar-benar terkejut dan tidak menyangka,” ujar Budi, Kamis (14/3).
Diceritakan Budi mengutip penjelasan kakaknya, satu perahu rafting tersebut ditumpangi lima orang.
Franciscus dan Agnes, putri kedua mereka, berada di depan. Sementara Imelda dan Helen, berada di belakang bersama guide (pembimbing).
Sebelum kejadian nahas itu, perahu rafting yang ditumpangi Imelda dan keluarganya sempat menyangkut di batu sehingga berhenti. Karena posisi perahu rafting tidak bergerak, sambung Budi, guide lantas turun untuk mendorong perahu.
“Perahunya lantas jalan dan terbalik,” ujarnya.
Imelda sebenarnya sempat mendapat bantuan pernafasan buatan ketika ditemukan setelah tenggelam terbawa arus sungai. Perempuan kelahiran Surabaya, 6 November 1971 ini juga sempat dibawa ke Puskemas setempat.
“Pas dibawa kondisinya (Imelda) kotor sekali karena pas kejadian air suanginya keruh. Ada bekas benturan di pelipis kirinya. Kalau pak Fran mengalami luka cukup parah di pinggang dan kakinya, begitu juga Helen,” sambung Budi.
Dijelaskan Budi, Imelda sekeluarga memang menyukai rafting. Nyatanya, bukan sekali ini mereka sekeluarga melakukan aktivitas naik perahu memacu adrenalin yang kini digemari banyak kalangan ini. Sebelumnya, keluarga ini pernah rafting di Batu dan tempat lainnya.
“Yang jelas, rafting kemarin bukan yang pertama kali bagi mereka. Saya sangat kehilangan, selama hidup, Bu Imelda orangnya sangat baik,” jelas pria berkacamata ini.
Putri bungsu Imelda, Agnes (10), mengaku tidak ingat kejadian memilukan yang membuat dirinya harus berpisah dengan mamanya. Sambil mondar-mandir mengamati rangkaian bunga duka cita yang dikirimkan sebagai bentuk empati kepada mamanya, aajah siswi SD Santa Maria ini terlihat sangat terpukul.
“Kejadiannya begitu cepat. Tahu-tahu saya hanya melihat air,” ujar Agnes yang mengalami luka di lengan kanannya.
Ditanya apakah pihak keluarga nantinya akan menuntut pihak pengelola rafting, Budi tidak memberikan penjelasan.
“Saat ini kami masih berduka, jadi belum terpikir kea rah situ,” ujarnya.
Pantauan Surya (Tribunnews.com,network) di lokasi, beberapa karangan bunga tanda berbelasungkawa berjajar di depan ruangan VIP Adi Jasa. Beberapa diantaranya berasal dari PT Indocement Tunggal Prakarsa TBk dan PD Kurnia Jakarta.
Sumber : Surya
Reporter : Hadi Santoso
Ok... so Imelda meninggal karena tenggelam, memang, tapi saya yakin sungai 'sedangkal' itu tidak akan bisa menyebabkan orang tenggelam, kecuali dia pingsan atau paling tidak kena benturan yang menyebabkan panik dan trauma...
Pelipis Imelda yang luka, saya rasa menunjukkan bahwa ada benturan cukup hebat di kepala....
Satu hal lagi yang membuat saya cukup miris (memang tidak saya tuliskan sebelumnya...) adalah para guide (saya rasa ini bukan hanya dari TOS saja ya...) adalah para mahasiswa or pelajar yang baru lulus sekolah setara SMA dan mereka hobi rafting, dan dengan bekerja di operator rafting, at least mereka bisa bermain rafting dengan 'gratis'.
Ini terlihat dari cara bicara, cara guiding, kekurang dalam dalam membuat keputusan, dan dari diskusi dengan mereka.
Kesan bahwa memang mereka bukan para profesional yang khusus bekerja di dunia rafting sangat kental saya bisa rasakan.
Dan tidak hanya satu atau dua orang tapi mungkin bisa saya katakan 1/2 lebih dari guide or skipper (istilah di rafting) masih sangat muda dan baru saja bekerja.
Tidak ada yang harus disalahkan... tapi memang materi tenaga kerja sekarang memang ciri-cirinya demikian...
Suka pindah2 kerja, lompat sana lompat sini, masih sangat muda sudah mulai bekerja dan kurang bersungguh sungguh menekuni satu bidang pekerjaan.
Diakui kah ? :D.
Kemudian juga mana sih wisata di Indonesia yang berani 'mahal' ?
Semua maunya 'murah' murah dan murah... memaksa para pebisnis harus memutar otak untuk bisa mendapatkan pelanggan.
Saya merasa TOS hanya salah satu 'contoh' saja, mereka kebetulan sedang sial... tapi standard keamanan di Indonesia memang payah, karena banyak pelanggan yang 'pelit' dan berani ambil resiko, semua orang terpapar resiko yang sama....
Demikian dilematikanya...
Cheers up all !!,
Imelda, God Bless,
Lets Raft !!